Bagian XX

2.5K 148 4
                                    

Bintang tau tidur membelakangi suami tak dibenarkan. Tapi, rasanya kali ini ia begitu kecewa. Ia belajar banyak hal selama ini untuk bisa menjadi istri dan ibu yang baik kelak. Ia bahkan sudah tak meminum pil pemberian Deliar lagi. Karena ia merasa telah siap. Siap untuk menjadi ibu serta wanita yang bisa Deliar banggakan.

Rengkuhan hangat pada punggungnya Bintang biarkan. Wajah itu menyeruak pada leher Bintang. Mengecup hangat punggungnya yang tertutup baju tidur lengan panjang. Biasanya, ia memakai baju tidur kesukaan Deliar untuk memanjakan mata suaminya itu. Namun kali ini ... Sudahlah.

"Kakak minta maaf." Bisik lirih itu Bintang angguki singkat.

"Kakak benar-benar minta maaf."

"Hamzah akan tinggal disini bersama mbak Sulis?" Pengalihan yang baik.

"Iya. Sulis akan bantu kamu dan mengajarkan kamu bagaimana merawat Hamzah. Kamu juga bisa fokus kuliah tanpa khawatir Hamzah dirawat siapa di rumah."

"Seandainya aku bilang aku gak ijinkan Kakak merawat Hamzah. Apa yang akan Kakak lakukan?" Deliar terkejut. Spontan ia melepas rengkuhannya pada tubuh Bintang.

"Kakak akan tetap merawat Hamzah." Bintang mengangguk. Ia peluk gulingnya dan memejamkan mata meninggalkan Deliar yang menjauhkan diri.

.
.
.

Pukul tiga malam Bintang terbangun. Ia hampir berteriak ketika melihat Deliar berdiri di sajadahnya. Bintang berpura-pura tertidur, walau ekor matanya menatap setiap gerak-gerik Deliar. Ada rasa hangat di dada begitu Deliar memanjatkan doa. Namun, terasa sesak seketika begitu mata teduh itu yang biasa menatapnya penuh puja menitihkan air mata. Deliar menangis.

"Kenapa Kakak menangis?" Tak tahan, Bintang duduk hadapan sang suami. Deliar menyeka air matanya dengan gugup.

"Bintang gak mau sholat tahajud dulu?"

"Masih ada waktu, Kak. Kenapa Kakak nangis?" Tangan Bintang terulur menghapus sisa air mata Deliar.

Menghembuskan napas, Deliar menatap manik Bintang begitu sendu. "Kakak sudah bilang kalau Kakak merawat Hamzah karena merasa bertanggungjawab. Kakak merasa ini bisa menjadi cara untuk penebusan dosa Kakak pada Bintang dulu. Kakak merasa begitu bersalah. Sangat-sangat bersalah. Tapi, merawat Hamzah tanpa ijin Bintang ... Kakak merasa berat. Sulit. Kakak bingung harus memilih siapa." Isakan Deliar terdengar, membuat Bintang merengkuh tubuh yang lebih besar darinya itu.

"Kakak sulit memilih. Hamzah gak punya siapa-siapa lagi. Kakak gak tau siapa ayah kandungnya, sedangkan Jannah, ibunya tak memiliki siapapun lagi. Ia besar dalam panti asuhan. Tanpa tau sanak-saudara kandungnya. Kakak bingung Bintang. Kakak berat harus melepaskan Hamzah, ia sudah Kakak anggap anak Kakak sendiri." Bintang menangis. Ia merasa bersalah.

"Maaf, Bintang. Maafin Kakak yang menutupi semuanya selama ini. Maaf, Bintang. Ampuni Kakak." Deliar melepas rengkuhan Bintang. Menggenggam kedua tangan Bintang dan mengecupnya dalam. Bintang terpaku, menatap diam Deliar yang masih menangis dalam kecupannya.

"Bintang terima Hamzah. Bintang hanya merasa kecewa karena Kakak gak jujur sejak awal. Bintang terima maaf Kakak. Tapi Bintang mohon, Kakak juga memaafkan Bintang." Tangis mereka berderai menyatu padu pada seperempat malam.

Kuterbangkan Bintang (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang