Bagian V

3.3K 163 38
                                    

Yang Deliar tau, saat itu ia begitu bahagia. Memiliki sebuah rumah impiannya ketika usianya sudah beranjak 17 tahun.

Awalnya ia hanya ingin menunjukkannya pada Bintang. Gadis kecil manis, yang selalu menjadi temannya dirumah. Bintang seperti adik, namun jelas berbeda. Ada rasa tak suka kala gadis kecil itu berbaur dengan teman prianya yang lain. Membuatnya selalu mengikat Bintang untuk selalu memancing dan bermain bersama. Hari itu, Deliar sudah sejak pagi begitu semangat ingin menunjukkan Bintang hadiah dari papahnya. Sesuatu yang ia ingin kan, hingga rasanya sekolah pun enggan. Namun ia harus, kalau tidak hukuman dari sang papah yang akan ia dapatkan.

Disekolah, Deliar bergabung dengan teman-temannya seperti biasa. Dan entah kenapa, kali ini ia pun ikut kembali ketika teman-temannya mengajak bolos sekolah.

Kenakalan mereka adalah berkumpul disalah satu gudang tua tak terpakai milik papah Deliar. Merokok dan saling bercanda, hingga kegiatan baru yang baru mereka lakukan sebulan ini kembali mereka tekuni.

Menonton 'film biru' yang membuat isi kepala Deliar terus bertanya dan mendamba. Apa benar senikmat itu? Seperti yang diucapkan salah satu temannya yang katanya sudah merasakan.

Deliar tau, Bintang begitu kecil bahkan ia tak paham akan apa yang Deliar inginkan. Namun anehnya, justru ia begitu semangat saat Bintang perlahan melepas kaus yang dikenakannya. Bahkan ia bisa melihat dada gadis kecil itu yang baru tumbuh dari kaus dalam pink yang dikenakannya. Tapi, Deliar bahkan tak tau dimana letak isi kepalanya saat dirinya justru menegang dengan sempurna karena tubuh kecil Bintang. Dan akhirnya Deliar paham, dirinya mencintai gadis kecil itu, menginginkan gadis kecil itu untuk menghilangkan rasa penasaran akan nafsunya.

(^;^)

Deliar pasrah saja saat tubuhnya dipukuli tongkat kayu papahnya. Ia tau, ia salah. Kembali membuat Bintang histeris akan kehadirannya.

"Bodoh! Dimana otakmu, hah!" Teriak pria itu keras. Pukulannya terhenti. Air matanya mengalir, tubuhnya luruh dihadapan Deliar.

"Papah benar-benar kecewa akan kesalahanmu, nak. Tapi kenapa kau muncul lagi dihadapannya. Biarkan ia bahagia, jauhi dia." Isak pria itu sambil membingkai wajah putra semata wayangnya.

"Pah, aku gak mau."jawab Deliar terputus-putus.

"Bodoh, bodoh, bodoh!" Kepalan tangan itu melayang pada tengkuk Deliar. Pria itu diam, mengikhlaskan diri dipukuli jika itu membuat pria tua yang telah berjuang akan hidupnya tenang.

"Ia hanya gadis kecil, Deliar! Berhenti mengacaukan hidupnya! Cari saja wanita lain!" Teriaknya kini dihadapan Deliar.

"Aku menyukainya! Dan akan selalu begitu!" Kali ini Deliar mengangkat wajahnya memandang mantap mata kelam itu dan bersuara tegas.

"Tapi ia takut padamu, bodoh!" Suaranya begitu frustasi saat mengatakannya.

"Aku akan berjuang, membuatnya tak takut padaku dan membuatnya menyukaiku juga." Mantap Deliar justru semakin membuat isakan itu terdengar. Dengan sayang pria tua itu memeluk Deliar, mengelus sayang bahu yang ia pukuli tadi. Ia menyesal, namun ia juga kesal.

"Mamah-mu pasti kecewa, nak." Lirihnya dengan tangis.

"Aku minta maaf telah membuat papah dan mamah kecewa." Tulus ia mengucapkannya sambil membalas pelukan dan menangis bersama.

(^;^)

"Bintang..." panggil Thania sambil mengguncang tubuh Bintang.

"Hm," jawab Bintang sambil membuka matanya.

Thania menengok pada Sophie dan Zena yang berdiri memandang punggung Bintang. Keduanya menggeleng ketika Thania bertanya dengan pandangan matanya.

"Kamu subuh dikamar aja, ya. Gak usah ke masjid, pasti bu Tuti ngerti." Ucap Thania lembut.

"Gak usah, Bintang ikut aja." Selanjutnya Bintang pun beranjak dari ranjangnya dan memasuki kamar mandi.

"Dia kenapa, sih?" Tanya Zena begitu penasaran.

"Gak tau. Dari semenjak jatuh, dia diam terus." Jawab Thania.

"Apa ada hubungannya sama cowok yang nolongin Bintang? Bintang bahkan langsung pingsan waktu dia lihat cowok itu." Jelas Sophie berbisik, takut Bintang mendengar.

"Kemungkinan, begitu." Seru Zena. "Memang dia siapa?" Tanyanya lagi.

"Yang saya tau, dia keponakan dari pemilik yayasan." Jawab Thania sambil menatap kedua temannya.

"Kok Bintang kenal?" Tanya Zena dan Sophie berbarengan.

"Kenal siapa?" Tanya Bintang membuat ketiganya kikuk.

"Enggak, udah ayo! Nanti dimarahin." Ajak Thania mengalihkan pembicaraan.



Assalamu'alaikum👐🏻

Terima kasih untuk yang sudah mampir, vote dan komen🙏🏻👍🏻

Be my friends on
Instagram: Ibugenius
Line: genusthenu
🤗

Wassalamu'alaikum🤗

Kuterbangkan Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang