Bertemu

551 89 0
                                    

"tempatnya disini?" tanya Jimin kepada wanita tua yang duduk disampingnya.

"iya. disini, pamanmu punya rumah sendiri dengan istrinya" jawab Hyura

Jimin hanya manggut-manggut mendengarkan penjelasan dari neneknya itu.

Jimin turun terlebih dahulu, lalu memutari mobil, membukakan pintu untuk neneknya. Jarang-jarang ia pergi berdua dengan neneknya. Ketika Jimin menawarkan tumpangan, neneknya selalu menolak dengan Alasan hanya tidak ingin merepotkan Jimin. Itu saja.

Neneknya berjalan terlebih dahulu didepannya. Jimin mengikuti dari belakang.

Terlihat Seonjun menyambut tamu yang datang tepat didepan pintu masuk. Jimin sedikit ragu untuk masuk karena sudah bertahun-tahun lamanya Ia tidak bertemu pamannya yang satu ini.

"Ibu" ucap Seonjun memeluk Hyura dengan hangat. "Hanya sendirian?" Hyura menggeleng.

"aku bersama Cucuku" Seonjun membulatkan matanya. Sungguh seperti melakukan hal yang mustahil dilakukan. Tumben sekali Ibunya ini berhasil membujuk Batu Bata sedingin Es itu untuk datang.

"dimana dia?" Hyura hanya mengedikan bahu. Ia tau Jimin perlu waktu untuk masuk. Sejak tadi Ia sudah merasakan bahwa Jimin tidak ada dibelakangnya.

"Paman?" Seonjun menoleh. Mendengar suara berat dari seseorang.

Itu Jimin. Bocah laki-laki yang dulunya hanya mempunyai tinggi selututnya, sekarang sudah dewasa. Ia sama sekali tidak pernah melihat Jimin sejak kakaknya--ayah Jimin--pergi entah kemana. Ia menatap Jimin yang sekarang mempunya kharisma tersendiri ditubuhnya, matanya yang tajam, bibirnya yang kelewat tebal, punggungnya yang tegap dan kekar, rahangnya yang tegas dan rambutnya yang sedikit pirang, membuatnya terlihat sangat tampan.

Mendadak Seonjun menjadi minder sendiri karena melihat Jimin.

"Hey dude" ucapnya melambai pada Jimin. Jimin hanya diam. Jujur ia sangat-sangat merindukan pamannya. Seonjun berjalan kearahnya dan memeluknya.

"lihatlah, kau sekarang sudah sebesar ini, aku jadi ingin menangis" kata Seonjun seraya menepuk-nepuk punggung Jimin. "Sudah berapa lama kau berhibernasi, seperti beruang kutub saja kau ini, tidak pernah kelihatan" kekeh Seonjun

Perlahan sudut bibir Jimin terangkat, membalas pelukan Seonjun. "aku juga merindukanmu Paman njun" pelukan terlepas.

Hyura sampai terharu melihat interaksi antara Paman dan keponakan itu. Sudah lama ia menantikan saat saat seperti ini.

"Kau datang pada saat kau mempunyai calon sepupu ya, kenapa kau tidak datang pada saat pernikahanku?" ucap Seonjun sangat bersemangat seraya menepuk bahu Jimin.

"Pada saat itu mungkin aku sedang masa sibuk paman" Sebenarnya Jimin tidak punya jawaban atas pertanyaan tadi, tapi hanya itu yang bisa ia keluarkan dari mulutnya.

"sudahlah, aku ingin bertemu menantuku" Ucap Hyura menghampiri mereka berdua, merusak momen dua sejoli yang sedang asik temu kangen.

"ayo ikut aku, kau tidak pernah bertemu dengan bibimu bukan?" ucap Seonjun menarik tangan Jimin untuk ikut. Jimin hanya mengiyakan saja, ia tak ingin jadi orang yang berdiri sendiri disana tanpa tahu tujuan.

---

"Ayo makan sesuatu" ajak Micha kepada Dahyun, karena sejak mereka sampai disini, mereka hanya berdiri menghindari kerumunan para tamu tidak melakukan apa apa. Makan pun tidak. Kata Micha harus menunggu waktu yang pas untuk makan.

Setelah mengambil makanan, mereka duduk dimeja dan kursi yang sudah disediakan

Sambil makan Dahyun mengajak Micha untuk mengbrol. "ngomong-ngomong Kau disini dari pihak siapa?"

"aku disini dari Pihak perempuan. Bibiku"

"Jadi keluargamu tidak banyak disini?"

"kurang lebih seperti itu, tapi aku kenal beberapa. Ada apa, apa ada yang menarik perhatianmu?" ucap Micha mengerling sambil menunjuk dan menggoyang-goyangkan jarinya kearah Dahyun.

"tidak, aku hanya ingin tahu saja" Dahyun kembali melanjutkan makannya.

"Micha-ya kemarilah" panggil Ibu Micha. Dahyun ikutan menoleh, sekilas matanya bertemu dengan mata seorang Pria.

Oh tidak, mereka bertemu lagi.

"Micha-ya, kau pergi saja kesana, aku ingin ke toilet" ucap Dahyun pergi tergesa-gesa. Ia tidak ingin mendapat masalah lagi.

----

Jimin telah bertemu Bibinya dan mengucapkan doa untuk calon sepupunya didalam perut. Lalu ia dipanggil Hyura untuk berbicara. Terlihat Hyura bersama wanita paruh baya sedang mengobrol.

Jimin mau tak mau pergi kesana. Sesampainya disana "Wah, ini yang namanya Jimin?" Jimin hanya mengenyirt bingung.

"aku Seulgi, kakak dari Bibimu. Aku juga Bibimu" Senyum lebar menghiasi wajah Seulgi, Jimin hanya tersenyum seraya mengagguk.

Lalu Seulgi memanggil seseorang dari arah area makanan. Jimin ikut menoleh. Ada dua orang wanita. Reflek ia melihat ke wanita yang memakai gaun ungu. Tunggu, wanita itu lagi. Sejenak pandangan mereka bertemu, lalu diputus sepihak oleh wanita itu, lalu wanita berlari kearah toilet.

Wanita yang satunya berjalan ke arahnya.

"ada apa bu?" tanya wanita itu.

"Micha ini Jimin. Jimin ini Micha" keduanya tetap diam. Sampai Jimin yang lebih dulu mengulurkan tangannya. Lebih cepat lebih baik.

"aku Park Jimin, senang berkenalan denganmu" ucapnya sambil tersenyum tipis.

Uluran tangannya dibalas oleh Micha "Kim Micha, panggil saja Micha"

Jimin melepas tautan mereka. Sedikit bingung karena biasanya wanita yang berjabat tangan dengannya membiarkan tangannya lama bertautan dengan tangan Jimin, tapi ini tidak. Sudah terlihat dari raut wajah Micha ia tidak tertarik.

Katakanlah Jimin sangat percaya diri, tetapi Jimin menikmatinya.

Ah, untuk apa memikirkannya toh, Jimin tidak peduli.

Pikirannya terganggu oleh Wanita yang memakai gaun ungu tadi, mengapa Ia melarikan diri.

Mungkin sedikit menjahili Wanita itu, boleh saja. Sudah lama Jimin tidak bersenang-senang.

"aku ijin ketoilet" ucap Jimin lalu berlalu ke toilet.

----

Dahyun menatap pantulan dirinya dicermin besar ditoilet. Hanya ada 2 bilik toilet, untuk laki-laki dan perempuan. Mungkin dikhususkan untuk tamu yang berkunjung.

"oh tidak, aku bertemu dengannya lagi" Dahyun menggigit jarinya.

"bagaimana bisa, padahal aku sudah mengindarinya, kenapa harus bertemu disaat-saat seperti ini sih"

Terdengar suara siulan datang dari arah pintu. Tak lama munculah Pria yang sejak tadi Dahyun umpat. Dahyun terkesiap, reflek menutup mulutnya, melihat Jimin bersender ditembok kamar mandi menatap kearahnya dengan tatapan menggoda.

"ngomong-ngomong nona, kita belum berkenalan" Jimin mendekat beberapa langkah, mengambil telapak tanga  Dahyun. Dan menaruh kartu, sejenis kartu nama. "aku Park Jimin, senang berkenalan denganmu. Telfon aku jika kau butuh" sambil mengepalkan tangan Dahyun dengan tangannya. Lalu pergi berlalu.

Degup jantung Dahyun berdetak tak tahu kondisi, bukan detak jantung sebab dekat dengan orang yang istimewa, tetapi dekat dengan masalah tepatnya.

---
ALOHAAA!!❤❤

seneng banget haha yang lihat udah 50an orang. Dan langsung banget update dong!🙈

Jangan lihat doang dong, vote sama KOMENnya jugaa!

Part terpanjang sih ini😌☁

Salam hangat
rel

No One Knows [ Discontinue ] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang