7) Pengakuan

18 5 0
                                    

Heyy...
Hey tayo hey tayo
Apaan sih basi
Gimana kabar kalian hari ini?
Baik?
Aku gak.
Gak salah lagi maksudnya
Huahahaha..
Udah ah, kabur....

-Selamat Membaca-


Play : Once - Aku Mau

Mengapa seseorang dapat berubah?
Dan begitu juga dengan perasaannya?
Tidak usah bertele-tele
Tanyakan saja pada hatinya
~Glen Ramirez~

Author

      Pikiran Bella yang kalang kabut membuatnya merutuki diri sendiri tanpa sebab. Hati dan pikirannya bertentangan di waktu bersamaan. Antara ingin marah atau menyadarkan diri untuk cukup tau dimana posisinya. Dan jelas itu bukanlah hal yang mudah.

      Rasa sesak yang menjalar tiba-tiba di hatinya, hampir saja membuatnya melupakan janji sialan itu. Janji untuk menjaga jarak dengan Glen, serta menjodohkannya dengan Azura. Seperti ada jeritan tidak terima didalam hatinya.

      Pintu dapur yang bersekat dengan ruang pegawai, terbuka dengan kasar. Lalu segera ditutup cepat oleh Bella, berharap tak ada yang akan datang mengganggunya lagi.

        Apalagi ketika sebelumnya Bella mendapati kode bahaya dari Azura yang seakan mengatakan,
'Pergi lo! Atau nyawa lo habis!'.

       Membuat Bella harus segera bangkit dan berakhir dengan bersembunyi di ruangan yang sempit ini. Yang dapat dia lakukan hanya menghembuskan nafasnya yang tidak teratur dengan perlahan-lahan. Baru mungkin setelahnya dia akan memutuskan untuk segera duduk.

       Sayangnya belum ada 5 menit Bella dapat tenang dari segala macam gangguan. Ponselnya malah berdering seakan tak bisa membiarkan Bella untuk menghirup nafas untuk sejenak saja. Bella lantas merogoh benda persegi panjang itu di saku celananya. Yang membuat kedua bola matanya sontak membulat penuh ketika menemukan pemandangan yang sungguh mengkhawatirkan.

      Nama 'Azura adikku' yang  terpampang jelas di ponselnya yang hampir tidak layak pakai. Nyatanya semakin menambah bebannya disaat genting seperti ini. Tapi jikalau pun Bella memilih untuk mengabaikan sambungan telepon itu, pasti akan menjadi kesialaan juga nantinya. Dengan berat hati, Bella akhirnya memutuskan untuk mengangkatnya.

"Halo, Az?" ucap Bella perlahan dengan suara sekecil mungkin.

"Eh jalang inget posisi lo yah!" ancam Azura ketus dari seberang sana. Dengan nada dan volume yang jauh berbeda dari Bella.

"Eh? Eh, iya-iya." Bella yang tidak mengerti kemana arah pembicaraan Azura hanya menggumam asal.

"Jangan iya-iya ajah. Lo gak boleh banyak ngomong sama jodoh gue, NGERTI GAK!" desis Azura penuh penekanan dan ancaman. Bella bahkan sampai bisa menerka ekspresi Azura kini.

"Iya Az, tenang ajah. Aku sadar posisi a.." Sambungan terputus secara sepihak, sebelum Bella selesai mengatakan ucapannya.

      Bella hanya menghela nafas sabar berkali-kali, karena membalas pun tidak akan menyelesaikan masalahnya. Pikirnya, lebih baik mengalah sebelum api membesar. Ponsel yang tadi digenggam pun segera dia masukkan ke saku celananya. Dan bergerak maju untuk duduk di tikar yang disediakan.

     Namun sekali lagi takdir berlaku kejam padanya. Jangankan untuk duduk istirahat dengan tenang. Bahkan langkah Bella pun baru beberapa, tapi pintu di belakangnya malah terbuka dengan kasar. Sehingga bisa dipastikan suara yang ditimbulkan pun cukup kencang. Entah oleh siapa, tapi itu cukup mengagetkan dirinya.

What is Happy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang