Ikatan Suci

16.5K 2.6K 261
                                    

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ

Hana menarik napas dalam-dalam saat melihat pantulan dirinya yang terlihat dengan jelas dari cermin yang ada di hadapannya. Gaun berwarna merah maroon pemberian Risa untuk yang kedua kalinya kembali dia gunakan, yang pertama dia gunakan disaat acara wisudanya dan kini gaun ini dia gunakan saat akad nikahnya. Ya, akad nikah.

Setelah melewati beberapa proses dari mulai lamaran, mendaftarkan tanggal pernikahan ke KUA dan lain-lain yang tentunya tidak bisa dia sebut satu persatu saking banyaknya akhirnya hari yang dinanti olehnya tiba juga. Ya, dia menanti tibanya hari ini. Hari dimana ia akan terikat secara resmi baik di mata agama ataupun negara dengan seseorang yang kelak akan menjadi imamnya dalam menapaki sisa kehidupannya di dunia.

Namun, tidak dapat dipungkiri selain rasa bahagia yang kini Hana rasakan Hanapun merasa takut. Takut kalau kelak perjalanan rumah tangga yang akan dia lalui bersama Razan tidak berjalan sesuai dengan apa yang dia harapkan. Dia tidak ingin rumah tangganya kelak berakhir di tengah jalan seperti kisah rumah tangga kedua orangtuanya, keinginan bersamamu hingga janah hanya menjadi harapan semu karena di dunia keduanya telah dipisahkan. Sungguh Hana tidak ingin hal itu terjadi pada dirinya dan Razan, dia ingin pernikahannya berlangsung hingga kelak Allah kembali mengumpulkan keduanya di surga-Nya.

Hana membuang segala macam pikiran buruk yang sedari tadi memenuhi kepalanya saat pintu kamarnya diketuk. Dia berjalan ke arah pintu kamarnya dengan jantung yang berdetak dengan cepat, bahkan tangan kanannya bergetar saat hendak memutar handle pintu karena dia tahu siapa sosok yang baru saja mengetuk pintu kamarnya.

"Assalamualaikum, istriku," kalimat itu menyambut indra pendengaran Hana saat pintu kamar sudah sempurna terbuka.

"Wa.. Waalaikumsalam.." lidah Hana terasa kelu, bahkan dia tak sanggup untuk mendongakkan wajahnya.

Razan tersenyum, kedua tangannya menyentuh kedua pundak Hana, sekilas Hana mendongakkan kepalanya namun dengan cepat dia kembali menunduk, entah kenapa dia merasa begitu malu pada Razan, padahal kini Razan telah resmi menjadi suaminya.

Dengan penuh kehati-hatian Razan mendorong Hana, sehingga kini posisi keduanya tidak lagi berada di ambang pintu.

"Ke..kenapa ditutup pintunya? Bukannya..." Ucapan Hana terhenti saat Razan dengan tiba-tiba mengecup permukaan bibirnya.

"Aku tidak mungkin melakukan hal barusan di depan banyak orang," ucap Razan sambil tersenyum dengan begitu manis.

Wajah Hana memerah, "Ki..kita harus segera keluar, Bu..bukannya kita harus menandatangani beberapa berkas?"

Tangan kanan Razan memeluk bahu Hana, menahan Hana agar tidak bergegas keluar, "Jangan dulu keluar."

"Tapi..."

"Tenang saja, aku sudah memberitahu kepada bapak penghulunya kalau aku akan sedikit lama berada di dalam kamar."

"APA???" Mata Hana membulat sempurna, wajahnya semakin memerah. "Memangnya ki..kita mau ngapain di kamar lama-lama?"

Razan terkekeh geli, "Kamu maunya ngapain?"

"Razan!" Gerutu Hana sedikit kesal dengan sikap Razan, ia tak habis pikir dengan sikap Razan yang berubah seketika, kemana perginya Razan yang setiap kali bertemu dengannya selalu menjaga pandangannya? Apa karena kini mereka berdua sudah halal hingga sikap Razan padanya berubah total?

Tentang Rindu | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang