9 - Ae

543 60 12
                                    

Jam menunjukkan pukul 10 malam, 15 menit lagi dimulai balap liar.
Gun mencari Off yang katanya mau menonton, tapi ternyata tidak juga muncul, ia berharap Off hanya terlambat.
"Gun terlihat gelisah?" tanya Tay, rivalnya.
"Hanya mencari seseorang yang mau melihat kita bertanding." kata Gun.
"Tidak jadi datang?" tanya Tay lagi.
"Entahlah, mungkin sebentar lagi." jawab Gun pasrah.

Namun, disisi lain, ada yang membuat Gun gelisah tanpa sebab, selain perihal tidak datangnya Off. Gun tidak paham soal resahnya.

1...2...3

Hitungan dimulai, dan dua motor pun segera melaju, beriringan, dipenuhi gemuruh sorak sorai yang membahana.

Gun dan Tay.

Rival yang juga bersahabat di arena balap.

Deru angin malam membius Gun, meski resahnya tak kunjung hilang, ia tetap fokus pada jalanan, harus segera selesai agar bisa tahu apa alasan Off mengingkari janji.

...

Off mengirim pesan pada pacarnya tentang ia yang tidak bisa hadir menonton balapannya Gun.

To Gun : Maaf, mendadak sekali mengabarimu, aku tidak bisa hadir malam ini untuk menontonmu, karena sesaat akan pergi ke tempatmu, Bunda mengabari Perth sedang di Rumah Sakit, dan dia mengalami gagal jantung, dan kini meski berhasil selamat, dia sedang kritis.

Maaf.

Off memandang pintu kamar Perth, matanya sembap karena menangis tadi, ia kalut, panik, adiknya hampir saja meninggalkan dia.
"Maafkan Bunda sama Ayah yah Off." kata Bunda merasa bersalah karena tidak mengabari Off jika Perth dibawa kerumah sakit siang tadi.

Ayah duduk disamping Off.

"Perth hanya tidak mau kamu khawatir." kata si Ayah agar Off berhenti kesal.
Sedangkan Mark hanya tidur di kursi lain, ia lelah dari tadi terjaga bersama Ayah dan Bunda, khawatir pada kondisi Perth.

"Aku hanya merasa bodoh tidak peka kalau Bunda sedang berbohong padaku tadi pagi." ungkap Off kecewa.
Entah pada siapa ia lampiaskan kecewanya.
"Perth hanya tidak mau menganggu waktumu dengan Gun, Gun sedang butuh kamu." kata Bunda mengenggam tangan Off.

Off menatap Bundanya, hatinya jadi sakit.

"Bun sejak kapan Gun lebih penting Perth?" Tanya Off masih kesal.
Dadanya terasa sesak, kalut, marah, kesal, segalanya bercampur aduk.

"Perth yang berfikir begitu." kata si Ayah menengahi.
"Bocah itu, kenapa sangat menyebalkan sih?" kata Off, dia menutup matanya, merasa lelah.

Waktu berjalan lebih lambat dari biasanya. Perth, didalam sana berjuang hidup dan mati. Ia lelah, ia ingin berhenti.

Namun, diambang batasnya, ia berharap agar dipertemukan dengan Gun, kakak yang ia rindukan selama ini, meski ia baru mengingat sosok kakaknya sendiri.

Ia ingin peluka perpisahan.

...

Gun memenangkan Balapan malam ini.

"Wah, memang tidak ada yang bisa mengalahkan kamu Gun." puji teman yang lain, semua pun menyelamatinya.
Gun hanya menanggapinya dengan senyuman, namun meski jadi pemenang, ia merasa gelisah.

Dia pun mengecek ponselnya yang mati.

Dan menghidupkannya.

Ada pesan masuk dari Off

From Off : Maaf, mendadak sekali mengabarimu, aku tidak bisa hadir malam ini untuk menontonmu, karena sesaat akan pergi ke tempatmu, Bunda mengabari Perth sedang di Rumah Sakit, dan dia mengalami gagal jantung, dan kini meski berhasil selamat, dia sedang kritis.

Atas Sebuah Pilihan (OffGun END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang