Part 1 ( Dosen Baru )

425 33 0
                                    

Waktu sudah menunjukan pukul dua lebih sepuluh menit, tapi mata Yohan tidak juga bisa diajak kompromi agar secepatnya mengantuk

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Waktu sudah menunjukan pukul dua lebih sepuluh menit, tapi mata Yohan tidak juga bisa diajak kompromi agar secepatnya mengantuk. Dia sudah bosan mengotak atik ponselnya dimulai dari membuka jejaring sosial hingga bermain game. Sekitar satu menit kemudian mata Yohan berhenti berkedip, email yang sudah ditunggunya sejak sore ternyata diterimanya pada sepertiga malam.

Jantung Yohan sempat berdegup kencang ketika membuka email yang dikirim dari Canada. Sempat telapak tangannya basah oleh keringatnya, bagaimana dia segugup ini hanya untuk membuka sebuah email?

Dia belum juga mengklik email tersebut, hening sejenak sambil menekan pipi kirinya dengan telapak tangan berharap dapat menghentikan rasa gugupnya.

"Tiga, dua, dua, satu .." Yohan menghitung mundur berkomat-kamit seperti merapalkan mantera barangkali itu dapat mempengaruhi isi emailnya.

Mohon maaf, anda belum berhasil. Silahkan mencoba pada kesempatan berikutnya

Yohan tidak berkomentar, tatapannya masih lurus pada deretan tulisan berbahasa Inggris tersebut. Dadanya masih berdegup namun perlahan kembali normal.

Yohan menaruh ponsel di samping pelan, lalu berbaring telentang. Ditariknya selimut lembut berwarna kuning gading, lalu dibenamkan seluruh tubuhnya ke dalam selimut seolah itulah caranya melampiaskan kekesalannya. Dia tidak ingin memikirkan apa yang terjadi besok, karena dia sudah tahu apa yang selanjutnya yang akan dijalani. Dia akan sendirian, menjauh dari rumah kosong ini.

Yohan turun dari bis dengan langkah santai, dia tidak menoleh sama sekali ketika gerombolan siswi SMA yang memanggil-manggil oppa padanya. Itu sangat melelahkan baginya, selalu saja terjadi setiap hari, seolah dirinya salah satu dari ratusan idola yang digandrungi kalangan muda-mudi korea.

Hari ini Yohan sedang dalam mood baik untuk masuk kuliah pada jam pertama, sebenarnya dia tidak punya alasan khusus, hanya saja penasaran dari percakapan beberapa pria di dalam bis tentang profesor wanita muda yang akan menggantikan dosen sebelumnya.

Sesampainya di kelas.
Rupanya kelas masih sepi, tidak sampai sepuluh mahasiswa yang sudah sudah datang. Apakah Yohan yang datang terlalu awal? Ah, itu tidak penting untuk dipikirkan, dia memilih duduk di deretan bangku paling depan. Dia tidak suka ketika mahasiswi perempuan yang sering menggodanya jika duduk di deretan belakang atau deretan tengah.

"Daebak, Hangyul." Kata wanita yang duduk di belakang Yohan, dia tidak penasaran karena sudah tahu tentang pria yang menjadi objek paling menarik bagi para gadis pagi ini. Yohan tidak bergeming sama sekali ketika pria yang dipanggil-panggil "Lord Han" sudah duduk di sebelahnya, mengangkat tangan kirinya menyapa Yohan dengan sangat manis.

"How are you, Yohan" Ujar Hangyul memperjelas arti tangannya yang terangkat, namun orang yang disapa hanya menatap tanpa ekpresi lalu kembali sibuk pada ponsel di tangannya.

Hangyul tidak patah semangat, dia menaruh cokelat batang di meja Yohan, cokelat itu didapatnya dari beberapa wanita jurusan lain. Percuma, sogokan Hangyul tidak akan mempan untuk seorang Yohan. Pria itu hanya mengangguk kecil dan tersenyum. Tentu saja mendapat sebuah senyuman Yohan dipagi hari adalah sebuah prestasi besar bagi Hangyul.

X1- Paradise Dormitory (Completed✔️)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang