12. Kemah [1]

2.2K 196 15
                                    

Happy reading
____________________

Matahari bersinar dengan semangat. Teriakan para tentara ber PDL lengkap turut memanaskan suasana. Wajah-wajah hitam efek olesan pantat panci gosong disertai keringat bercampur jadi satu diwajah-wajah para peserta kemah Saka Wira Kartika.

Jangan tanya Icha dimana. Percaya deh, kalian gak bakal menemukan wajah Icha disini alias semuanya nampak serupa. Berwajah hitam dan berlumpur.

Tradisi penyambutan adalah hal yang paling sadis. Bayangkan saja, mereka para peserta termasuk si Icha yang padahal menjabat sebagai Sekretaris kemah juga ikutan di siksa. Disuruh berjalan bersama anggota sangganya sejauh 5 km sampai bumi perkemahan dengan memikul tas kemah mereka yang beratnya jangan diragukan lagi.

Setelah itu, sampai gapura ada sebuah kolam lumpur becek Halang Rintang yang menyambut mereka.

Icha hampir menangis saat itu. Membenarkan perkataan ayahnya. Hampir aja pengen kabur, namun setelah dipikir-pikir lagi Icha gak mau. Nanggung katanya.

"Kalian! Bentuk barisan ayo!"

"Cepat! Jangan lambat-lambat!"

"Yang di sana! Ayo cepat! Mau ditindak kalian!"

Icha berusaha untuk tidak mengumpat. Gak kebayang sehancur apa penampilannya saat ini. Udah badan lengket penuh lumpur, wajah item-item disuruh baris pas terik begini lagi.

FIX, BENTAR LAGI MEREKA JADI DENDENG LUMPUR!

Gak ada gunanya juga Icha bela-belain pake sunblock sebotol tadi pagi. Gak mempan cuyy!

"Ya, semuanya ayo tiarap!"

"Tiarap kalian! Jangan manja!"

Gak ada bantahan selain kata SIAP yang mereka katakan. Tulang Icha juga rasanya mau remuk. Apalagi pas liat Agung yang lagi nyengir gak berdosa asyik duduk dibawah pohon sambil ngobrol sama asisten pembina.

"Coba gue ngambil pin Wira Kartika taun lalu... mungkin sekarang gue lagi nongki-nongki cantik sama kayak Agung..." celetuk Affa sebal.

"Iyaya... bodohnya guee!" Aisya si gadis berhijab--yang jilbabnya udah gak karuan warna dan bentuknya--juga ikut-ikutan nimbrung. Mereka berbisik pelan karena untung sesangga.

"Selamat siang, SALAM PRAMUKA!"

"SALAM!" ucap mereka serentak.

Kak Usep seorang tentara berpangkat Sertu yang mempunyai lerawakan garang menatap seluruh barisan manusia 'lumpur' dihadapannya.

Btw, sekarang mereka memanggil  pake embel-embel 'kakak' didepan nama. Baik itu pelatih, pembina, kakak leting, seletting.

"Selamat datang di Bumi Perkemahan Komando Para Raider 773. Seperti yang kita ketahui, kemah kali ini akan berbeda dari kemah-kemah sebelumnya..." kak Usep terlihat serius. Kepala botak plontosnya juga tak kalah berkilau didepan.

"Jadi bagi kalian yang memang tidak kuat, ragu-ragu, masih jadi anak mami, waktu dan tempat untuk balik dipersilahkan..." enak saja! Udah berenang dalam lumpur masih disuruh pulang.

Seperti yang diduga, gak ada yang beranjak dari barisan. Semua dalam keadaan siap. Namun kepala mereka menoleh kekiri dan kanan, saling menduga.

YES,SIR! (On HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang