Repub tanpa edit 29/7/20
26/11/20Teruntuk yang rajin nyepam cerita ini, kalian gemezin deh. Nih hadian buat kalian.
Geeta hanya bisa diam saat memandang orang yang membunyikan bel apartemennya pagi ini. Sabtu pagi biasanya hanya Tia atau Refa yang berkunjung dan dia terlalu malas untuk mandi di pagi hari saat sabtu. Jadi ketika bel berbunyi dia langsung membuka pintu tanpa mengeceknya. Tatapannya langsung bertemu dengan pria itu. Raut kebingungannya tidak membuat pria itu mau memberikan penjelasan atas kedatangannya sabtu pagi pukul sembilan.
"Aku boleh masuk?" Tanyanya setelah sapa basa-basi yang dia lontarkan.
"Tidak. Ayah saya sudah mewanti-wanti untuk jaga jarak dengan kamu setelah foto itu tersebar." Geeta menutup pintunya sedikit, tapi masih menyisakan sedikit celah agar dia bisa melihat reaksi Ata.
"Justru itu yang mau saya bicarakan. Kita perlu bicara mengenai kejadian itu."
"Bicarakan dengan ayah saya saja langsung. Keadaan akan semakin buruk kalau kamu masuk ke apartemen saya, kita tidak tahu siapa yang melihatmu masuk ke sini."
Ata menghela napas, "yasudah kamu bisa datang ke rumah saya?"
"Tidak."
"Ayolah, kita perlu bicara."
"Tidak ada yang perlu dibicarakan, Bapak Agrata."
"Saya menyesal menolong kamu, kalau begini kejadiannya."
"Saya juga tidak pernah minta kamu tolong kalau perlu saya ingatkan."
Sekali lagi Ata menghela napas panjang, tatapannya mulai gusar. "Benar, tapi kita perlu bicara. Bukan hanya aku, tapi orang tuaku juga."
"Orang tuamu? Kenapa dengan orang tuamu yang mau bicara dengan saya?"
"Ceritanya panjang, aku akan cerita sama kamu di jalan."
"Saya tidak mau satu mobil denganmu. Terakhir kita di satu tempat yang sama berakhir buruk."
"Really? Seingat aku kamu menikmatinya."
Geeta mencengkram gagang pintu dengan kencang ketika ingatan itu muncul dan parahnya kali ini dia melihat wajah itu. Tiba-tiba dia merasa mual kemidian berlari ke kamar mandi untuk memuntahkan isi perutnya.
"Kamu gak apa-apa?"
Geeta menulikan kupingnya dari pertanyaan Ata yang sudah berdiri diambang pintu kamar mandi. Pria itu berjalan mendekat danberniat memegangi rambut Geeta yang menjuntai tapi langsung ditepis oleh wanita itu.
"Keluar."
"Kita perlu bicara, G."
"Keluar saya bilang."
"Ta---"
"KELUAR!" Teriak Geeta sambil mendorong jauh tubuh Ata yang berada di dekatnya hingga pria itu terjatuh dengan posisi duduk di lantai kamar mandi. Geeta langsung berderap menjauh ke arah kamarnya dan membanting pintu itu sambil memegangi kepalanya yang pening.
"Geeta?"
Suara itu, suara Refa. Geeta langsung membuk pintu kamarnya dan mendapati Refa dengan tatapan bingungnya. Tanpa pikir oanjang Geeta langsung menubrukkan tubuhnya kepada Refa yang hampir terjengkang jika dia tidak langsung menempatkan kakinya untuk menjaga keseimbangan.
"Hei, hei, breathe, Geeta, breathe." Ujar Refa sambil mengelus pundak Geeta yang gemetar hebat, "tenang. Ada aku di sini." Lanjutnya dengan lembut sambil menanamkan kecupan di pelipis wanita itu.
Refa melirik kearah kamar mandi dan menemukan Ata yang terlihat bingung dengan posisi yang masih sama. Terduduk di lantai.
"Aku antarkan kamu ke kamar ya?"
"Usir dia Ref, usir dia."
"Iya, nanti aku usir." Jawab Refa sambil menggiring Geeta ke dalam kamarnya kemudian keluar setelah beberapa saat dan melihat Ata berdiri di ruang tengah.
"Agrata? Ada apa ke sini?"
"Saya harus bicara dengan Geeta."
"Mengenai foto kalian yang si hotel itu?"
"Mau masuk ke hotel." Ralat Ata dengan cepat.
"Tapi kalian keluar bersama di pagi harinya."
"Itu karena teman mu kehilangan dompet dan ponselnya."
Refa menganggukkan kepalanya, "katakanlah tidak terjadi apa-apa. Kenapa kamu memaksa harus berbicara dengan Geeta?"
"Itu urusan saya dengan dia."
"Okay, karena dia tidak mau berurusan dengan kamu, silakan kamu pergi dari sini. Pintunya di sebelah sana." Refa berujar sambil menunjuk kearah pintu, Ata melihat pria itu dengan geram sebelum beranjak dari apartemen Geeta.
Apdet ketika total bintang dan komen 1.5K yaa.
Untuk apdet mengenai ceritaku bisa follow IG @akudadodadoLuvs
Dado17/11/19
8/3/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Beaten Track [FIN]
General FictionSudah cetak selfpub Perjalanan ini mungkin, ralat, pasti akan menjadi perjalanan yang panjang dan sulit tapi bertahan merupakan pilihannya. Dulu. Namun ketika pilu menyisakan ragu dan rindu yang menggebu, bagaimana dia tidak meragu? ______________...