Replay Chapter 3

33 8 0
                                    

Author POV~

“Jiyeon, apa sebaiknya kita pacaran saja?” tanya Minho saat mereka sedang makan disebuah cafe. “Pacaran? Apa kau bilang? Haha kau ini, jangan bercanda.” Jawab Jiyeon yang sedikit bingung. “Aku tidak bercanda Jiyeon, aku rasa.. aku mencintaimu.” “Ya?” Jiyeon makin mengkerutkan keningnya. “Iya, 6 tahun mengenalmu membuatku merasa tidak ingin jauh darimu. Aku pikir mungkin itu karena kau sahabatku, dan selama ini kita selalu bersama. Tapi belakangan ini aku sadar, aku cemburu saat kau menceritakan tentang pria yang sedang dekat denganmu itu. Hatiku rasanya panas saat kau terus-terusan memujinya, selama ini aku masih bingung apa yang membuatku merasa seperti itu. Tapi sekarang, aku benar-benar yakin bahwa aku mencintaimu Jiyeon.” Ucap Minho sungguh-sungguh sambil mengenggam tangan Jiyeon. “Tunggu Minho, aku.. aku sudah menganggapmu seperti oppaku sendiri. Aku tidak mungkin pacaran denganmu, aku.. aku menyayangimu tapi aku tidak mencintaimu.” Jawab Jiyeon lembut. “Tapi kau belum mencobanya Jiyeon, cobalah untuk tidak sekedar menyayangiku.” Ucap Minho meyakinkan. “Tidak,” seru Jiyeon cepat. “Kenapa?” “Aku sudah mencintai orang lain,” kata Jiyeon lagi. “Benarkah? Siapa? Apa pria itu?” lirih Minho kecewa. “Iya, maaf Minho. Tapi aku rasa aku sudah jatuh cinta padanya,” ucap Jiyeon penuh penyesalan. “Kena kau Choi Minho, bagaimana rasanya saat mendengar orang yang kau cintai malah mencintai orang lain. Dan ini semua belum berakhir,” gumam seseorang dengan penuh kemenangan. Seseorang yang dari tadi telah menguping pembicaraan mereka.

Taemin POV~

            “Dari mana saja Taemin-a, jam segini baru pulang.” Seru ibuku saat kulangkahkan kaki masuk rumah. “Cari angin Bu, sampai lupa waktu. Hehe,” jawabku sekenanya. “Taehee mana bu?” tanyaku lagi. “Dikamar, sejak pulang tadi sore dia mengurung diri dikamar. Dari tadi ibu suruh keluar, tapi tidak mau. Mungkin sedang ada masalah, kau lihatlah dia.” Perintah ibu. “Iya? Baiklah, aku lihat Taehee dulu bu.” Ucapku seraya menuju kamar Taehee.

            “Panda jelek, kau sedang apa? Boleh aku masuk,” kuketuk perlahan pintu kamar Taehee. Namun tidak ada jawaban, yang terdengar hanyalah suara isakan yang samar dari balik pintu. “Taehee, kau tidak apa-apa? Buka pintunya, cepat.” Kataku sedikit keras. Tak berapa lama akhirnya Taehee membukakan pintu kamarnya, namun tanpa melihatku segera dibalikkannya badannya dan membiarkan tubuh cekingnya menghempas begitu saja dilantai kamar. “Taehee kenapa ada apa?” seruku sambil mendekapkan tubuhnya kepelukanku. “Minho oppa,” ucapnya terbata. “Dia kenapa lagi?” tanyaku sedikit tidak suka. Aku memang menjadi alergi mendengar nama Minho belakangan ini, aku sangat tidak suka Taehee terus-terusan menyebut nama pria itu. “Dia, dia benar-benar sudah melupakanku.” Katanya sambil terus terisak. “Apa? Apa kau bertemu dengannya?” tanyaku tidak mengerti. “Tidak, tadi aku melihatnya sedang bersama seorang wanita dicafe. Dia menggenggam tangan wanita itu oppa, aku lihat bagaimana tatapannya pada wanita itu. Dia benar-benar mencintainya, dia sudah melupakanku. Apa lebihnya wanita itu dibanding aku oppa, apa?” katanya lagi sambil tak henti-hentinya menangis. “Taehee-a, sudahlah. Ini bukan salahmu, pria itu memang tidak pantas untukmu. Memang sudah seharusnya kau tidak usah dengannya, untuk apa lagi kau memikirkannya.” “Tapi aku mencintai Minho oppa, aku bahkan mencintainya lebih dari diriku sendiri. Oppa tidak akan mengerti, oppa tidak pernah mencintai seseorang.” Potong Taehee cepat. “Taehee-a, aku tidak suka melihatmu begini. Kalau kau terus begini, aku tidak mau menjadi oppamu lagi. Aku tidak mau punya adik bodoh sepertimu, kau.. Taehee-a.. Taehee-a..” teriakku panik saat kusadari Taehee sudah tidak sadarkan diri lagi.

Jiyeon POV~

Tttrrtt tttrrtt (Taemin calling)

“Hallo,” ucapku saat menerima telpon dari Taemin.

“..........................” (Taemin)

“Ahh iya, aku sedang tidak sibuk. Sampai bertemu disana.”

“..........................” (Taemin)

            Hari ini Taemin mengajakku bertemu ditaman sekitar rumahku, “Ada apa ya tiba-tiba mengajak bertemu?” gumamku. Namun tanpa terlalu memikirkan apa alasannya, aku langsung bergerak menuju taman yang tidak terlalu jauh dari rumahku. Aku sangat senang dia mengajakku bertemu, setelah beberapa hari ini dia tidak menghubungi sama sekali. Hingga hampir setengah jam menunggu, “Yaa, siapa?” ucapku kaget ketika seseorang menutup mataku dengan kedua tangannya. Sesaat kemudian dia melepaskan tangannya dari mataku, “Apa aku membuatmu menunggu terlalu lama?” katanya seraya mendekatkan wajahnya tepat didepan wajahku. Hingga dapat kurasakan hangat nafasnya yang mampu membuatku gugup dan tidak tau harus berkata apa. “Hmm, ahh tidak. Aku juga baru sampai,” jawabku terbata. “Wah sudah lama ya kita tidak bertemu, 4 hari ahh tidak 5 hari. Aku merindukanmu,” ucapnya lembut. “Jiyeon-a, sebenarnya ada yang ingin kukatakan padamu.” Ucapnya lagi, sedangkan aku hanya mampu menjadi pendengar yang baik tanpa tahu harus menjawab apa untuk setiap ucapannya. “Kau tahu apa yang kulakukan selama 5 hari ini?” kugelengkan kepalaku tanpa mengeluarkan sepatah katapun. “Menyusun kata-kata sambil mengumpulkan keberanian,” “Ya?” tanyaku bingung. “Hmm, Aku mencibtaimu Jiyeon-a. Setelah 5 hari berpikirpun, tetap saja tidak ada satu katapun yang dapat kupikirkan selain kata itu.” lanjutnya lagi tanpa peduli apa yang sedang kurasakan saat ini. Seketika tubuhku terasa panas dingin, entahlah karena udara siang ini cukup dingin atau karena kata-kata yang baru saja kudengar. “I love you Jiyeon-a, would you be my girl?” ucapnya sambil menatap lekat kedua bola mataku. “Yaa, apa aku terlalu banyak bicara?” serunya saat menyadari tidak ada sedikitpun respon yang kuberikan. “Hmm, aku.. Hmm Taemin-a, aku..”, belum sempat aku melanjutkan kata-kataku tiba-tiba ‘cup’. Taemin mencium bibirku dengan lembut, “Saranghae,” katanya dengan tatapan seakan memintaku untuk mengatakan sesuatu. “iya.. Aku juga mencintaimu Taemin-a,” “Yaa kenapa menunduk,” katanya ketika melihatku bicara tanpa menatapnya. Aku benar-benar malu, dapat kurasakan panas yang luar biasa disekitar wajahku. Mungkin saat ini pipiku sudah memerah seperti kepiting rebus, “Jangan malu, aku kan kekasihmu sekarang.” Katanya lagi sambil mengangkat daguku agar mau menatapnya dan kembali dikecupnya bibirku.

Tbc..

ReplayTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang