6.Mobil/I

3.6K 217 3
                                    


Happy reading!
___

"Dek, masih ikutan pramuka?" Icha mengigit bibirnya. Menganggukan kepala dengan ragu-ragu.

Papa menghela nafas pelan. Anak gadisnya ini memang keras kepala seperti dirinya.

"Papa kan udah bilang, kamu sekarang kelas 11 dek. Mulai prepare diri kamu buat masuk universitas.." Icha masih mengangguk.

Kemunculan papa saat Icha pulang sekolah membawa kabar gembira sekaligus buruk diwaktu bersamaan. Ya, jarang sekali papa berada dirumah diwaktu yang bukan weekend seperti ini. Pekerjaan papa yang adalah seorang dokter spesialis saraf bergelar profesor, membuat papa jarang berada dirumah. Jadi q-time bersama papa Icha itu adalah sebuah waktu emas. Itu kabar gembiranya.

Sedangkan kabar buruknya, papa adalah seorang yang sangat menentang keras kegiatan Pramuka yang Icha geluti. Otomatis, jika papa berada dirumah, Icha tidak bisa bergerak bebas keluar rumah dengan alasan kegiatan pramuka.

Bukan tanpa alasan papa begitu melarang Icha mengikuti ekstra pramuka. Icha ingat betul, waktu kelas 10 dulu, saat pertama kali Icha mengikuti Kemah wajib Penerimaan Tamu Ambalan yang diadakan sekolah, Icha malah terpaksa pulang saat hari pertama, karena keadaan fisiknya yang tiba-tiba drop. Mulai saat itu, papanya semakin lebih protektif lagi.

"Papa dengar, ada tempat bimbel bagus buat kamu. Daripada kamu ngikut pramuka yang buat kamu sakit, mending kamu ikutan bimbel dek.."

"Icha gak sakit lagi pah, waktu itu kan Icha kecapean aja.."

"Tetap aja dek, papa gak mau kamu kenapa-napa lagi karena ikut Pramuka..." Papa mengusap kepala Icha lembut.

"Tapi pah, Icha lebih nemuin jati diri Icha waktu ikutan Pramuka.. Kasih Icha kesempatan, Icha janji gak bakal sakit lagi..." Papa menyesap teh hangatnya. Kemudian bangkit berdiri dan mengusap kepala putrinya.

"Papa dafterin kamu bimbel ya, besok sepulang sekolah langsung ke tempatnya..." final papa. Icha terdiam. Dia tau, apa yang sudah papanya putuskan takkan pernah bisa diganggu gugat.

***

"Jadi kak, datanya ini mau dipake yang mana?" Icha membuka lembaran jilitan arsip proposal Anggaran kemah tahun lalu. Saat ini, Icha sedang berada di ruang sekret Pramuka sekolah bersama kak Fanya selaku Bendahara perkemahan dan beberapa teman pramukanya.

"Kayaknya yang ini deh Cha, barang dan anggarannya harus disesuaikan sama yang sekarang.." kak Fanya menunjukkan map merah. Icha mengagguk.

Lalu mereka sibuk membuat rincian data. Icha sibuk mengetik di laptopnya.

"Heyoo.. gue bawa sesuatu!" Agung- 01 PA sekaligus Ketupat kemah- tersenyum manis sambil membawakan kantong kresek berlogo restoran cepat saji.

"Dududuhh... Agung emang idaman banget. Tau banget kalau kita lagi laper.." Elsa bangkit berdiri lalu menyambut kantong itu dengan sumringah.

"Eh, jauh-jauh lo kak! Ini gue bawa khusus buat ibu sekretaris ya.."

"Sekretaris yang mana ni Gung, gue juga sekretaris kalo lo lupa.." Dheya menaikturunkan alis matanya. Yup, Dheya adalah sekretaris DKA.

"Ya jelas sekretaris kemah lah, liat aja mukanya yang paling kelaparan disini..." Agung tertawa kecil melihat Icha yang sedari tadi tak melepas pandangannya pada kantong yang dibawa Agung.

"Ya itu lo tau! Siniin, perut gue udah meraung-raung minta jatah!"

"Weits, sabar sabar....." Agung menaikkan kantong itu ketika Icha ingim mengambilnya. Sialnya, tubuh Agung yang menjulang membuat Icha harus melompat mencoba meraih kantong.

YES,SIR! (On HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang