•••

6.9K 1.1K 496
                                    

Ibu pertiwi sedang terluka.

Kalimat itu seperti mendeskripsikan bagaimana keadaan Negeri ini. Negeri yang tengah dilanda banyak bencana. Gempa besar yang menimpa Maluku, kebakaran hebat di hutan Kalimantan yang disebabkan orang-orang tak bertanggung jawab, juga kerusuhan di Papua yang memakan banyak sekali korban jiwa.

Dan sekarang,

Keadaan jadi bener-bener rusuh di luar sana.

Bukan cuma anak STM yang semakin gencar melakukan perlawanan, tetapi para Mahasiswa serta warga sekitar juga mulai kepancing emosi dengan tindakan para aparat yang bahkan bertindak gak pandang bulu. Mereka bukan cuma bertindak kasar sama para Mahasiswa serta pelajar yang menyerang buat mempertahankan diri, tapi mereka mulai menyerang orang-orang yang bahkan gak tahu apa-apa.

Gue sempat lihat, ada beberapa orang yang terjebak macet yang juga kena sasaran. Mereka dipukul, dibentak dan diperlakukan dengan buruk. Gue yakin, pasti gak akan ada media yang menyiarkan soal ini. Gue sangat yakin, media justru akan lebih menyoroti kami yang tengah berjuang sebagai pihak yang menyebabkan kerusuhan, mengatakan jika kami adalah pembuat onar yang sesungguhnya hingga aksi kami hari ini berakhir dengan kerusuhan.

Negara ini memang terkadang lucu.

Apa salahnya dengan memperjuangkan masa depan? Apa salahnya dengan maju terdepan untuk menyuarakan aspirasi? Salah bila kami menolak ketidakadilan yang tenga para elit coba berikan kepada kami para rakyat biasa?

Gue pada dasarnya bukan tipikal orang yang suka berada di antara keramaian, bukan pula orang yang suka turun ke jalan untuk berorasi. Kalo bukan untuk masa depan bangsa ini, gue mungkin akan memilih untuk segera kembali ke rumah kemudian berleha-leha di depan televisi. Gue bakal lebih memilih buat berbaring di atas ranjang gue yang nyaman di kamar sepanjang hari ketimbang harus turun ke jalan di bawah teriknya sinar matahari.

Tapi kembali lagi. Semua gue lakukan untuk masa depan bangsa. Kami bersatu untuk bangsa Indonesia!

Beberapa jam udah berlalu sejak pertama kali para wereng cokelat nembakin gas air mata yang menyakitkan. Para Mahasiswa dan para pelajar terus didesak untuk mundur bahkan setelah beberapa kilometer jauhnya dari gedung para elit. Gue masih bisa denger dengan jelas, suara-suara tembakan beserta suara petasan yang masih terus mendominasi, meresahkan semuanya.

Dan mereka-mereka yang tersisa masih berjuang, melawan aparat yang terus bertindak kelewatan.

Sejak tadi banyak para mahasiswa ataupun pelajar yang terus datang, memenuhi ruangan yang dijadikan tempat sementara untuk para korban yang terluka. Mereka datang untuk meminta bantuan, membopong atau menggendong teman-teman mereka yang terluka. Pihak tim medis pun terus berdatangan, wara-wiri untuk menyelamatkan korban yang seperti gak ada habisnya.

Mereka kelihatan gigih, gak peduli meski keadaan sedang kacau dan beberapa kali sempet dihadang para aparat.

Gue jadi miris. Mereka yang udah berjuang dengan sekuat tenaga juga hati yang tulus untuk menyelamatkan nyawa orang banyak, justru difitnah dengan mengatakan bahwa mereka membawa banyak batu untuk menolong para peserta aksi dalam melawan aparat. Padahal, mereka murni hanya ingin membantu yang terluka, bukan untuk memperkeruh.

Gak sadar, gue mulai menggenggam tangan Dewa lebih erat. Dia masih tidur, gue paksa tidur lebih tepatnya. Wajahnya yang terlelap tenang dalam buaian mimpi itu, gue tatap dengan lembut. Setidaknya gue bisa sedikit bernafas lebih lega, Dewa berada di sisi gue sekarang, berada dalam pandangan. Gue gak tahu apa yang akan terjadi kalo semisal dia masih berada di sana. Gue gak mau membayangkan lebih jauh, terlalu takut.

Beberapa kali dia sempet maksa buat kembali, gak tenang saat tahu banyak teman-teman seperjuangannya yang belum kembali dari medan pertempuran. Bahkan, banyak dari mereka yang tertangkap para aparat dan gak tahu bagaimana kabarnya sekarang. Gue tahu, dia pasti gak tenang dan kepikiran. Tapi kondisinya lagi gak baik. Gue gak mau sesuatu yang lebih buruk dari ini terjadi sama dia.

BERSATU •CHANBAEK• (END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang