Bujukan

594 81 0
                                    

Jimin sampai dengan cepat dirumahnya, yang bisa dibilang sedang-sedang saja. Karena walaupun Ia mempunyai rumah mewah yang lebih besar lagi, untuk apa? Rumah ini hanya ditempati oleh ia dan neneknya saja. Pikir Jimin miris.

Belum sampai didepan pintu, seorang wanita tua sudah muncul terlebih dahulu.

Ternyata itu neneknya, Hyura yang menunggunya. Ia mencium punggung tangan dan memeluk neneknya. "maafkan aku pulang sepagi ini" ucap Jimin dengan nada lirih, hampir tidak terdengar.

"tidak apa-apa. Ayo masuk, ada yang ingin nenek bicarakan denganmu"

--

Hanya suara denting cangkir dan sendok yang mengisi keheningan mereka. Hyura membuatkan secangkir teh hangat untuk Jimin sebelum ia memulai percakapan. Hari ini ia tahu, ia akan bertarung dengan emosi keras kepala Jimin. Lagi.

"Ini tehnya" ucap Hyura memulai.

"kau tidak perlu repot-repot membuatkanku ini nek, memangnya aku tamu dari jauh?" kekeh Jimin

"tidak apa" jawab Hyura sambil mengelus puncak kepala cucunya.

"dengar, nanti sore datanglah ke acara pamanmu"

"paman?"

"iya, Paman kesayanganmu, Paman Seonjun" ucap Hyura sambil tersenyum

"ada acara apa?"

"syukuran. Bibimu hamil" Jimin tersedak
"kapan paman menikah?"

Neneknya tertawa. Jimin mengkerutkan alisnya bingung.

"hey, pamanmu sudah menikah setahun yang lalu, dan kau melupakannya? Itulah sebabnya kau yang keras kepala tidak ingin datang ke acara apapun dulu"

"maafkan aku tidak tahu" ucap Jimin setengah menunduk.

"kali ini datang ya? Denganku"

"Nek, aku sangat sibuk hari ini, kau tahu bahwa aku lembur kemarin dan itu belum selesai" ucap Jimin memelas. Neneknya tidak tahu kenapa Jimin selalu menolak ketika diajak bertemu atau datang ke acara kerabat-kerabatnya, selalu saja ada alasan.

"aku mohon, kali ini saja. Dengar, " ucap Hyura sambil menangkup pipi Jimin dengan kedua tangannya.

"Pamanmu bilang, ia merindukanmu. Sudah berapa tahun kau tidak bertemu pamanmu nak?. Ia ingin tahu seberapa tinggimu, apakah sudah melewatinya, tinggimu dulu hanya selututnya, lihat sekarang. Tunjukan bahwa kau sudah melebihinya." ucap Hyura berlinang air mata. Semua merindukan Jimin kecil yang imut, dan lucu. Selalu ceria dan tanpa beban. Tidak seperti sekarang.

"a-aku tidak mau nek" ucap Jimin melepaskan tangan neneknya dari pipinya.

"Kita coba bersama ya? Kali inii saja" ucap Hyura sambil meremas tangan Jimin.

"b-baliklah, nek" ucap Jimin luluh. Neneknya tersenyum seraya memeluk Jimin erat. Sangat erat.

Sebenarnya sudah bertahun-tahun lamanya ia tidak menemui sepupu-sepupunya, paman dan bibinya, serta kerabat-kerabatnya yang lain. Jimin tak siap dengan itu. Tapi, apa boleh buat, ia tak mungkin tidak memenuhi permintaan neneknya ketika melihat neneknya berlinang air mata tadi.  Nanti, mungkin Jimin akan terus bersembunyi dibelakang neneknya ketika berbicara dengan seseorang. Hari ini ia akan jadi lebih dingin, sangat dingin.

"tetaplah bersama nenek dirumah, kita berangkat 2jam lagi" ucap Neneknya berlalu.

Jimin dengan langkah berat menuju kamarnya, menghempaskan dirinya dikasur luasnya.

---

Dering ponsel mengganggu waktu tidur Dahyun.

enghh..

Dahyun melihat jam di nakasnya, '13.27' "ah.. tidur yang panjang" ucap Dahyun

Dahyun mengambil ponselnya yang berdering. "iya, ini Dahyun"

"Heyy, bersiaplah segera, aku akan menjemputmu sejam lagi" suara nyaring Micha terdengar dari seberang sana, Sampai-sampai Dahyun menjauhkan ponselnya dari telinganya.

"hm, iya aku ingat"

"baiklah, sampai jumpa nanti" telepon itu ditutup sepihak.

Dahyun menghempaskan ponselnya ke arah tempat tidurnya, dan bergegas mandi.

---

Terpampang notifikasi pesan dilayar ponsel Dahyun. 'aku dibawah, turunlah -Micha'

Dahyun bergegas keluar dari apartementnya, dan menemui Micha. Terlihat Micha berdiri  didepan mobilnya. "Kau cantik" ucap Micha saat Dahyun berdiri didepannya.

"aku memang cantik" Micha memutar bola matanya sebal. Dahyun terkekeh.

"tapi Bohong" lanjut Micha sambil mengedip-ngedipkan matanya.

Kali ini Dahyun yang memutar bola matanya malas. "omong-omong kau juga cantik"

"aku memang cantik" Ucap Micha mengikuti gaya omongan Dahyun tadi. Dahyun tertawa.

"sudahlah ayo pergi" Mereka berdua masuk kedalam mobil dan bergegas menuju pesta.

Kalian pasti bertanya-tanya mengapa Micha mengajak Dahyun untuk pergi ke acara Syukuran Paman dan Bibinya.  Ayah dan Ibunya sudah lebih dulu kesana, dan Micha sangat malas untuk pergi ke tempat acara bersama Ayah Ibunya lebih dulu, Karena pasti Ia akan menjadi yang menyambut tamu undangan layaknya tuan rumah. Memang benar sih, dia dari keluarga Tuan rumah. Jadi demi hukum ke-mager-an yang diciptakan olehnya sendiri, ia lebih baik menjadi undangannya saja agar tidak usah repot-repot hahaha.

Tidak ada yang mereka bicarakan selama perjalanan, hanya sesekali Dahyun bertanya tentang pekerjaan Micha dan begitupun sebaliknya.

"kita Sampai" ucap Micha membuyarkan lamunan Dahyun. Ia segera turun, menggandeng tangan Micha untuk masuk kedalam. Harus bersikap seperti, Dahyun yang kalem dan pemalu. Aslinya tidak.

---

Jangan lupa vomentmya guyss!!💜

Lvyu.
-rey n rel

No One Knows [ Discontinue ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang