Kisah Kita (END)

1K 78 18
                                    

Gun terbangun dan masih tak berhentu takjub memandang Perth yang kini masih tertidur pulas. Ia tersenyum dan juga mengelus kepala adiknya.

Ia membenarkan selimut adiknya,  lalu mengecup keningnya.
Setelahnya ia melangkah ke cermin, melihat bahunya yang diperban.
"Aku tidak merasakan apapun selain bahagia." Gun menggumam lalu tersenyum menatap bayangannya.

Cklek.

"Eh." pekik Gun kaget perihal Off yang masuk tiba-tiba disaat Gun membuka bajunya untuk cek lukanya tadi, dan sekarang malah susah memakainya kembali.

"Kamu kesusahan memakai bajunya?" tanya Off peka.
"Bantuin sini." kata Gun sambil tersenyum.
Dan Off mendekat, melangkah tidak berisik agar tidak membangunkan Perth yang pulas.

Dan Off pun membantu memakaikan baju Gun, keduanya saling menatap lewat cermin.
Ada banyak hal yang harus keduanya bahas.

"Ayo kita bicara berdua." kata Gun lalu berbalik menghadap Off.
Off tersenyum dan mengangguk, keduanya pun melangkah keluar meninggalkan Perth.

Membiarkan bocah itu tidur pulas.

Keduanya melangkah sambil bergandeng tangan.

Di atas balkon.

Keduanya duduk berdampingan.

"Bagaimana keadaanmu Gun? " tanya Off yang jelas tidak lupa, kekasihnya ini masih sakit.
"Aku benar-benar tidak apa-apa, meski bahuku sedikit kaku." Gun menertawai dirinya sendiri, lucu.
"Aku itu seringkali mengalami kecelakaan, sebelum bertemu kamu,  dan memang aku nggak pernah merasa sakit. Seperti mati rasa." pengakuan Gun terasa begitu kelam dan suram.

"Rasanya seperti keajaiban, aku merasa hidup kembali, dengan adanya kamu dan juga adikku yang kembali. " kata Gun sambil tersenyum dan penuh haru.

Gun memeluk sosok Off lalu menangis terisak.

"Aku merasa bersyukur atas kebahagianmu ini." kata Off sambil tersenyum dan memeluk erat tubuh kekasihnya.

Tuhan itu Adil kan.
Mengembalikan apa yang telah hilang.
Lalu mengambil sisi lainnya.
Begitulah kehidupan.
Silih berganti.

...

2 Bulan setelah Gun dan Perth bertemu.

Mark menyuapi Perth.

"Phi Mark, mengapa bertahan dengan orang sepertiku? " tanya Perth disela suapan Mark.

Dokter bilang, kondisi Perth tidak lagi bisa pulih lebih baik.
Ia harus menghabiskan waktu di Rumah untuk pengobatan jalan, dan mungkin menikmati sisa umur?

Umur manusia tidak ada yang tahu, tapi bagi orang seperti Perth, sudah begitu beruntung bertahan sampai sekarang.

"Karena kamu satu-satunya yang aku cintai." kata Mark sambil mengelus kepala Perth lalu mencium keningnya.

"Terimakasih sudah secinta ini pada Perth yah." Perth tidak pernah sekalipun mengungkap rasanya untuk Mark. Dan kini, di saat yang entah akan bertahan berapa lama, Perth ingin mengungkapkan betapa berharganya Mark untuknya.

"Terimakasih juga sudah bertahan begitu kuat. Kamu sekarang pasti senang bertemu Phi dan Ayahmu lagi." kata Mark sambil tersenyum.

Perth mengangguk.

"Aku bahagia, semua berkumpul kembali denganku, Phi, aku ingin bilang ke kamu bahwa selama ini aku juga mencintaimu, selalu, kamu yang berada dalam hatiku." kata Perth sambil tersenyum.
Mark tertegun lalu tersenyum.
Ia menumpukan keningnya pada kening Perth.

Atas Sebuah Pilihan (OffGun END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang