DI PINGGIRAN DUNIA (Part 6 - Interlude)

128 1 0
                                    

'Hei!'

Sebuah gemerisik, sebuah Uk! Uk! penuh amarah dan suara ranting patah, mencapai mereka dari balik semak belukar.

'Hei!' ulang sang witcher, diam tersembunyi. Tunjukkan dirimu, penghuni dedalu.'

'Kau yang penghuni dedalu!'

'Jadi apa? Iblis?'

'Kau yang iblis.' Sylvan itu menonjolkan kepalanya keluar dari semak-semak, memamerkan giginya. 'Apa maumu?'

'Bicara.'

'Kau ini sedang mengolokku atau apa? Kau pikir aku tak tahu siapa dirimu? Warga desa menyuruhmu untuk mengusirku dari sini, eh?'

'Itu benar,' Geralt mengaku, acuh tak acuh. 'Dan itulah yang ingin kubicarakan denganmu. Bagaimana caranya kita bisa sepakat?'

'Itulah yang menyakitkan,' si sylvan mengembik. 'Kau ingin menyelesaikannya dengan santai, kan?Tanpa berusaha, eh? Cari cara lain! Kehidupan, tuan-tuan, artinya persaingan.Yang terbaiklah yang menang. Bila kau mau menang denganku, buktikan bahwakaulah yang terbaik. Daripada bersepakat, kita akan bersaing. Aku menyarankanbalapan dari sini menuju pohon dedalu tua di dekat tanggul.'

'Aku tak tahu dimana tanggulnya, atau dedalu tua itu.'

'Aku takkan menyarankan balapan jika kau tahu. Aku suka persaingan tapi aku tak suka kalah.'

'Aku tahu itu. Tidak, kita tak akan balapan. Hari ini panas.'

'Sayang sekali. Jadi mungkin kita akan saling beradu dengan cara yang lain?' Sylvan itu menyeringai, memperlihatkan gigi kuningnya dan memungut batu besar dari tanah. 'Kau tau permainan "Siapa yang teriak paling keras?" aku teriak duluan. Tutup matamu.'

'Aku punya ide lain.'

'Aku mendengarkan.'

'Kau pergi dari sini tanpa persaingan, balapan atau menjerit. Atas kehendakmu sendiri, tanpa paksaan.'

'Kau bisa menyodokkan saranmu itu ke d'yaebl aep arse.' Si iblis memamerkan pengetahuannya akan Bahasa Lama. 'Aku takkan pergi dari sini. Aku suka tempat ini.'

'Tapi kau membuat terlalu banyak keresahan di sini. Kejahilanmu sudah keterlaluan.'

'Duvvelsheyss bagimu dengan kenakalanku.' Sylvan itu, sepertinya, juga mengerti bahasa para kurcaci. 'Dan saranmu sama berharganya dengan duvvelsheyss. Aku takkan kemana-mana sampai akhirnya kau mengalahkanku dalam sebuah permainan. Maukah kau kuberi kesempatan? Kita akan bermain teka-teki jika kau tak suka permainan yang melibatkan fisik. Aku akan memberi teka-teki dalam semenit dan bila kau bisa menebaknya, kau menang dan aku pergi. Jika kau tak bisa maka aku tetap tinggal dan kau pergi. Peras otakmu karena ini tidaklah mudah.'

Sebelum Geralt bisa protes si Sylvan mengembik, mengentakkan kaki, mencambuk tanah dengan ekornya dan membawakan teka-tekinya:

Daun merah muda, berkelopak kecil-kecil,

Tumbuh di liat lembut, tak jauh dari sungai,

Di batang panjang, bunganya berembun,

Di depan kucing, jangan sampai nampak,

'kalau begitu, dimakannya banyak – banyak.

'Nah, apa itu? Tebaklah.'

'Aku tak punya gambaran apapun,' ujar sang witcher, bahkan tak mencoba memikirkannya. 'Kacang manis?'

'Salah. Kau kalah.'

'Dan apa jawaban yang benar? Apa yang punya .. hmm.. kelopak berembun?'

'Kubis.'

'Dengar,' Geralt geram. 'Kau mulai membuatku kesal.'

'Aku sudah memperingatkanmu,' si sylvan terkekeh, 'bahwa teka-tekinya tak mudah. Sulit. Aku menang. Aku tinggal. Dan kau pergi. Selamat jalan, tuan.'

'Tunggu sebentar.' Sang witcher diam-diam menyelipkan tangannya ke dalam kantung. 'Dan tebak-tebakanku? Aku punya hak untuk pertandingan balas dendam, bukan?'

'Tidak!' si iblis memprotes. 'Lagipula mungkin aku takkan bisa menebaknya. Kau anggap aku ini tolol?'

'Bukan,' Geralt menggeleng. 'Aku menganggapmu sebagai keledai sombong pendendam. Kita akan memainkan sebuah permainan baru, segera, yang tidak kau tahu tentangnya.'

'Ha! Akhirnya! Permainan apa?'

'Permainannya disebut "Jangan lakukan, kepada orang lain, hal yang kau tak ingin dilakukan orang kepadamu". Kau tak perlu menutup mata.'

Geralt membungkuk dan memberi lemparan kilat; bola besi berukuran satu inci mendesing tajam menembus udara dan menghantam si sylvan tepat di antara kedua tanduknya. Makhluk itu rubuh ke punggungnya seolah disambar petir. Geralt mencelat melewati tengah-tengah tiang dan mengunci satu kakinya yang gemetar. Sylvan itu mengembik dan menendang. Sang witcher melindungi kepalanya dengan lengan, tapi tak terlalu membuahkan hasil. Sylvan ini, terlepas dari postur badannya yang mengerikan, menendang dengan kekuatan seekor bagal yang marah. Si sylvan berkepak, mengentakkan tangan ke tanah dan menendangnya lagi di kening. Geralt memaki, merasakan kaki iblis itu lepas dari jari-jarinya. Keduanya, setelah terpisah, berguling di arah berlawanan, menendang tiang-tiang kayu dan menjerat diri mereka di semak belukar.

Sylvan itu yang pertama melompat, dan, menundukkan kepala bertanduknya, menerjang. Tapi Geralt sudah berdiri dan dengan gampang menghindari serangan, menangkap tanduk makhluk itu, melemparnya ke tanah dan menghantamnya dengan lutut. Si sylvan mengembik dan meludah tepat ke mata sang witcher seperti seekor unta yang kelebihan air liur. Sang witcher secara naluriah melangkah mundur tanpa melepaskan tanduk si iblis. Sylvan itu mencoba melepaskan kepalanya, menendang dengan kedua kaki bersamaan dan – anehnya – mengenai sasaran. Geralt menyumpah serapah, namun tak melepaskan genggamannya. Dia menarik si sylvan ke atas, menguncinya ke tiang yang retak dan menendang lututnya yang goyah dengan seluruh kekuatannya, lalu merunduk dan meludahi telinga kanannya. Sylvan itu melolong dan menggertakkan gigi tumpulnya.

'Jangan laukan pada orang lain ... ' sang witcher terengah-engah, '.... yang kau tak mau dilakukan mereka padamu. Haruskah kita lanjutkan?' Si sylvan berdeguk, melolong dan meludah sembarangan, tapi Geralt menggenggam tanduknya erat dan menekan kepalanya keras-keras ke bawah, membuat ludah itu mengenai kakinya sendiri, yang menetes ke tanah, membuat awan kecil berisi debu dan rerumputan.

Menit-menit berikutnya berlalu dalam pergelutan yang ketat dan pertukaran hinaan dan tendangan. Jika Geralt merasa puas akan satu hal, itu adalah tak ada seorangpun yang bisa melihatnya – karena itu sungguh pemandangan yang konyol.

Tenaga tendangan berikutnya memisahkan kedua petarung dan melempar mereka ke arah berlawanan, ke semak-semak di pinggiran rawa-rawa. Si sylvan bangkit sebelum sang witcher dan terburu-buru melarikan diri, limbung berat. Geralt, lemas dan menyeka alisnya, mengejar. Mereka menerobos semak-semak menuju tumbuhan hop kerucut. Sang witcher mendengar hentakan kuda yang dipecut, suara yang ditunggu-tunggunya.

'Di sini, Jaskier! Di sini!' dia berteriak. 'Di barisan hop!'

Dia melihat dada tunggangan itu tepat di hadapannya dan tertendang. Dia melompati kuda itu seolah itu batu besar dan mendarat di punggungnya. Dunia menggelap. Dia berhasil berguling ke samping untuk menghindari kuku kuda itu. Dia bangun dengan ligat tapi satu pengendara yang lain mendekatinya dan menjatuhkannya lagi. Lalu tiba – tiba, seseorang menerbabnya dan mengunci badannya ke tanah.

Kemudian ada kilat, dan rasa sakit yang menusuk di belakang kepalanya.

Dan kegelapan.

The Witcher Book 1 - The Last Wish (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang