Repub tanpa edit 24/7/20
21/11/20
13/1/21"Geeta, kamu ngelamun terus saya pecat ya. Mau?"
Geeta mengerjapkan matanya beberapa kali lalu melihat ke asal suara. Bosnya sudah berdiri dengan angkuh di dekat mejanya, kedua tangannya dimasukkan ke dalam saku celana sambil menatap tajam padanya.
"Jangan ya, Pak. Saya lagi khilaf aja kok ini ngelamunnya."
"Khilaf kok seminggu terus-terusan. Kerja yang bener, saya ga mau ada dokumen yang salah masuk ke saya."
Geeta meringis mendengar hal itu, sudah beberapa kali memang dia membiarkan dokumen yang memiliki kesalahan lolos dari pengecekkannya. Padahal itu merupakan salah satu pekerjaannya sebagai sekertaris, memastikan pekerjaan bosnya lebih ringan sehingga yang Robert perlu lakukan hanyalah menandatangani dokumen yang bersifat prosedural tanpa membacanya. Lain hal jika dokumen kerjasama, pria itu pasti akan membacanya berulang kali.
"Maaf, Pak. Gak akan keulang lagi. Saya janji."
Robert mengibaskan tangannya, "sekarang ikut saya. Kita lunch meeting."
"Lho, meeting sama siapa Pak? Kok ga ada di jadwal?" Geeta membuka ponselnya, mengecek jadwal pria itu di kalender ponselnya yang terhubung dengan kalender komputer kantor. Keningnya berkerut karena dia yakin pria itu tidak memiliki jadwal saat jam makan siang ataupun jadwal lainnya setelah itu karena dia sudah mengosongkan jadwal sesuai perintah istri bosnya.
"Memang tidak ada di jadwal, saya baru menjadwalkannya tadi. Bawa tablet kamu, buat mencatat nanti."
"Siap, Pak!"
###
Entah ada apa dengan dia dan Ata sehingga mereka terus saja bertemu. Intensitas pertemuan mereka selama empat bulan terakhir lebih banyak dibanding dua belas tahun yang terlewati.
"Ata, nunggu lama?" Sapa Robert ketika sudah tiba di meja mereka.
"Gak kok. Saya baru sampai juga." Pria itu menjabat tangan Robert lalu beralih kepada Geeta, menjabat tangannya sesaat. "Pesan makanan dulu ya, biar sambil nunggu bisa ngobrol." Ucapnya sambil mengangkat tangan.
"Geeta, kamu mau pesan apa?" Tanya Robert sambil membalik buku menu.
"E--"
"Gak ada eskrim, makan yang bener. Ini ada nasi goreng seafood. Kamu pesen itu aja."
"Ngapain nanya, Pak kalau gak kasih pilihan?" Gerutu Geeta dengan pelan.
"Kamu bilang apa?"
"Gak ada, Pak. Nasi goreng seafood kayaknya enak."
Geeta memesankan makanan mereka lalu mengeluarkan tabletnya untuk mencatat apa saja yang penting. Mereka membahas kerjasama product launching yang rencananya akan berlangsung dalam enam bulan ke depan. Sepertinya Geeta harus membuat beberapa proposal untuk ini nantinya.
"Ata, denger-denger mau nikah ya?" Robert membuka percakapan setelah makan siang mereka selesai. Tumben sekali Bosnya ingin tahu, biasanya dia cuek saja dengan masalah pribadi orang.
"Iya, dua bulan lagi rencananya."
"Wah, congrats ya! Sama anaknya Pak Roy Batubara yang politisi itu kalau gak salah ya?"
"Iya." Sekali lagi Ata menganggukkan kepala lalu menyesap tehnya.
"Eta, kamu bukannya marga Batubara juga? Gak kenal?" Robert mengalihkan pandangannya kepada Geeta yang lebih memilih diam.
"Gak, Pak. Gak kenal." Dikaitkan dengan dia adalah hal yang tidak mau Geeta lakukan. Terlalu malas memberikan penjelasan dan terlalu malas dihubung-hubungkan. Jadi jawaban tidak kenal adalah jawaban tercepat yang selalu dia berikan. "Pak, kata Ibu cek ponsel." Ucapnya setelah membuka pesan singkat yang dikirimkan oleh istri bosnya itu. Robert langsung membuka ponselnya lalu mengerang pelan.
"Saya lupa beli kue." Ujarnya.
"Mau kue apa, Pak? Saya carikan."
"Tau kan tempat kue yang biasa ibu pesan? Dia gak terima pesanan dadakan."
"Kue biasa kan, Pak?" Tanya Geeta yang mendapat anggukan dsri Robert, "sebentar saya telponkan." Geeta berjalan menjauh dari meja itu, dia tahu bahwa jika bosnya tidak mendapatkan kue itu maka akan berimbas juga pada dirinya karena mood bosnya akan hancur akibat istri yang ngambek.
Tahu selogan populer yang dituliskan oleh chaos@work di novel My Stupid Boss? Iya, selogan yang super fenomenal untuk jajaran sekretaris dan juga asisten pribadi: "Impossible we do, miracle we try!" Itu bukan isapan jempol semata, karena memang seperti itu pekerjaan yang Geeta lakukan. Bosnya memang tidak segila Pak Bos di novel itu dalam hal pekerjaan, tapi jika sudah menyangkut sang istri maka semua hal harus dituruti. Termasuk hal-hal yang sulit dan tentu saja Geeta yang kebagian mengerjakannya. Contohnya selain masalah kue yang sekarang adalah tiket pesawat. Bosnya tiba-tiba harus mengakhiri business tripnya lebih cepat karena sang istri sakit, padahal sudah tengah malam dan dia ngotot meminta penerbangan pertama di pagi hari. Tiket dari travel agent tentu saja tidak ada jika jam keberangkatan sudah mendekati seperti itu, jadi yang Geeta harus lakukan adalah membangunkan sekretaris salah satu maskapai di tengah malam agar bisa mendapatkan tiket tersebut. Tentu saja itu hanyalah contoh sederhana dari sekian banyak permintaan bosnya yang aneh dan menyebalkan.
"Sudah, Pak. Nanti tinggal ambil pukul tiga." Ucap Geeta setelah kembali ke meja mereka.
"Thank you, Geeta. Saya bisa apa sih kalau gak ada kamu?"
"Bisa kena omel sama didiemin Ibu." Jawabnya dengan pelan tapi masih dapat didengar oleh Robert dan juga Ata yang terkekeh.
"Ok, saya mau langsung pergi. Kamu balik kekantor sendiri ya."
Lho, Pak???????
Next update rabu 13/11/19 atau kalau bintang n komen totalnya 1.2K dan jangan lupa follow ig @akudadodado untuk sneak peak chapter selanjutnya yaa hehehe
Ini 3 cerita yang sedang on going8/11/19
6/3/20
KAMU SEDANG MEMBACA
Beaten Track [FIN]
Ficción GeneralSudah cetak selfpub Perjalanan ini mungkin, ralat, pasti akan menjadi perjalanan yang panjang dan sulit tapi bertahan merupakan pilihannya. Dulu. Namun ketika pilu menyisakan ragu dan rindu yang menggebu, bagaimana dia tidak meragu? ______________...