penguntit

8 1 0
                                    

embus napas membisik namamu
lantas, kuberanikan diri berjalan menuju puncak di mana aku merasa sangat kerdil di bawah kebesaran-Nya
di sana, aku teriak hingga serak, sambil terisak hebat, meneriakkan namamu, menangisi nasibku
namun, rindu malah beranak pinak

kuajak diriku berlarian di pantai menantang ombak
berharap saat ombak kembali ke laut setelah membuat kaki dan mataku basah, dia membawa serta rinduku untukmu
ternyata, tak sehasta pun, rindu meninggalkan aku sendiri di tengah deburan ombak yang meminta untuk dipeluk
dia malah mengimitasi ombak
bergelung-gelung dan menerjang nuraniku, melumpuhkan malamku

aku lelah
aku menyerah
maka, kubiarkan saja maunya dia apa
sebab, menghentikannya untuk tak mengikutiku ke mana pun atau menganggu sibukku, tak akan berpengaruh banyak
maka, kusapa saja dia setiap menjelang pagi, biar tak terlalu mengacau siangnya
sebab, bukankah yang kesepian memang begitu?
mencari perhatian agar tak merasa sendiri?
maka, kupeluk saja dia, kunyanyikan tembang menjelang tidur
sebab, kupikir, dia ingin aku mengerti, bahwa dirinya bukan ingin mengacaukan hari-hariku
bukan ingin membuat kelam jiwaku
apalagi membuat pikiranku menjadi tumpul
dia hanya ingin membuatku kuat
bukankah itu alasanku melarikan diri dari pesonamu?

Aksara bicaraTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang