SELAMAT MEMBACA
******Sekuat apapun seseorang
Ada waktunya dimana ia akan sangat membutuhkan sandaran
Tempat dimana ia bisa berlindung ketika tak ada jalan lain
Ketika ia tak sanggup lagi untuk melangkah-Bella C.Frederick-
Sadis by Afgan🎵
>>>
Author
Awan yang mulai menggelap menemani Bella yang tengah menatap punggung Flyno yang kian menjauh. Sebenarnya Bella patut bersyukur karena dia dapat tiba tanpa ada kata terlambat. Tapi tetap saja bukan Flyno harapannya.
Badannya kembali berbalik, mengarah tepat ke rumah yang kini dihadapannya. Sekilas Bella teringat akan ancaman Azura. Namun kembali Bella menggeleng demi menghapus pikiran negatif yang muncul.
Kakinya mulai melangkah masuk menyusuri pekarangan yang berisi bunga-bunga cantik. Jangan tanya siapa yang menanamnya, yang pasti itu bukan Fera ibunya ataupun Azura. Ya ampun, itu sangat membuang waktu saja bagi mereka.
Pandangan Bella kini teralih ke arah pintu yang masih tertutup. Entah hanya Bella yang merasa bahwa pintu selalu tertutup ketika dia datang. Seakan-akan tak ada tempat untuknya di dalam sana.
Tangan mungil Bella mulai meraih gagang pintu itu ketika kakinya telah memasuki teras. Entah bagaimana tiba-tiba dia merinding. Bukan. Bukan karena ada sesuatu yang halus yang lewat. Tapi memikirkan nasibnya setelah melewati pintu yang persis dengan pintu neraka itu.
Tapi Bella tetap berjalan memasuki rumah itu. Tangannya memegang erat bahkan bisa dibilang meremas ujung bajunya. Mau bagaimana pun, Bella berhak untuk mencemaskan sesuatu yang tidak diinginkannya.
Saat langkah Bella yang terus berlanjut hingga memasuki area dapur dan ruang makan, dia patut untuk bernafas lega. Sepertinya tidak ada orang yang sadar dia telah pulang. Sekilas senyumnya pun terbit. Mengira bahwa dia masih bisa merasakan keberuntungan.
Sayangnya semua itu hanyalah sebuah perkiraan atau mungkin Bella yang terlalu jauh terbang dalam halusinasinya. Karena kini sepertinya kenyataan menamparnya begitu kuat. Semesta juga sepertinya tidak berpihak padanya.
Senyum yang sempat terbit tadi, dalam hitungan detik lenyap entah kemana. Bibir yang tadi terukir melengkung membentuk senyum indah. Kini Bella malah mengigit bibirnya dengan tenaga yang bisa dibilang tidak kecil.
Bella berusaha menahan dengan sangat, ketika rasa perih, pening, sakit, dan segalanya yang buruk menjadi satu dan menjalar di akar-akar rambutnya. Seseorang di belakangnya tiba-tiba menarik atau mungkin bisa dikatakan menjambak kasar rambutnya. Bisa-bisa besok Bella akan memilih untuk menggundul rambutnya saja. Karena kalau seperti ini terus, bebannya seperti semakin terus bertambah.
"Hohoho hebat yah, jalang yang satu ini!" tawa Fera dengan tangan yang masih setia bertengger di rambut Bella.
"Iyalah namanya juga JA..LANG, Mam," sambung Azura dengan smirk yang membuat Bella bergirdik.
Sungguh Bella sangat tidak terima dikatai 'jalang'. Lagian sejak kapan dia pernah menjual tubuhnya untuk para pria buncit berkumis. Oh itu tidak akan pernah terjadi. Lebih baik Bella mati daripada menjadi barang bergilir hanya demi uang yang fana.
Dengan tenaga yang masih tersisa, Bella memegang pangkal rambutnya demi mengurangi rasa sakitnya dan mengaduh,
"A..ampun mam, a..aduh sa..sakit. Maaf yah mam dan Azura, kalau aku bikin masalah lagi."
KAMU SEDANG MEMBACA
What is Happy?
Ficción GeneralPrivat Acak√ Don't copy~paste Inilah kisah pilu dimana seorang gadis yang hampir putus asa akan hidupnya sendiri. Dan seorang malaikat tampan yang datang mengubah akhir kisahnya. Akankah gadis itu menyerah ? Ataukah tetap berjuang...