Aku tidak tahu bagaimana tepatnya kamu bisa menemukanku, aku pun tidak tau apakah itu hanya sebuah ketidaksengajaan ataukah hanya sebuah pelampiasan.
Yang ku tahu awalnya aku berusaha untuk tidak membuka hati, tapi dengan sapaan sederhanamu berhasil membuatku tak berdaya.
Dan kemudian, semuanya mengalir seperti air. Kian hari kamu dan aku semakin dekat kita saling memberi waktu untuk berdua disetiap harinya, bahkan saat kamu sibuk pun masih sempatnya untuk menelponku hanya untuk sekedar mengatakan Selamat tidur.
Jadi, apakah bisa jika aku mengharap lebih dari sekedar pertemanan?
Atau mungkin aku terlalu cepat menyimpulkan makna dari tindakanmu?
Dan kurasa kemungkinan kedua adalah jawabannya, karena ternyata ada gadis yang lebih kamu ratukan dari diriku, kalian terlihat berbahagia dan sangat serasi. Dia seorang gadis manis yang memang sepadan denganmu yang rupawan.
Ya, harusnya aku sadar sikapmu padaku adalah sikap yang memang kamu tujukan untuk semua temanmu. Kamu terlalu baik sampai aku hampir salah mengira.
Tapi untung saja aku tidak terjatuh, walaupun kini aku telah berada di ujung kayu pengharapan dan tinggal menunggu sedikit saja tindakan manismu untuk membuatku terjun kebawah sana.
Aku tidak marah apalagi kecewa padamu ataupun pada diriku sendiri. Malah aku sangat bersyukur, atas kehadiranmu saat itu karena setidaknya kamu membawa bahagia saat aku hampir memonotonkan hidupku.
Karena saat kamu datang luka yang baru saja terbentuk bisa perlahan-lahan sembuh, meski tak pulih seutuhnya tapi aku bisa merasa lebih baik dari sebelumnya.
Terimakasih.
