Langkah kaki beriringan menimbulkan ketukan suara sepatu, tiga orang laki-laki melangkahkan kakinya dengan langkah lebar diarah depan diikuti dengan empat orang laki-laki dibelakangnya.
Tak banyak bicara diantara mereka, saling terdiam melewati koridor yang sepi.
Koridor sekolah berbentuk memanjang dengan impit oleh kelas yang berjajar membuat koridor tidak mendapatkan cahaya matahari yang cukup, bahkan saat ini adalah siang hari tetapi jika lampu tidak dinyalakan koridor ini akan tetap gelap.
Karena hari ini hari terakhir semester maka murid-murid dipulangkan lebih dahulu. Semester yang memusingkan ini sangat berat, beberapa mata pelajaran menaikkan standar nilai yang cukup gila. Tiga bulan sebelum ujian kenaikan kelas dimulai, saat itu juga para murid berbondong-bondong mencari tempat kursus terbaik, mencari guru les terbaik, bahkan membayar teman untuk memberikan jawaban.
Semua hal bisa dilakukan disekolah ini, yang mereka perlukan adalah uang dan kekuasaan.
Suara ketukan kaki terhenti diujung koridor, tepat disamping mereka adalah jendela yang tidak terlalu tapi lumayan untuk melihat pemandangan jalanan yang padat diluar.
Salah satu laki-laki dari mereka memakai bandana melangkahkan kaki maju ke depan.
Laki-laki memakai bandana itu menghembuskan nafas kasar memandang laki-laki yang ada didepan loker.
"Hufft, kau senang sekarang?" Tanya si bandana satu dari mereka dengan senyuman mengejek.
Bahkan setelah si bandana itu berbicara, laki-laki yang ada di dekat loker hanya berdiri dan terdiam memandang lantai.
"Jawab! Tahu kalau tak menjawabku seperti ini lebih baik aku memotong lidahmu saat itu" ucapnya lagi menarik kerah baju laki-laki itu.
Tarikan laki-laki yang memakai bandana itu cukup membuatnya terkejut, bahkan dirinya mengeluarkan ringisan kecil karena cengkraman yang terlalu kuat.
"Kenapa kalian melakukan ini?" Tanya laki-laki itu sangat pelan, tetapi berkat lorong ini yang sangat sepi memungkinkan mereka untuk dapat mendengarnya.
"Kenapa? Karena kami bisa!" Jawab si laki-laki bandana semakin mencengkram kerah baju laki-laki itu. Bahkan kini si bandana bukan lagi mencengkeram kerah baju, mainkan leher laki-laki itu.
"Aku bahkan menuruti semua perintah kalian. Aku tidak punya apa-apa tapi kalian tetap memintaku untuk membelikan rokok saat kalian mengadakan party" jawab laki-laki itu lirih semakin merasakan sesak di lehernya.
"Kau pikir kami peduli kau orang miskin? TIDAK! Ingat perjanjian kita"
"T-tapi menga-pa a-ku harus mendapatkan ini semua!? Kalian tidak puas bersikap seperti iblis? Kalian pikir anak-anak takut pada kalian karena kalian mempunyai kekuasaan?!" Tanya laki-laki dengan nada berteriak, ketujuh laki-laki yang ada didepannya menunjukkan senyuman tak terduga.
Prok. Prok. prok.
Suara tepuk tangan menggenggam diseluruh koridor yang sepi, salah satu dari ketujuh laki-laki itu dengan rambut berwarna blonde memberikan tepukan tangan untuk laki-laki, suatu hal yang tidak disangka bahkan laki-laki itu mempu berteriak ke arah mereka.
PLAKKK.
Sebuah tamparan mendapatkan di pipi laki-laki itu, tamparan yang sangat kencang langsung membuat laki-laki itu mengeluarkan darah di hidungnya.
"BRENGSEK! SUDAH AKU BIARKAN KAU HIDUP SAMPAI SEKARANG TAPI KAU BERPRILAKU SEPERTI ITU! KAU PIKIR KAU SIAPA?!" Teriak si laki-laki bandana itu didepan wajah sambil memberikan pukulan-pukulan di ulu hati.
KAMU SEDANG MEMBACA
THE ROYAL CLASS
FanfictionMereka sudah cukup dipusingkan dengan sistem sekolah yang bodoh, kini mereka harus merasakan perbedaan yang lebih tinggi. Menjadi pintar bukan syarat utama untuk bisa masuk ke dalam kelas ini. The Royal Class. Semua predator ada didalam ke kelas it...