7. /II

4.6K 254 41
                                    


Happy reading!
___

Sepanjang perjalanan, Icha bertindak bak patung. Tak berbicara satu kata pun. Pandangannya pun hanya lurus kedepan. Pokoknya kalau dilihat, Icha saat ini macam orang yang sedang kebelet boker.

Kalau pak Arga, masih setia mengemudikan mobil, tanpa mau membuka percakapan pun. Dingin memang. Kontras dengan AC mobilnya.

Mobil itu berhenti tepat diparkiran sebuah kafe. Pak Arga sudah melepaskan seatbelt-nya, hendak keluar.

"Kenapa di sini pak?"

Pak Arga mengerutkan keningnya.

"Gak kenapa-napa.. Ayo turun"

"Tapi pak-"

"Kamu ikut saya saja, atau kita gak akan pulang-pulang.." Icha buru-buru ikutan turun. Ekspresi wajahnya saat ini malah terlihat seperti orang bodoh.

Pak Arga berjalan paling depan. Memimpin perjalanan. Sedangkan Icha dibelakang sibuk mengarahkan pandangan ke sekitar, dambil memegang erat tali tasnya. Gugup.

Pertama kali masuk kafe, aroma khas kopi yang menangkan langsung tercium. Icha tersenyum tipis.

Suasana kafe ini menjadi pilihan tepat untuk orang-orang yang menyukai ketenangan. Icha sempat menyesal, dirinya tadi tidak membawa novel. Padahal tempat ini pas sekali untuk membaca novel, sambil mengkhayal indah.

Icha merutuki kebodohannya. Disini buat bahas kemah, ogep!

"Mau pesan apa?" Pak Arga menatap Icha intens. Icha gugup.

"Ehm, enggak pak..." kalau gu pesen, pulangnya gue naik apa?

"Pesan aja, saya yang bayar.."Bak cenayang. Icha tentu tak akan menyia-nyiakan kesempatan emas seperti ini. Gratis, siapapun gak berani nolak. 

"Saya milkshake coklat saja pak.."

"Okey, Mbak! Milkshake satu, Ekspesso satu, sama brownies lava satu.." Pak Arga mengucapkan pesanannya pada seorang pelayan kafe, yang malah salah tingkah melihat pak Arga.

"Ada lagi, mas?" Suara pelayan kafe dibuat lemah lembut.

"Itu saja..."

"Okey, di tunggu ya mas..." pelayan itupun berbalik, lalu berjalan anggun. Icha yang lihat jadi geli sendiri.

"Proposal kemah itu, sepertinya ada kesalahan deh..." pak Arga mulai buka suara.

"Kamu dibantu siapa buat proposal kemah?"

"Em, saya dibantu kak Wita pak. Sekretaris tahun lalu.." jawab Icha jujur.

"Kalau boleh tahu, masalahnya dibagian mana?" Lanjut Icha waswas. Pasalnya, demi membuat proposal itu, Icha rela mengorbankan waktu tidur dua malamnya.

"Kurang valid. Tata perencanaan dan pelaksanaanya tidak sesuai dengan rencana tahun ini. Banyak sekali bolongnya..."

Icha menahan nafasnya.

"Jadi saya minta, tolong kamu kerjakan proposal ulang. Juga dipercepat, karena saya rasa, proposal pertama itu makan waktu terlalu banyak. Kemah kita tinggal menghitung hari, sedangkan surat perijinan dan proposal belum diajuhkan dan di ACC..." Icha mengangguk lesuh.

"Ini mas, silahkan..." pelayan genit itu datang lagi. Penampilannya kali ini berbeda dari yang tadi. Kancing atas kameja coklatnya sudah dicopot. Lipstiknya makin memerah. Dan dia memakai eye liner. Icha ingin tertawa saat itu juga.

Sebesar inikah pesona pak Arga, sampai-sampai pelayan ini totalitas sekali dalam berpenampilan.

Berjalan dengan anggun lagi dengan nampan ditangan, setelah meletakkan pesanan pak Arga. Icha langsung menyeruput milkshake pesanannya dengan semangat.

Pak Arga lalu medorog piring berisi brownies dengan tampilan menggugah didepan Icha.

"Buat kamu..." Jawap pak Arga kalem. Dan sudah dibilang, Icha tidak akan menolak segala hal yang berbau gratis, misalnya makanan. Lagian, perutnya memang sudah berdemo dari tadi. Tanpa pikir panjang, sesendok brownies dengan leleham coklat melayang indah OTW mulut icha.

**

Mobil Honda Brio berhenti didepan pagar rumah bercat abu-abu. Icha melepas seatbeltnya, meliris sedikit pak Arga dan tersenyum canggung.

"Makasih pak, saya duluan..."

"Ranissa...." Icha hampir saja melangkah keluar, saat suara pak Arga kembali terdengar. Icha menoleh lagi.

"Kalau kamu gak paham tentang proposal atau kamu butuh bantuan, bilang saya saja..." ucap pak Arga. Dan kali ini diselingi senyuman.

Icha tak mampu berkedip. Bahkan cara bernafas saja ia lupa, saking terpesonanya melihat senyum pak Arga yang langkah.

"Ranissa.."

Icha kembali tersadar dari bengongnya. "Eh, iya pak..."

"Kalau begitu saya pamit..." Dan mobil pun melaju. Meninggalkan Icha yang masih belum sadar sepenuhnya. Masih terbius dengan pesona pak Arga.

Gak heran sih, kalo Affa ngotot pengen masukin pak Arga jadi kriteria casum masa depannya... Gue aja sampe melting, liat pak Arga senyum kayak gitu...

Gimana kalau ketawa coba? Pasti gue bakalan kejang-kejang ditempat!

______

Next? Comment spam!
-20.26-

YES,SIR! (On HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang