Jiyeon POV~
“Chagi-a,” panggil Taemin sambil mengecup kepalaku. Aku sedikit terkejut, karena selama ini Taemin tidak pernah menciumku ditempat umum. “Taemin-a,” seru Minho agak bingung. “Hmm Minho-a?” ucap Taemin juga sepertinya agak kebingungan. “Jadi, kekasih Jiyeon adalah kau?” tanya Minho lagi. “Kalian saling kenal? Kenal dimana?” kataku sambil menatap Taemin dan Minho bergantian. “Kami teman sekampus,” jawab Taemin singkat. Taemin dan Minho memang kuliah di universitas yang sama, tapi aku tidak menyangka kalau mereka saling mengenal. “Mianhe chagi-a, beberapa hari ini aku tidak menghubungimu. Aku sedikit sibuk, kau tidak marah kan?” ucap Taemin diiringi belaian lembut tangannya dipipiku. Sebenarnya aku bingung dengan sikap Taemin, tidak biasanya dia melakukan kontak fisik seperti ini. Apa yang terjadi padanya, namun kudiamkan karena jujur saja aku senang dia melakukannya. “Hmm tidak apa-apa, aku mengerti. Aku tidak marah,” jawabku sambil tersenyum.
“Taemin-a, bagaimana kau bisa pacaran dengan Jiyeon?” pertanyaan Minho mengejutkan kami yang masih asik saling melepas rindu. “Bagaimana maksudmu apa?” jawab Taemin bingung. Nada bicara Minho memang terdengar sedikit aneh, kenapa dia bertanya begitu. “Maksudku dimana kau mengenal Jiyeon? Lalu kenapa kau bisa pacaran dengannya?” sambung Minho lagi. “Oo itu, aku kenal Jiyeon disebuah cafe. Kau belum cerita padanya, aku pikir kalian sahabat baik?” kata Taemin menatapku tajam. Sekarang nada bicara Taemin pun ikut terdengar aneh, sepertinya ada sesuatu yang tidak beres diantara mereka. “Lalu kenapa kau pacaran dengan Jiyeon?” Minho lagi-lagi mengulang pertanyaan anehnya, Minho ini ada apa dengannya. “Haha kau ini ada-ada saja, aku pacaran dengan Jiyeon tentu saja karena aku mencintainya. Kau pikir apa lagi..” Belum sempat Minho berkomentar, tiba-tiba Taemin melanjutkan kata-katanya. “Hmm, ngomong-ngomong kau masih pacaran dengan Taehee?”
Taemin POV~
“Hmm, ngomong-ngomong kau masih pacaran dengan Taehee?” lanjutku sebelum Minho sempat menanggapi omonganku yang sebelumnya. “Ahh, tidak. Aku sudah putus dengannya, sudah lama.” Jawabnya dengan tatapan sinis. Aku tahu dia mengerti maksudku, dan bisa dipastikan dia tahu apa tujuanku memacari Jiyeon. Ternyata kau lebih pintar dari yang kubayangkan Minho, benakku. “Kau juga mengenal Taehee?” tanya Jiyeon penasaran. “Hmm, aku kenal. Oya, setelah ini kau kemana? Biar aku yang mengantarmu pulang ya, aku masih rindu padamu.” Sengaja kualihkan pembicaraan agar Junhi tidak bertanya lebih lanjut mengenai Taehee, meski sebenarnya aku juga memang sangat merindukan Jiyeon. DEG~, jantungku terasa berdetak lebih cepat saat Jiyeon tersenyum manis mendengar ucapan manjaku. Ternyata dia begitu manis, kenapa aku baru menyadarinya. “Minho-a, boleh kan aku pulang dengan Taemin saja? Besok kita bertemu lagi, tidak apa kan?” kudengar Jiyeon bertanya pada Minho. Kulihat Minho mengangguk meski sedikit tidak rela, dia pasti kesal setengah mati karena Junhi lebih memilih pulang bersamaku.
“Taemin-a, kau dan Minho ada apa?” tanya Jiyeon saat kami diperjalanan menuju rumahnya. “Hmm, tidak ada. Memang ada apa?” kataku pura-pura tidak mengerti. “Kalian aneh, seperti.. seperti orang yang sedang perang dingin.” Katanya lagi. “Perang dingin? Orang perang itu pasti karena panas, mana ada orang perang karena dingin. Kau ini ada-ada saja,” candaku sambil mencubit gemas pipinya. “Hmm Taemin-a, aku serius.” Ucapnya manja. Lagi-lagi aku tertegun melihat pemandangan yang ada dihadapanku, sikap manjanya membuatku gemas dan senyumannya itu mampu membuatku melayang. Sadar Taemin kau tidak boleh begini, batinku. “Apa Taehee juga kuliah dikampus yang sama dengan kalian?” tanya Jiyeon lagi membuyarkan lamunanku. “tidak tahu, aku hanya tahu Minho pacaran dengan wanita bernama Taehee. Tapi aku tidak tahu siapa dia,” jawabku bohong.
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jiyeon POV~
“Jiyeon-a, ada Minho.” Teriak mama dari lantai 1 rumahku. “Minho, tumben pagi-pagi sudah kesini.” Pikirku. Dengan rasa penasaran, kuturuni satu persatu anak tangga rumahku dengan tergesa. “Minho-a, ada apa?” tanyaku sesampainya dihadapan Minho. “Hmm kenapa bertanya begitu? Memang aku tidak boleh kesini lagi?” “Ahh bukan begitu, kemarin malam kau juga menelpon. Tapi aku sudah tidur jadi tidak tahu, sekarang pagi-pagi sekali kau sudah kesini. Bagaimana aku tidak penasaran?” ucapku tanpa jeda. “iya, sebenarnya memang ada yang ingin aku katakan padamu. Tapi sebelumnya kau lihat ini dulu,” katanya seraya menunjukkan sebuah video padaku. Dengan sedikit bingung kuperhatikan setiap detik adegan yang ada di video itu, disana kulihat Taemin sedang makan disebuah cafe bersama wanita yang bernama Haera itu. Kemudian di video berikutnya kulihat Taemin sedang jalan dengan wanita yang waktu itu aku lihat diparkiran supermarket bersamanya, tidak begitu terlihat mesra memang namun tetap saja video itu mampu membuatku termangu menahan sakit. “Dia berselingkuh Jiyeon-a, Taemin punya kekasih lain. Dia hanya mempermainkanmu.” Seru Minho berapi-api. “Aku tahu,” “ya?” lirih Minho kaget. “Kau tahu, dan kau tenang-tenang saja seperti tidak ada masalah apa-apa. Kenapa kau bodoh sekali Park Jiyeon, boleh saja jadi orang yang sabar tapi tidak harus sampai seperti ini!” sambungnya. “Tidak apa-apa Minho-a, anggap saja kesabaranku belum sampai pada batasnya. Jadi aku masih bisa sedikit bertahan,” kataku tanpa melihat sedikitpun kearah Minho sambil melanjutkan menonton video itu. Dan sekarang yang terakhir, sebuah video Taemin sedang berada di rumah sakit bersama seorang wanita yang belum pernah kulihat sebelumnya. “Yang itu Taehee, dua lainnya aku tidak tahu.” Ucap Minho, mungkin dia memperhatikan ekspresiku yang penasaran dengan wanita di video terakhir itu. “Taehee? Kenapa mereka bersama? Taemin bilang dia tidak mengenal Taehee, dia hanya tahu namanya.” “Dia bohong!” potong Minho tiba-tiba. “Taemin itu adalah kakaknya Taehee, dia memacarimu hanya untuk membalaskan sakit hati Taehee karena dia pikir aku memutuskannya karena kau.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Replay
Teen Fiction"Wajar jika seorang manusia memiliki dendam, tapi ketahuilah saat dendam menguasaimu sebenarnya kau telah kehilangan kebahagiaan yang diimpikan semua orang."