You can play, A Poem Called You by Taeyeon
Sampai kapan kau akan tetap menderita
Kau sudah cukup merasakan kepahitannya
Sekarang bangun dan lihat ke depan
Kau berharga
Dan pantas untuk bahagia
~Bella Carter~-SELAMAT MEMBACA-
AuthorSelepas kepergian Wina dari ruangan itu, kini Revan mencari target utama. Matanya kian menajam ketika menemukan seorang gadis yang tengah memijit kepalanya. Sesekali gadis itu juga meringis mungkin karena merasakan pening yang luarbiasa. Entahlah.
Dengan langkah tegap Revan berjalan mendekati gadis itu. Sialnya kian dekat dengan gadis itu kian membuat Revan menjadi bimbang. Terlebih ketika pandangannya jatuh pada wajah pucatnya. Namun Revan dengan cepat menggeleng. Semua perasaan janggal itu ia enyahkan secepatnya, dan tetap pada tekad awalnya.
Dimana Revan yang semakin mendekat, gadis itu juga rupanya tersadar akan suatu hal. Walau pening di kepalanya masih mendominasi. Telinga Bella tentu saja masih berfungsi dengan baik. Ia menangkap adanya suara ketukan sepatu di lantai yang terkesan kaku. Bahkan bulu kuduknya langsung berdiri hanya dengan mendengarnya saja.
Dengan kepala yang masih berdenyut pusing, Bella mencoba memastikan dengan membuka matanya lebih lebar. Bella mengedarkan pandangannya, menelisik setiap hal dengan teliti sembari mengumpulkan setiap kepingan memori mengenai jawaban mengapa ia bisa berada di tempat serba putih ini. Padahal ia yakin bahwa ia telah pergi meninggalkan ruangan rumah sakit.
Hingga ketika ia menatap ke arah kakinya, pandangannya berfokus pada satu hal. Menghentikan kegiatannya untuk meneliti lebih jauh. Dan hanya fokus memandang objek tersebut dengan perasaan yang serba aneh.
Degg...
Bella terpaku menatap penuh kagum. Tepat di depannya, berdiri sebuah patung sempurna -ah tidak- mungkin lebih tepatnya bak malaikat. Namun ketika Bella menatap lebih dalam, hingga membuatnya mengerutkan kening, Bella tersadar satu hal.
Malaikat yang ada di hadapannya kini, membawa aura menyeramkan. Lihat lah tatapan matanya yang menusuk, lagi tampangnya yang datar. Bella kembali menghela nafas sekali lagi.
'Bagus Bel, seperti biasa rupanya -masalah-,' keluh Bella meringis dalam hati.
"Ck, benar sekali nona. Kau dalam masalah!" ketus Revan mendecih.
"Hah?" Bella terbengong.
'Kok bisa??' batin Bella bertanya-tanya."Dasar bodoh!" desis Revan pelan.
Sayangnya telinga Bella masih mampu menangkap umpatan yang kini membuatnya menatap marah.
"Permisi tuan, tuan ini siapa ya? Dan juga kenapa saya ada disini? Hingga tuan berani mengumpati saya," Bella menekankan kalimat terakhirnya dengan jelas. Rasanya Bella sedikit malas berurusan dengan orang-orang yang hanya ingin menginjak-injak harga dirinya.
Mendengar penuturan gadis di hadapannya, Revan kagum tak percaya. Berani-beraninya gadis ini mempertanyakan dirinya. Bukankah itu haknya ingin mengumpat atau tidak. Dia Revan, dia penguasa disini.
"Oh-ho... Tak usah berpura-pura nona. Harusnya aku lah yang bertanya demikian. Ketahuilah aku bisa saja menendang mu keluar dari sini sekarang juga, cih!" bagus Revan sudah mulai berpidato.
"Manusia sombong lagi rupanya," desis Bella yang kini menundukkan kepalanya, membuat Revan berdiri kaku dan melotot tak percaya untuk yang kedua kalinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Happy?
General FictionPrivat Acak√ Don't copy~paste Inilah kisah pilu dimana seorang gadis yang hampir putus asa akan hidupnya sendiri. Dan seorang malaikat tampan yang datang mengubah akhir kisahnya. Akankah gadis itu menyerah ? Ataukah tetap berjuang...