DI PINGGIRAN DUNIA (Part 9 - Finale)

160 2 1
                                    

'Demi para dewa, Geralt.' Jaskier berhenti bermain, memeluk kecapi itu dan menyentuhnya dengan pipinya. 'Kayu ini bernyanyi sendiri! Senar-senar ini hidup! Sungguh warna suara yang mengagumkan! Gila, beberapa tendangan dan sedikit rasa takut adalah harga yang rendah untuk dibayar bagi kecapi yang luar biasa. Aku rela ditendangi dari subuh sampai malam hari jika aku tau apa yang akan kudapatkan. Geralt? Apa kau mendengarkan?'

'Sulit untuk tak mendengar kalian berdua.' Geralt mengalihkan pandangannya dari kitab itu dan memandangi si sylvan, yang masih meniup paksa serangkaian seruling yang terbuat dari alang-alang yang berbeda-beda panjangnya. 'Aku mendengar kalian, seluruh desa mendengar kalian.'

'Duvvelsheys, bukan desa,' Torque menaruh serulingnya. 'Ini adalah padang pasir, alam liar. Tempat jin buang anak. Eh, aku merindukan rawa-rawaku.'

'Dia merindukan rawa-rawanya,' tawa Jaskier, berhati-hati membalik kecapi yang diukir rapi. 'Kau harusnya duduk di semak-semak itu sesunyi tikus dan bukannya menakuti gadis-gadis, menghancurkan tanggul dan mencemari sumur. Kupikir kau akan lebih berhati-hati sekarang dan berhentilah berbuat jahil, eh, Torque?'

'Aku suka berbuat usil,' tegas sylvan itu, memamerkan giginya. 'Dan aku tak bisa membayangkan hidup tanpanya. Tapi terserah kau sajalah, aku berjanji akan berhati-hati di kawasan yang baru. Aku akan lebih menahan diri.'

Malam itu mendung dan berangin. Hembusan angin menundukkan alang-alang dan menggemerisik cabang semak-semak yang mengelilingi kemah mereka. Jaskier melempar beberapa ranting kering ke api unggun. Torque menggeliat di ranjang daruratnya, mengusir nyamuk dengan ekor. Seekor ikan melompat, memercikkan air di danau.

'Aku akan menceritakan seluruh perjalanan kita ke pinggiran dunia ini dalam sebuah lagu,' Jaskier mengumumkan. 'Dan menceritakan tentangmu juga, Torque.'

'Jangan sampai kau berpikir kau akan lolos dari itu,' geram si Sylvan. 'Aku juga akan menulis lagu dan menceritakan dirimu, tapi dengan cara yang begitu memalukan sampai kau takkan bisa menunjukkan wajahmu di hadapan teman-temanmu selama dua belas tahun. Maka berhati-hatilah! Geralt?'

'Apa?'

'Apa kau membaca sesuatu yang begitu menarik di buku itu yang kau curi tanpa rasa malu dari kaum merdeka?'

'Benar.'

'Bacakanlah untuk kami, sebelum api padam.'

'Ya, ya,' Jaskier menggenjreng senar-senar merdu kecapi Toruviel, 'bacakan sesuatu untuk kami, Geralt.'

Sang witcher menyandarkan sikunya, mendekatkan kitab itu ke cahaya api.

'"Dia dapat dilihat,' mulainya, '"selama masa sumor, dari hari-hari di bulan Mei dan Juni hingga Oktober, tapi kebanyakan terjadi di Perjamuan Arit, yang oleh orang-orang jaman dahulu menyebutnya sebagai Lammas. Dia menunjukkan dirinya sebagai Gadis Berambut Indah, dipenuhi bunga-bunga, dan semua yang hidup mengikuti jejaknya dan berkumpul mengelilinginya; sebagai satu kesatuan, tanaman maupun binatang. Maka namanya adalah Lyfia. Orang jaman dahulu menamainya Danamebi dan begitu memujanya. Bahkan Mereka Yang Berjanggut, walaupun tinggal di pegunungan dan bukan di tanah lapang, menghormatinya dan memanggilnya Bloemenmagde."'

'Danamebi,' gumam Jaskier. 'Dana Meadbh, Penguasa Tanah Lapang.'

'"Ketika Lyfia melangkah, bumi merekah dan membuncah, serta makhluk hidup berkembang biak begitu banyaknya, begitulah keagungannya. Seluruh negeri dengan sia-sia memberikan persembahan hasil panen kepadanya dengan harapan sawah dan ladang merekalah yang akan dikunjungi Lyfia dan bukan yang lain. Karena disebutkan pula bahwa akan ada hari dimana Lyfia akan tinggal diantara suku-suku yang akan berdiri di atas semua golongan, tapi ini hanyalah cerita para wanita tua. Karena, menurut ramalan, orang bijaksana berkata bahwa Lyfia hanya mencintai satu tanah dan di tanah itu akan tumbuh dan hiduplah, dengan tanpa perbedaan, entah itu pohon apel paling kecil maupun serangga paling menjijikkan, dan semua negeri baginya tak lebih dari pohon paling mungil karena, menurut ramalan, mereka juga akan menghilang dan suku yang baru akan mengikutinya. Tapi Lyfia abadi, telah dan akan selalu ada sampai akhir waktu.'

'Sampai akhir waktu!' dendang si biduan dan menggenjreng kecapinya. Torque mengikuti dengan derit nyaring seruling alang-alangnya. 'Sembah Penguasa Tanah Lapang! Untuk panen raya, untuk bunga-bunga di Dol Blathanna, tapi juga untuk diriku, yang kau selamatkan dari serbuan anak panah. Kau tau? – akan kuceritakan sesuatu.' Dia berhenti bermain, memeluk kecapi itu seperti anak kecil dan tampak bersedih. 'Kupikir aku takkan menceritakan tentang elf-elf itu dan kesulitan yang mereka alami, di dalam laguku. Takkan kurang orang-orang brengsek yang hendak pergi ke pegunungan ... mengapa mempercepat –' si biduan terdiam.

'Lanjutkan, selesaikanlah,' ujar Torque getir, 'kau ingin berkata: mempercepat apa yang tak bisa dihindari. Yang tak terelakkan.'

'Jangan bicarakan tentang itu,' sela Geralt. 'Kenapa membicarakannya? Tak perlu kata-kata. Ikutilah contoh Lille.'

'Dia bicara pada elf itu melalui pikirannya,' gumam si penyanyi. 'Aku merasakannya. Aku benar, bukan begitu, Geralt? Lagipula, kau bisa merasakan percakapan yang seperti itu. Apa kau mengerti apa ... apa yang disampaikannya pada si elf?'

'Beberapa di antaranya.'

'Apa yang dikatakannya?'

'Harapan. Bahwa hal-hal di bumi ini memperbarui diri mereka sendiri, dan takkan berhenti melakukannya.'

'Hanya itu saja?'

'Itu sudah cukup.'

'Hm.. Geralt? Lille tinggal di desa itu, di antara penduduknya. Apa menurutmu –'

'- apa dia akan menetap bersama mereka? Di sini, di Dol Blathanna? Mungkin. Jika..'

'Jika apa?'

'Jika mereka membuktikan kelayakannya. Jika pinggiran dunia tetap menjadi pinggiran dunia. Jika kita menghormati batasan-batasannya. Tapi sudah cukup kita membahas hal ini, teman-teman. Waktunya tidur.'

'Benar. Sudah larut malam, apinya mulai padam. Aku ingin duduk dulu sebentar. Aku selalu merasa paling mudah untuk mencari irama di sisi api yang meredup. Dan aku butuh judul untuk laguku. Judul yang indah.'

'Mungkin pinggiran dunia?'

'Membosankan,' dengus sang pujangga. 'Bahkan bila ini benar-benar pinggirannya, haruslah diceritakan dengan berbeda. Dengan kiasan. Kuanggap kau mengerti apa itu kiasan, Geralt? Hmmm.. biar kupikir... "Dimana..." Sialan. "Dimana –"'

'Selamat tidur,' ujar si iblis.

The Witcher Book 1 - The Last Wish (Completed)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang