5.Flashback

3.3K 217 7
                                    

___
Icha melirik jam tangannya dengan malas. Kemudian melihat sekelilingnya dengan perasaan bosan. Kemudian membuang nafas kasar. Begitulah kegiatan Icha sekitar 20 menit ini.

Menunggu kemunculan sang doi yang entah dimana gerangan. Sesekali gadis itu memegang perutnya yang terasa semakin keram, akibat PMS. Rasanya ingin aku tidur saja...

"Eh, sekretaris. Maaf menunggu..." Icha buru-buru duduk tegap. Memasang wajah serius. Padahal perutnya makin meraung-raung kesakitan. Perpaduan yang lengkap antara lapar dan kram haid.

"Siap, tidak apa-apa pak..."

"Oke, jadi saya minta besok kamu sudah harus kerjakan proposal perencanaan perkemahan ya.. dan besok tolong serahkan arsip kemah tahun lalu kepada saya..."

"Siap pak.. Tapi saya masih kurang mengerti tentang pembuatan proposal pak..." Icha menggaruk tengkuknya yang tak gatal.

"Ya sudah, nanti kamu dibantu sama sekretaris tahun lalu. Dan tolong sekalian buat surat perijinan untuk sekolah dan lokasi kemah. Pokoknya yang menyangkut surat izin, harus kamu buat segera, biar tidak repot saat hari-H" Icha mengangguk walau sebenarnya kurang yakin apakah dia paham atau tidak.

Sedikit hening. Icha sibuk mencatat poin penting yang tadi dijelaskan sang pak tentara. Sedangkan si bapak menatap Icha, sibuk mengingat-ingat sesuatu.

"Ada hal lain lagi pak?"

"Untuk sekarang segitu dulu. Nanti baru saya informasikan lagi" Icha mengangguk lagi.

Icha meletakkan bukunya kembali kedalam tas.

"Kalau begitu saya du-" Ucapan Icha terhenti ketika pak tentara itu menyodorkan bendah pipih berwarna hitam tepat dihadapannya.

"Eh?"

"Simpan nomor kamu, biar gampang saya informasikan.." Ucap pak tentara kalem.

Icha menerima benda itu dengan ragu. Kemudian mengetik nomor hapenya dengan cepat.

"Sudah pak.. Saya permisi" Icha tersenyum sopan, lalu melangkah pergi

"Kamu yang waktu itu di Gramedia kan?"  Suara pak tentara itu berhasil membuatnya terhenti ditempat. Icha menutup matanya. Otaknya mulai bertengkar didalam.

Padahal dari tadi ia sudah berdoa mati-matian, agar bapak ini melupakan kejadian kemarin. Mengingat pertemuan pertamanya sangat tidak sopan karena mulut Icha memang sedikit bitchy.

Icha berbalik dengan gugup.

"I-iya pak..." cicitnya pelan.

"Gak nyangka ketemu lagi. Beda banget sikap kamu sekarang dengan yang di Gramed.." Pak tentara terkekeh pelah. Icha malah gugup setengah mati.

Gak tau aja kalo dipikiran Icha, segala jenis sumpah serapa yang Icha tau sudah mengalir mulus sedari tadi.

"Kalo kamu gak ngerti, jangan sungkan buat tanya saya.."

Sama aja bunuh harga diri kalo gue nanya lo pak perebut buku! Kaya gak ada orang lain aja!

"Siap pak.." jawab Icha.

"Ya sudah, sana pulang.."

" Siap pak.."

"Eh, Ranissa!" Panggil pak tentara lagi. Icha membalikkan badan dengan ogah-ogahan.

"Kenapa pak?" Raut wajah pak tentara berubah ragu-ragu. Kemudian menggaruk pelipisnya.

"Enggak jadi. Sana pulang!"

Sabar sabar... anak sabar disayang ji chan wook

Icha mengelus dadanya. Berusaha bersabar...

***

Senin, 01.43 pagi
Vomment!

YES,SIR! (On HOLD)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang