Taemin POV~
“Kau kenapa, dari tadi diam saja?” tanyaku sepulangnya kami dari kampus. “Hmm, Tidak. Hanya sedikit kedinginan,” jawabnya sambil masih tersenyum. Aku heran, kenapa dia masih tetap bisa tersenyum setelah semua yang dilihatnya tadi. Bisa-bisanya bilang kedinginan, padahal aku tahu pasti dia merasa panas bukan main saat ini. “Kau kedinginan, kenapa tidak bilang dari tadi.” Seruku sambil memasangkan jaket yang kukenakan dibahunya. Dia nampak tersenyum, mungkin sikapku sedikit mendinginkan hatinya yang tadi memanas. Aku harap dia akan membahas tentang aksi Haera tadi, hingga aku punya alasan untuk bertengkar dengannya. Namun hingga saat kami sampai dirumahnya, bahkan setelah beberapa jam kami bersama tetap saja dia tidak membicarakan masalah itu. Apa dia benar-benar tidak marah? Bagaimana bisa? Bukankah dia sangat mencintaiku, harusnya dia cemburu dan marah karena hal itu. Tapi kenapa sikapnya biasa saja?
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~
Jiyeon POV~
Beberapa hari kucoba menenangkan diri dan melupakan semua yang kulihat antara Taemin dan Haera, meskipun tidak sepenuhnya dapat kulupakan namun aku sudah tidak merasakan gejolak yang menyakitkan lagi dihatiku. Sikap Taemin semenjak kejadian dikampus hari itu juga mampu mengobati luka hatiku, jadi tidak terlalu sulit bagiku untuk melakukannya. “Jiyeon-a, berangkatlah segera. Sudah hampir sore, nanti kau kemalaman dijalan.” Teriak ibu. “Iya ibu, aku sudah mau berangkat.” Balasku juga sedikit berteriak.
Hari ini ibu menyuruhku ke supermarket untuk membeli beberapa bahan makanan, biasanya saat ibu menyuruhku ke supermarket seperti ini selalu ada Minho yang menemaniku. Ahh kemana anak itu, aku jadi rindu padanya. Sejak kejadian penolakan itu, aku dan Minho semakin jarang bertemu. Ditambah lagi waktuku yang lebih sering kuhabiskan bersama Taemin, membuatku benar-benar melupakan Minho. “Teman seperti apa aku, tapi dia juga jarang menghubungiku. Jadi bukan sepenuhnya salahku,” gumamku. Saat asik-asiknya melamun tentang Minho, mataku tidak sengaja terarah kepelataran parkir supermarket ini. Disana aku melihat Taemin sedang bersama seorang wanita, “Itu.. Taemin bersama siapa? Apa sebaiknya aku kesana?” Belum sempat aku melangkahkan kakiku, kudapati Taemin memeluk dan mencium mesra kening wanita itu. “Taemin-a,” kembali kurasakan sakit yang beberapa hari ini coba kuhilangkan.
Taemin POV~
“Hmm Jiyeon?” lirihku pelan saat melihat Jiyeon dijalan ketika aku dan sepupuku Haemi ingin mengunjungi Taehee. Haemi adalah adik Haera, “Ya? Jiyeon itu siapa oppa?” tanya Haemi. “Wanita itu, yang disukai Minho.” Jawabku singkat. Kulihat Jiyeon memasuki sebuah supermarket yang tak jauh dari rumahnya, “Haemi, aku punya ide.” Ucapku semangat. “Apa oppa?” kubisikkan ide yang terlintas dibenakku pada Haemi. Haemi mengangguk sambil memamerkan senyum simpulnya, “Brilliant.”
Setelah memasuki halaman supermarket, kuparkirkan mobilku tepat disisi kanan supermarket. Kulihat Jiyeon sering bolak balik dibagian itu, mungkin dia sedang berlanja kebutuhan sehari-hari. Saat kuyakin Jiyeon sedang mengarahkan pandangannya ke pelataran parkir, segera kupeluk dan kukecup mesra kening Haemi. Sedikit aneh rasanya mencium sepupu sendiri, tapi ideku sepertinya berhasil. Jiyeon terlihat terperangah melihat aksiku dan Haemi, pasti perasaannya hancur kali ini. Aku berharap dia akan mendatangi kami dan mempermasalahkan hal ini, namun kenyataannya diluar dugaanku. Tiba-tiba ada panggilan di ponselku dan itu dari Jiyeon. “Hallo,” ucapku mengawali panggilan. “Hallo Taemin-a, kau sedang apa?” tanyanya dengan nada biasa. “Aku..” Sejenak aku berpikir apa yang harus kukatakan, aku harus jujur ataukah berbohong. Namun kurasa yang terbaik adalah berbohong, agar Jiyeon semakin sakit hati karena dia tahu aku berbohong padanya. “Hoammm, aku sedang tidur dirumah. Kenapa chagi-a?” ucapku sambil pura-pura menguap. “Ahh tidak, aku hanya ingin mendengar suaramu. Yasudah lanjutkan saja tidurmu, nanti kalau kau sudah benar-benar bangun aku telpon lagi.” Katanya tanpa menunjukkan sedikitpun bahwa dia tahu aku sedang berbohong. Wanita ini hebat sekali, bagaimana caranya dia bisa terdengar setenang ini. Padahal aku tahu dia menelpon sambil terus memperhatikan kearahku. “Hmm ya, nanti kalau sudah tidak mengantuk lagi aku telpon kau ya.” Jawabku semanis mungkin. “Iya, saranghae.” Katanya mengakhiri panggilan tanpa menunggu jawaban dariku. Sempat kulirik kearahnya sebentar, aku tahu dia sedang berusaha menahan tangisnya. Entah kenapa, tiba-tiba aku merasa kasihan melihatnya seperti itu. Apa salahnya sampai aku memperlakukannya sejahat ini??
Jangan lupa RCL nde^^
KAMU SEDANG MEMBACA
Replay
Teen Fiction"Wajar jika seorang manusia memiliki dendam, tapi ketahuilah saat dendam menguasaimu sebenarnya kau telah kehilangan kebahagiaan yang diimpikan semua orang."