10 - Ego

697 62 5
                                    

Gun terbangun dengan wajah lelah dan nafas memburu.
Luka ditubuhnya  sudah diobati, satu jam telah berlalu.
"Kamu sudah sadar?" tanya Papa Gun, ada Off  juga disana.
"Perth bagaimana keadaannya?" tanya Gun pada Off.

"Dia belum sadar, apa  sih kamu ini? khawatir kan dirimu sendiri." kata Off bingung.
"Aku mau ketemu dia." Gun berusaha melepas infusnya. Anak ini sungguh nekat sekali.
"Gun jangan." Papa Gun melarang Gun melepas infusnya.
"Gun kamu kenapa  sih?" tanya Off marah melihat Gun seambigu ini.

"Aku mau ketemu Perth, kurang jelas apa mauku?" teriak Gun makin  marah, nafasnya terasa sesak,  tapi anak ini sangat  nekat dan egois, tidak perduli pada nasihat orang.
"Biarkan saja, percuma menahan anak bebal sepertinya." kata Papa Gun pasrah dengan tingkah  putranya yang  seperti orang gila.

Off mengambil kursi roda.
"Aku antar." kata Off sambil membantu Gun.
Gun  pun menurut.

Meski Off tidak mengerti sama sekali mengapa Gun terobsesi pada Perth.
Papa Gun  hanya menatap anaknya pergi, lalu mengikuti mereka.

Di kamar Perth, Mark sedang menjaga Perth yangg baru bangun.
Dini hari, dan Gun berbuat heboh.

"Perth." panggil Gun.
Mark menoleh ke arah pintu yang terbuka, Gun, Off,  dan Papa Gun.
Perth yang masih berbaring terkejut melihat Gun datang.

Gun langsung berdiri dan melangkah  mendekati ranjang Perth, Mark otomatis menyingkir.

Mark, Off dan Papa Gun bagaikan  figuran saat Gun mendekat dan menangis didepan Perth.

Orang tua Off yang baru datang saja terkejut melihat tiga figuran menyaksikan  Gun menangis, duduk di sebelah ranjang Perth sambil mengenggam tangannya.

Perth hanya  menatap Gun dengan berkaca-kaca, dia tidak bisa berbicara karena mulutnya terpasang alat bantu nafas.

"Terimakasih kamu masih hidup Ae." kata Gun sambil menciumi punggung tanga Perth dengan sayang.

Semua jelas tertegun mendengar Gun memanggil Ae.
"Apa maksudnya ini Gun?" tanya Papa Gun tidak mengerti, sedang Off dan Mark saling berpandangan bingung.

Jika Orang tua Off hanya menghela nafas, tidak tahu harus berkomentar apa.

Gun merasa tuli, ia tidak mendengar pertanyaan Papanya, dia hanya memandang Ae dengan senyum dan membelai pipinya.

"Aku pikir ini mimpi, aku pikir aku sedang bermimpi, tapi kamu ada disini, didekatku, bisa kusentuh. Ae, phi Gun merindukanmu." Gun menangis, ia sama sekali tidak merasakan fisiknya yang sakit, padahal tulang bahunya bergeser, ada pendarahan di otak juga, meski ringan.

"Phi?" gumam Ae, ia melepas alat bantu nafasnya, lalu memegang tangan Gun yang membelai pipinya barusan.

"Gun, aku tahu kamu sedang sakit, mungkin juga sangat rindu, tapi dia bukan Ae, dia ini Perth Gun." kata Off menghampiri Gun.
"Gun, sadar nak." kata Papany juga.

Gun menghela nafas lalu menatap satu-persatu diantara mereka.

"Kalian yang tidak mengerti, dia ini Ae, Aenya Gun, bukan Perth, Ibunya Off, Perth bukan anak kandung kalian kan?" tanya Gun marah.
Ia kecewa jika harus dibohongi.

"Phi Gun, bagaimana bisa Phi tahu aku ini Ae?" tanya Ae lirih, niatnya menyangkal, namun ia pun rindu phi Gun nya, apalagi jika waktu ini adalah terakhir kalinya.

Semua tercengang mendengar pertanyaan Ae.

"Perth memang bukan adik kandung kamu Off, kamu lupa bahwa dia adalah anak yang tiba-tiba hadir ke rumah kita." kata Ibu pada akhirnya.
Ayah Off hanya memeluk istrinya untuk menguatkannya, mungkim memang begini cara Tuhan mempertemukan dua kakak beradik yang telah terpisah.

"Aku menyesal tidak mengenalimu sejak awal, saat tadi aku kecelakaan, aku melihat bayangan masa kecil kita, dan Ae yang kugenggam malah tumbuh menjadi kamu." aku Gun yang tadi sempat berdelusi, namun, mungkin itu pertanda bahwa Tuhan membuatnya menemukan kembali adiknya, yang selama ini tidak pernah ia relakan, yang selama ini kehilangan bahkan membuat Gun hampir tidak waras.

Papa Gun mendekat ke arah dua putranya.

Gun memeluk Perth yang masih berbaring, keduanya menangis melepas rindu.
Bahkan papa Gun pun menangis melihat Ae yang disangkanya telah lama mati kini ternyata masih hidup.

Kisah ajaib.

Off dipeluk Mark, keduanya sama shock.

Suasana menjadi haru.

"Ae, papa rindu kamu nak." kata Papa Gun saat membelai kepala Ae dengan rindu.

Gun menghapus air matanya dan tersenyum haru, papanya juga merindukan putra bungsunya.

Perth tersenyum melihat dua lelaki yang telah lama ia lupakan, namun tetap ia rindukan.
Seketika, hatinya menjadi begitu hangat dan haru.
Ia bersyukur, Tuhan masih memberi ia kesempatan untuk bersama kedua orang ini, mungkin tersisa sebentar.
Karena ia tahu, mungkin hidupnya tidak lagi lama, ia juga sudah terlalu lelah, namun tetap bertahan dan menumbuhkan harap.
Lalu Tuhan mengembalikan bagian dunianya dengan cara tidak terduga.

...

Papa Gun, dan semua keluar dari kamar Perth, membiarkan Gun tidur memeluk Perth.
Anak itu sudah sering terluka, sering kali parah, jadi sepertinya kali ini Gun juga tidak apa-apa.

"Maaf kami tidak pernah mencari kalian, karena Ae pun mengalami hilang ingatan, jadi ia tidka mengingat apapun." jelas Ayah Off pada calon besannya.
Papa Gun tersenyum dengan hangat, lelaki yang dibilang Gun paling tidak punya hati ini tersenyum hangat dengan tulus.
"Tidak apa, aku harusnya berterimakasih pada kalian yang telah merawat Ae dengan penuh kasih sayang." kata Papa Gun.

"Phi Off, bagaimana perasaanmu?" tanya Mark menemani Off.
"Kacau, adikku ternyata adik kandung paacrku sendiri." kata Off linglung.
Ia seolah masih bingung dan tidka percaya.
Terlebih ia selama ini sudah sangat mencintai Perth, melupakan asal-usulnya dan tetap menjadi kakak terbaik bagi Perth.

"Aku pikir, ini sangat lucu, Tuhan memberikan takdir yang benar-benar ajaib, kamu yang hidup penuh kehangatan, menjadi pribadi hangat dan cerah, meski cupu, memiliki Perth disisimu, sedangkan Gun yang dunianya gelap, dingin, karena kehilangan, nyatanya malah yang hilang itu ada di kamu." komentar Mark mengusik Off. 
"Aku seperti pencuri kebahagiaan Gun yah?" gumam Off menyadari fakta itu.
"Tapi kamu kini juga mengembalikan kebahagiaan Gun, menambahnya dengan kamu jadi pacarnya." kata Mark dengan tulus.

Off yang mendengar Mark memujinya jadi tersenyum haru.

Nyatanya, Mark benar, Off mungkin pengganti bahagia Gun, dan kemudian setelah waktu berlalu, Off mengembalikan segala bahagia Gun yang hilang.

Dalam takdir seseorang dengan yang lain itu terhubung, entah berbeda jarak dan waktu sekalipun, yang satu bahagia, sedang yang lain berkubang duka.
Dan ketika datang waktu versiNya, pembawa bahagia akan datang menjadi obat bagi mereka yang berkubang duka.

Seperti takdir Off dan Gun.

Off memang ditakdirkan menjadi pembawa bahagia bagi Gun Atthapan yang selama hidupnya berkubang duka kehilangan. Kini Off datang mengembalikan Ae pada Gun yang merindu hingga hampir mati.

Takdir itu seajaib itu.

Dan itu adalah bukti adanya Harapan, disetiap batas ambang manusia.

...

TBC

Atas Sebuah Pilihan (OffGun END)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang