Chapter 1

593 21 7
                                    

               Prolog!             

****

Minggu, februari!

Pagi ini masih sama buatku masih tetap menyejukkan.. aku duduk melantai depan jendala kamarku, memandang indah diluar sana.

Sambil sesekali memejamkan mata merasakan hembusan angin dari sela-sela jendela kamarkuh.

"oh sejuknya menusuk keseluruh kulitkuh, Rambut hitam legamku yang terurai panjang ikut terkibas angin."

Hari yang begitu indah dan Cerah. Embun membuatku merasa lebih segar pagi ini. Langit biru yang selalu menjadi saksi kecantikan parasku setiap pagi. Aku tersipu malu setiap melihatnya begitu indah.

Mataharipun teriknya tak mau kalah selalu membuatku tenang dan damai tanpa perduli ucapan selamat pagi dari seseorang yang mereka sebut kekasih. Karna bagiku.. embun, langit dan mentari pagi sudah cukup buatku menyambut pagi.

"selamat pagi untukku"

Seperti biasa pagiku dimulai dengan 15Menit menatap keindahan Sunrise, 3Menit membasuh muka, 1Menit menggosok gigi kemudian menit berikutnya tinggal menunggu alarm sarapan pagi dari lantai bawah.

Dan yah Ayah-Bunda selalu menjadi alarm terdahsyat buat ku diantara semua alarm yang sudah ku setting. Itu mengapa tidak pernah seharipun pagiku lewati tanpa alarm dari mereka. Suara teriakan memanggil namaku. Meski begitu keras namun aku tahu itu adalah panggilan penuh rasa cinta.

"Oh ayah-Bunda. Kalian adalah 2 anak manusia yang juga sama sepertiku. Sama merasakan kebahagian menjadi seorang anak. Teruslah bersamaku selamanya!"

Begitulah bisikku dalam hati. Setiap hari memuji muji nama mereka. Bagaimana tidak mereka adalah satusatunya milikku yang paling berharga.

*****

"Sayang makan yang banyak dong. Nih nih semua makan. Gak boleh ada yang dilewatin !"

Peringatan barusan datang dari ibundaku tersayang, yang membuat lamunanku terhenti.

"Ya ampun bunda ini banyak banget ntar akunya gendut lagi."eluhku.

Lalu  Sebagian makanan yang Bunda beri aku keluarkan dari piring, aku hanya menerima satu mangkok sup kesukaanku.

"No gendut. Kamu lagi pertumbuhan jadi harus makan banyak biar tinggi kamu nambah. Yahkan ayah ???"

"Alaaaaa.. minta bantuan ke ayah. Bunda selalunya begitu."

"Sudahlah sayang dengerin apa kata bunda. Kamu sehat tinggikan juga buat kamu nantinya." Ujar Ayah dan Sesuai insting Bunda, Ayah kini ikut memerintah

"Okok. I know. Uda deh Ayah-bunda. Udah gede ini."

Sendok yang kupegang, keduanya ku letakkan ke dalam mangkuk sup. Aku mulai malas dengan perdebatan yang hanya akan membuat moodku berantakan

Bunda menatapku  "No. Kamu masih bocah dan akan selalu seperti itu dimata bunda dan ayah!" Tegasnya.

"Im 18 years old bundaa... bentar lagi 19th Comeon."

'Bagaimana mungkin usia 19 masih akan bertambah tingginya hanya dengan sepiring nasi goreng?'

Aku mengomel sepuasnya meski hanya berputar-putar dalam otak, tak berani ku proklamirkan.

"Yaudah kamu sarapan trus siap-siap kita ada acara keluarga, dan kamu harus ikut. Kan hari minggu." Ujar Ayah memenuhi maksud Bunda.

Aku menggeleng kuat ,menolak "No ayah. Aku ada job. And verry important. ok"

"Gak boleh dong gak ikut kamu sayang. Inikan hari minggu. Lagi kamu bentar lagi kuliah dan ini masih masa libur kamu sampe penerimaan mahasiswa baru. Jadi bagi waktu lah buat keluarga." Potong Bunda, yang Kini semakin melancarkan aksinya yang tak akan terbantahkan.

Love Take Away (On Going)Where stories live. Discover now