14) Siapa kalian?

10 2 0
                                    

Can play, Same by Sung Hoon ft. Song Ji Eun

-SELAMAT MEMBACA-


Author

"Dokter! Dokter! Dokter Rafaa??" teriak seorang suster muda terengah-engah menghampiri Rafa yang baru saja hendak meminum teh hangatnya.

"Winn...," dengus Rafa tak suka.

        Pasalnya suster yang bernama Wina masuk tanpa mengetuk pintu terlebih dahulu. Tentu saja Rafa tak menyukai hal itu. Apalagi jam istirahatnya harus terganggu.

         Dengan cengiran bodoh Wina melangkah masuk, "Hihi maaf dok. Soalnya itu anu... anu."

"Ck, Winn.. Jangan membuang waktuku. Lagian bukannya kau ku tugaskan menjaga Bella. Mengapa kau malah disini mengganggu ku," sela Rafa dengan datarnya.

       Melihat boneka manekin yang angkuh luarbiasa di hadapannya, membuat Wina mengucapkan kata 'sabar' di dalam hatinya berulang kali. Ingatkan dia bahwa di depannya ini adalah pamannya.

        Mungkin kalau bukan untuk PKL-nya, sudah sejak tadi dia mengobrak-abrik ruangan ini. Sungguh berhadapan dengan paman yang dingin dan menjengkelkan bukan pilihannya.

       Dengan senyum terpaksa, Wina pun mengutarakan maksudnya, "Nah iya itu dok. Bella, Bella udah sadar."

       Rafa yang tadinya hendak meminum tehnya demi mengabaikan gadis remaja dihadapannya, seketika menghentikan aktifitasnya. Matanya membulat tak percaya. Sungguh kah itu??

"Wina, kamu jangan bercanda yah!"

"Aduh om, ngapain juga sih Wina bercanda. Tau sendiri kalau Wina ngelawak tuh garing," jawab Wina sekenanya.

"Hah... Makasih Tuhan."

       Senyum lebar yang sudah lama tak pernah terbit, kini Rafa tunjukkan dengan bangganya. Sudah hampir seminggu gadis itu terbaring tak sadarkan diri. Dan itu sungguh membuat Rafa kian frustasi.

        Dan sekarang mendengar kabar bahwa Bella, gadis yang ia tunggu telah siuman, tak bisa dipungkiri Rafa terlonjak begitu bahagia. Matanya berbinar terang menyambut kabar akan Bella.

       Tak sabar melihat gadis itu membuka kedua matanya, Rafa segera bangkit dan mengambil jas putih yang ada di bangku kerjanya. Namun baru berjalan beberapa langkah, sebuah tangan mungil menahan tubuhnya.

        Rafa pun segera mengalihkan pandangannya ke belakang, "Ada apa lagi Wina? Om mau segera cek kondisi Bella."

"Om, anu... anu masalahnya, ada.. ada kabar buruk juga," ucap Wina dengan kepala tertunduk.

       Melihat tingkah keponakannya yang mencurigakan, Rafa menjadi penasaran. Pasalnya raut Wina menunjukkan sesuatu yang bisa dikatakan tidak baik.

"Baiklah. Sekarang lihat aku dan cepat katakan," Rafa mengalah membiarkan Wina menjawab.

      Dengan keringat yang mulai mengucur lumayan deras, Wina pun mulai berkata, "I...itu Bella sadar dan pada saat itu ju..juga Om... Om Re..Revan tiba-tiba masuk ke ruangan. Dan se..sekarang dia lagi nunggu Om Rafa buat ngomong."

"Hah... Ya Tuhan, cobaan apa lagi ini...??" bahu Rafa merosot seketika.

         Hari yang ia tunggu ternyata lebih cepat dari yang ia perkirakan. Demi apapun Rafa bahkan belum sempat menyiapkan apapun untuk hari eksekusinya. Termasuk menyiapkan alasan untuk membual atau mungkin merayu kakaknya agar berdamai.

******

          Sudah tiga hari ini Revan terpaksa harus berkunjung rutin ke bangunan berbau tak sedap itu. Ayolah Revan bahkan anti dengan bau parfum yang terlalu mencolok apalagi dengan bau obat-obatan yang memuakkan. Tapi apa boleh buat, bisnis tetaplah bisnis. Satu-satunya di dunia ini yang mampu membuat Revan tak berkutik sampai saat ini.

What is Happy?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang