Chapter IV

615 91 18
                                    

"AAAAAAAA"

Yena jatuh terduduk. Tubuhnya bergetar hebat saat melihat dengan mata kepalanya sendiri potongan tangan yang ia yakini milik Yuri. Ia masih ingat gelang yang melingkar di pergelangan tangan itu, persis seperti yang sedang ia pakai. Gelang yang ia ingat betul di beli saat sedang berlibur.

Seluruh orang disana berteriak histeris. Bahkan wonyoung sudah memuntahkan makan siangnya disudut ruangan.

Pemandangan didepannya sangat mengerikan. Melihat bagian tubuh teman mereka terpotong dan masih dalam keadaan yang berdarah-darah.

"Kita harus keluar dari sini segera.. kita harus lapor polisi!" Ujar Chaeyeon penuh kepanikan. Ide nya mendapat persetujuan dari anggukan member yang lain.

Kecuali Yena. Gadis itu masih duduk terpaku menyandar rak buku. Pandangannya kosong.

"Yena.. ayo bangun.. kita harus keluar" sakura menggoyangkan bahu Yena. Berharap gadis itu akan merespon. Namun Yena masih membatu seakan hanya raga nya yang terlihat sedangkan jiwanya telah terambil.

Bayangkan saja kehilangan orang yang dicintai didepan matamu sendiri. Yena sangat menyesal dan mengutuk dirinya sendiri yang lalai tak bisa menjaga Yuri.

"Kalian saja dulu.."

"Kak Yena.. tak aman jika berdiam diri disini" Chaewon membantu sakura membujuk namun hanya mendapat gelengan sebagai balasannya.

"Sudahlah kita sebaiknya bergegas keluar.. dan mencari bantuan.." saran Hyewon.

"Tapi Yena bagaimana ?" Eunbi sang leader merasa itu bukan hal yang bagus. Membernya terpisah, bukannya hal itu akan menguntungkan sang pembunuh ?

"Dia masih berduka.. aku yakin kita harus memberinya waktu sebentar.."

"Hah baiklah.. Yena, kalau ada sesuatu yang mencurigakan cepat susul kami" kembali Yena hanya mengangguk dalam diam.



















Kesembilan gadis berbondong menuju pintu depan. Sedikit berlari namun berusaha agar tak terpisah barang sedetikpun.

Serempak mata mereka membulat kala melihat pintu yang seingat mereka terbuka lebar sekarang malah tertutup. Sangat rapat bahkan saat mereka semua mendobraknya. Terjebak. Mereka semua tak bisa keluar sekarang. Apa harus mencari kunci ? Bahkan mereka tak tahu bagaimana bentuk kuncinya.

"Kita cari jalan lain.. pintu samping aula ? Pintu belakang ?" Eunbi mulai mengajukan beberapa kemungkinan jalan keluar yang akan mereka cari. Ia tak hafal bangunan sekolahan ini karena mereka hanya menggunakannya saat syuting. Selebihnya itu tak pernah menyusuri lebih dalam.

"Bagaimana jika kita mencoba pintu disamping aula yang jaraknya lebih dekat ?" Usul wonyoung. Sepertinya gadis itu telah kembali dari rasa mual yang memenuhi rongga perutnya.

"Tapi kak.. bolehkah aku ketoilet ? Aku kebelet" pinta nako. Ia rasa kandung kemih nya tak bisa diajak kompromi dalam keadaan genting begini.

"Ya ampun nako.. tidak bisa kah ditahan sebentar ?" Seru eunbi. Bukan marah, ia hanya sangat sangat khawatir.

"Tapi kak.. aku sudah menahannya sedari tadi.." raut wajah nako sangat mengenaskan. Membuat eunbi akhirnya iba.

"Baiklah.. Chaewon dan wonyoung kalian antar nako ke toilet.. dan pastikan selalu menjaga berada dekat satu sama lain.." perintah eunbi yang segera di anggukan ketiganya. Dan mereka bergegas pergi dengan berpegang tangan.

"Sebaiknya aku menemui kak Yena, Aku takut sesuatu akan terjadi padanya.." Yujin memilik inisiatif yang sedikit berbahaya untuk dirinya sendiri. Dan eunbi ragu akan hal itu. Takut jika member termuda kedua mereka mendapat bahaya saat di perjalanan.

MOROS | IZONE [Creepy Book]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang