↱sepuluh

15.4K 2.7K 251
                                    


"alea alea alea~"

"aleaaaa~"

"alea sayang chenle. chenle sayang alea. semuanya sayang chenle tapi chenle sayang alea aja~"

gue menghela nafas, melirik chenle yang dari tadi pagi menyanyikan lagu random yang dia buat sendiri.

tadi sewaktu lagi sarapan, chenle datang menjemput, akhirnya alea mengajak chenle makan, lalu setelah selesai makan chenle hanya menyanyikan lagu yang di buatnya sendiri katanya hanya untuk dirinya.

gue terharu, pasti. tapi chenle sedari tadi gak berhenti buat gak nyanyiin. bahkan ketika di sekolah beberapa murid langsung menoleh, chenle sih santai aja.

"kamu ke kelas duluan aja, aku mau ke tempat kepala sekolah dulu tadi di panggil"

gue memgangguk, "iya"

chenle mengusap puncak kepala gue lalu pergi berlawanan arah dari arah kelas.

waktu memasuki kelas gue sempet bingung begitu melihat guanlin yang lagi duduk di meja gue.

dia tersenyum ke arah gue begitu gue sampai.

"al"

gue berdehem menyahuti.

"gue mau minta tolong boleh"

sempat ragu tapi akhirnya gue mengangguk. ya ketika temen gue lagi butuh bantuan selagi gue bisa kenapa gak gue bantuin?

"pulang sekolah, kerumah gue ya, ajarin matematika yang gue gak ngerti"

"hah?"

"bantuin gue belajar, lo kan jago pelajaran itu"

hm? gue mengerutkan dahi, serius? gue jago dalam matematika, bahkan nilai gue lebih kecil dari punya chenle.

lagi, setau gue guanlin orang yang pinter dalam hitung-hitungan.

"maukan?"

"hmm liat nanti ya" gue ragu, lagian kalau chenle marahㅡ

"iya tau iya?"

gue menghela nafas, "yaudah"

guanlin tersenyum senang menatap gue lalu mengacak rambut gue sesudahnya dia pergi ke bangkunya sendiri.

urusan izin nanti gue bisa atasin, lagian ngebantuin temen yang lagi kesulitan masa iya gaboleh?

"alea, kok belum duduk?"

gue menoleh ke arah sumber suara, ternyata chenle yang baru aja dateng. cepet banget ketemu kepala sekolahnya.

gue hanya tersenyum menatapnya, "gapapa tadi abis ngobrol sama guanlin"

sontak chenle menatap guanlin sehabis gue ngomong itu, guanlin sendiri yang di tatap chenle hanya diam dan balas menatap.

chenle menatap gue lagi, "jangan deket dia"

"kenapa?"

tadinya chenle hendak menjawab tapi dia hanya menggeleng sambil tersenyum lembut, "gapapa, cuma menjaga apa yang harus chenle jaga"

-witagenks-

iya bau bau keributan.

yang nungguin chenle mana, sini absen coba?

next?

il mio Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang