(4) vier

28 3 0
                                    

***

***

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

***

Aku pernah merasakan sakit, tetapi kenapa ini sangat sakit sekali saat kau bersama yang lain?

***

"Mutter, hari ini kenapa harus bersekolah? Aku lelah sekali."

"Kau seharusnya bersyukur bisa bersekolah, coba kau lihat anak-anak yang kurang mampu di luar-an sana. Jangan kan untuk makan, membiayai sekolah saja sangat susah."

"Tapi aku lelah sekali."

"Besok kau libur kan?"

"Hm."

"Yasudah, sekarang makan roti nya. Mutter akan menyiapkan bekal makanan untuk mu di sekolah."

"Danke."

Hanna memakan roti tersebut dengan lahapan yang besar.

"Ingin Mutter antar ke sekolah atau berangkat sendiri?"

"Sendiri saja, aku bukan anak kecil berusia lima tahun lagi."

"Kau ini, selalu menolak saat Mutter ingin mengantarkan mu ke sekolah."

Yang di sindir seperti itu hanya terkekeh geli, ia tahu pasti Mutter nya kesal.

"Aku tahu Mutter banyak pekerjaan di perusahaan besar, justru itu aku tidak ingin mengganggu pekerjaan nya."

"Siapa bilang kau mengganggu pekerjaan Mutter?"

"Aku."

"Kau ini sama sekali seperti Vater mu."

"Omong-omong soal Vater, apa Vater menghubungi Mutter tadi malam?"

"Belum, mungkin Vater mu terlalu lelah mengurusi bisnis nya yang di luar kota."

"Selalu seperti itu, mementingkan bisnis dan dirinya sendiri."

"Jangan seperti itu, bagaimana pun juga dia adalah Vater mu."

"Ugh, sudah lewat dua menit. Aku harus segera berangkat sekarang. Guten Morgen Mutter."

"Guten Morgen, sayang."

Perempuan yang sudah berusia Tiga puluh tahun keatas mencium kening anaknya, begitu tulus ciuman nya. Akhir-akhir ini mereka sangat merindukan sosok kepala keluarga yang sangat di cintai. Karena semalam ia tak bisa berbicara dengan sang ayah.

Dingin -sehunTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang