Repub tanpa edit 18/7/20
13/11/20
2/1/21Mau tauuu dong, yang pernah baca beaten track versi lama tunjuk tangaaannn
Mereka bilang cinta pertama tidak akan pernah hilang. Mereka hanya terkunci di satu sudut hatimu dan bisa terbuka kapan 'pun, bahkan ketika kamu merasa sudah siap menghadapinya. Tapi siapa yang mampu melawan segala kenangan akan debaran pertama? Rengkuhan yang didapat selain dari kedua orang tua? Ciuman manis di bibir serta senyum malu-malu setelahnya?
Geeta masih ingat betul bagaimana rasanya jemari pria itu ketika tangan mereka bertaut, mengisi kekosongan dari sela-sela jarinya dengan sempurna. Bagaimana sentuhan seujung jari saja mampu membuatnya merasa jantungnya bertalu-talu serta memnuat rona mukanya berubah. Debaran yang tidak pernah dia rasakan untuk orang lain selain pria itu. Debarannya yang pertama. Dia pikir dia sudah melalui itu semua, dia pikir dia sudah baik-baik saja. Tetapi ketika melihat pria itu lagi, semua kenangan lamanya seperti muncul kepermukaan dan dia tahu dia tidak pernah beranjak. Waktu memang terus bergulir tetapi dia tetap berada di tempat yang sama dengan perasaan yang ditujukan untuk orang yang juga sama.
"Jadi, ada apa dengan lamunan-lamunan padahal lo yang meminta bertemu?" Tanya seorang wanita setelah dia menyentakkan tangan Geeta untuk mengembalikan kesadaran wanita itu.
"Huh? Tidak ada, hanya ingin bertemu."
"You okay?"
"Yeah, I'm good."
"Still taking your meds?"
"Those sleeping pills? Gak lagi, Tia, gue sudah lama tidak meminumnya."
"Jadi ada apa?"
"Gue...gue bertemu dengan dia."
"Lalu?" Tidak perlu penjelasan untuk tahu siapa dia yang dimaksud oleh Geeta. Tia sudah mengenalnya seumur hidupnya dan sudah paham cerita Geeta. Tia tahu, hamya dua orang dia di hidup Geeta.
"Tanganku gemetar."
"Sama saat lo bertemu dengan...." Tia menggantung kalimatnya, tanpa diteruskan 'pun Geeta tahu maksudnya. Menyebutkan orang itu seakan menjadi hal yang tabu diantara mereka, tepatnya untuk Geeta.
"Ya."
"Lalu bagaimana pertemuan kalian berakhir?"
"Tidak ada apa-apa. Pak Robert mengakhiri pertemuan dan pamit, gue mengikutinya."
"Lalu ada yang mau lo ceritakan lagi?"
"Ini lo bertanya sebagai apa sih, Ti?"
"Sahabat, saudara sepupu, kakak sepupu, seseorang yang peduli dan sayang lo." Jawabnya setelah menyeruput minuman Geeta.
"Tidak ada. Hanya itu saja. Tidak ada yang lain."
"Sungguh?"
Geeta menganggukkan kepalanya dengan ragu.
"Okay, mari kembali ke bagian tangan gemetar."
"Not again, Tia, gue hanya bercerita."
"Iya sesi sepupu sudah selesai. Sekarang sesi dokter." Tia menyengir lebar ketika melihat Geeta mulai gusar di tempat duduknya.
"Stop it! Gue baik-baik saja."
"Fine! Lo tidak seru." Tia menyeruput minumannya hingga tandas, dia tahu dia tidak bisa memaksa Geeta untuk bercerita. Wanita itu akan bercerita ketika dia siap.
"Bagaimana hati lo? Siap gue kenalkan dengan orang lain?"
Geeta menggelengkan kepalanya, "Hubungan itu mengerikan. Seakan menempatkan kebahagianmu kepada orang lain dan kamu tidak akan pernah siap ketika dia menghancurkannya."
"Lo tahu, Ta, bergumul dengan masa lalu memang menyenangkan. Tetapi lo harus mengikhalaskan itu."
"Sejak dulu orang-orang selalu mengatakan itu, Ti. Kenapa sih tidak membiarkan gue melepaskan amarah dan kekecewaan gue alih-alih menyuruh gue untuk merelakan?"
"Gue membiarkan lo melakukannya, Geeta, tapi tidak untuk selamanya. Ini sudah 12 tahun lebih, apa kamu tidak berencana untuk bangkit?"
"Nanti, mungkin nanti."
"Coba buka hati untuk orang baru, Geeta."
"Ini hati, Tia, buat hati kok coba-coba." Geeta berusaha mencairkan suasana dengan menirukan nada iklan minyak yang membuat Tia berusaha menyembunyikan senyumnya dengan menoyor kepala Geeta pelan. Getaran ponsel Geeta menarik perhatiannya, ada pesan masuk. Geeta membuka pesan itu lalu mengernyitkan dahinya.
"Siapa?" Tia bertanya sambil melongok, hendak mengintip.
"Dia."
Uh-oh, another dia.
Post pertama 10/19
Revisi 11/2/20Cerita on going
KAMU SEDANG MEMBACA
Beaten Track [FIN]
General FictionSudah cetak selfpub Perjalanan ini mungkin, ralat, pasti akan menjadi perjalanan yang panjang dan sulit tapi bertahan merupakan pilihannya. Dulu. Namun ketika pilu menyisakan ragu dan rindu yang menggebu, bagaimana dia tidak meragu? ______________...