4 - Bintang Dan Bulan

673 66 8
                                    

Jika kamu adalah Bulan, maka aku yang akan menjadi Bintang, dan begitupun sebaliknya.

Jika kamu Siang, maka aku yang akan menjadi Malammu, dan begitupun sebaliknya.

Aku dan kamu adalah satu, sejiwa, dan terikat, namun apa artinya jika aku tanpa kamu?

...

Gun terbangun dari tidurnya yang baru satu jam saja, hela nafasnya tidak beraturan, keringat dingin mengucur dari dahinya, dia selepas mimpi buruk?

Entahlah?

Gun mengambil ponselnya, waktu menunjukkan pukul 9 malam, terdapat beberapa pesan ucapan selamat malam dari Off, dia tadi sudah pamit tidur rupanya. Gun merasa kehausan, tapi air di sebelah tempat tidurnya habis, terpaksa ia harus turun kebawah.

Ruang keluarga masih menyala, Gun mendesah malas, Tuan Phun pasti lupa mematikan lampu, setelah mengambil air minum didapur, Gun melangkah ke ruang keluarga guna mematikan lampu, tapi langkahnya terhenti di pintu, saat ia lihat Tuan Phun sedang meringkuk di Sofa. Setiap melihat ayahnya sendiri, Gun merasa muak, namun setelah mimpi menyebalkan tadi, rasanya hati Gun mencelos melihat sang Ayah yang dibencinya meringkuk seperti itu.

Dia mengambil selimut untuk menyelimuti Ayahnya, dan pandangan matanya terfokus pada album lama yang sudah ia lupakan. Gun memandang Tuan Phun dengan dada bergemuruh. Gun sadar bukan hanya dirinya seorang yang merasa kesepian selama ini, ayahnya juga kesepian, selain kehilangan Ae sama sepertinya, Tuan Phun juga kehilangan dirinya.

Namun melupakan segala yang telah membuat keluarganya hancur, itu tidak mudah bagi seorang Gun.

...

Gun kembali kekamarnya, membawa album kenangan miliknya dan Ae.

Jika waktu itu kedua orangtuanya tidak bercerai, dan Ae tidak ikut bersama ibunya, maka mungkin Ae masih ada disisinya.

Gun memandang Bulan, dia tersenyum, tangannya menjulur seolah ingin menyentuh Bulan itu.

"Ae, Phi rindu padamu, selama ini Phi hidup kesepian berteman segala kenangan masa kecil kita, Phi membenci ayah kita, tapi Phi lebih benci pada diri sendiri karena sampai sekarang Phi tidak bisa mengikhlaskan kepergianmu, maaf." dada Gun terasa sesak sekali, hatinya teramat sakit, hampa rasa hidupnya, meski kini hidupnya mulai kembali normal akan adanya Off, tetap saja rasa kehilangan itu masih menggerogoti hatinya.

"Bulan itu kamu, dan Phi itu Bintangnya, tapi untuk apa Bintang bersinar jika harus tanpamu?" Gun menangis memeluk Album kenangan yang berisi banyak foto dirinya dan Ae, juga orang tua mereka, kenangan abadi yang tidak akan pernah terganti, maupun terlupakan.

Kenangan indah yang tidak akan pernah kembali.

...

Setiap manusia pasti memiliki sisi yang tidak ingin mereka tunjukkan pada orang lain, dan inilah sisi Gun yang hancur.

Kehidupan terus berjalan, namun waktu seolah terhenti baginya, kerinduan, kehilangan menggerogoti jiwanya.

Namun, dunia gelapnya mulai terang karena Off.

Off bagaikan Mentari yang membuat hati Gun menghangat karena sinarnya.

...

Di Restaurant milik Orang Tua Off.

Tuan Mario dan Ny. Mai.

"Jadi ini yang namanya Gun? kekasih anak Ibu." kata Ny. Mai senang sekali melihat betapa manis dan imutnya kekasih anak tertuanya.

Gun hanya tersenyum hangat mendengar pujian dari Ibu Off.

"Ibu, Gun jangan digodain terus lah." kata Off menengahi.

Atas Sebuah Pilihan (OffGun END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang