Memaafkan

26.1K 2.5K 251
                                        

بِسْمِ اللّٰهِ الرَّحْمٰنِ الرَّحِيْمِ


Semenjak resmi menjadi istri Razan setiap kali pulang dari masjid, setelah melaksanakan salat subuh Razan memiliki kebiasaan membaca Al Qur'an di atas tempat tidur dan biasanya dia akan selalu meminta Hana untuk merebahkan kepalanya di atas pangkuannya. Seperti pagi ini, Hana merebahkan kepalanya di atas pangkuan Razan sedangkan tangan kanannya digenggam erat tangan kiri Razan, sesekali Razan akan menghentikan bacaan Al Qur'annya lantas mengecup pucuk kepala Hana.

Hana menenggelamkan wajahnya di perut Razan saat air matanya tak mampu lagi dia bendung, ayat Al Qur'an yang tengah Razan baca menyentuh relung hatinya, seketika bayangan wajah Mamanya memenuhi pelupuk matanya.

Allah SWT berfirman:

وَقَضٰى رَبُّكَ اَ لَّا تَعْبُدُوْۤا اِلَّاۤ اِيَّاهُ وَبِا لْوَا لِدَيْنِ اِحْسَا نًا ۗ اِمَّا يَـبْلُغَنَّ عِنْدَكَ الْكِبَرَ اَحَدُهُمَاۤ اَوْ كِلٰهُمَا فَلَا تَقُلْ لَّهُمَاۤ اُفٍّ وَّلَا تَنْهَرْهُمَا وَقُلْ لَّهُمَا قَوْلًا كَرِيْمًا

"Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada ibu bapak. Jika salah seorang di antara keduanya atau kedua-duanya sampai berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-kali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan ah dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik."
(QS. Al-Isra' 17: Ayat 23)

Sungguh hati Hana tidak dapat berdusta dia marah, bahkan sangat marah kepada Mamanya karena Mamanya tidak hadir di acara akad pernikahannya dengan Razan dan tanpa dapat diredam dalam hatinya terbesit kalimat, "Lebih baik aku tidak memiliki Mama." Ya, kalimat itulah yang dengan lancangnya terbesit di dalam hatinya. Dan Allah sang yang maha tahu, seakan mengabulkan hal itu, satu Minggu setelah pernikahannya Mamanya mengalami kecelakaan maut, kendaraan yang akan membawa Mamanya dari bandara ke kediamannya menabrak truk besar, Mamanya sempat dilarikan ke rumah sakit namun nyawanya tidak tertolong. Sungguh saat mendapatkan kabar tersebut Hana begitu merasa menyesal, menyesal karena sempat berpikiran kalau hidupnya akan lebih baik kalau dia tidak memiliki Mama. Namun, nyatanya tidak demikian, hatinya hancur lebur, sekujur tubuhnya terasa begitu sakit.

Apa yang telah dia berikan pada Mamanya? Tentu tidak sebanding dengan apa yang telah Mamanya berikan padanya.

Kekecewaan yang telah Mamanya berikan kepadanyapun tidak sebanding dengan kekecewaan demi kekecewaan yang mungkin dulu pernah Hana lakukan secara tidak sadar.

Sungguh Hana merasa dirinya begitu sombong saking sombongnya hingga hatinya berani berpikir demikian.

Dua hari setelah Mamanya meninggal, salah satu saudara tirinya yang seumuran dengan Hana datang ke rumahnya untuk memberikan sesuatu yang memang sudah Mamanya siapkan dari jauh-jauh hari sebagai kado pernikahan Hana.

"Ini dari Mama untukmu, semoga kamu mau menerimanya."

Dengan hati pilu Hana menerimanya dan tangisan Hana tidak dapat terbendung saat melihat hadiah apa yang sudah Mamanya persiapkan untuk dirinya.

Mamanya masih mengingat apa yang pernah dia inginkan, padahal hal itu sudah berlalu begitu lama.

"Kalau aku menikah aku ingin bulan madu ke Gili Trawangan, mudah-mudahan nanti ada yang ngado tiket honeymoon kesana." Ya, itulah yang dia inginkan dan dia utarakan keinginan tersebut kepada Mamanya, ia sama sekali tidak menyangka kalau Mamanyalah yang akan memberikan hadiah tersebut padanya. Sebuah keinginan yang muncul gara-gara ia begitu terpesona akan penggambaran keindahan Gili Trawangan yang terangkai begitu apik dalam salah satu novel favoritnya.

Selamat menempuh hidup baru sayang, maafkan Mama tidak bisa hadir di hari pentingmu itu. Sungguh, andai Papa Wisnu mengizinkan Mama untuk tak ikut serta dalam perjalanan bisnisnya Mama pasti akan datang di hari pernikahanmu, tapi....

Sudah banyak kesalahan yang telah Mama lakukan saat menjadi istri Papamu, kesalahan yang mungkin sulit untuk kamu maafkan dan kini Mama tak ingin lagi melakukan kesalahan yang sama... Seperti kebanyakan wanita diluar sana yang ingin menjadi istri yang shalihah Mamapun menginginkannya.

Ingatkah kamu akan kisah seorang anak yang diminta pulang oleh ibunya yang sedang sakit keras, tapi ia tidak bisa pulang hingga ibunya meninggal karena belum mendapatkan izin dari suaminya untuk pulang.

Hatinya menangis, jiwanya merintih kesakitan karena pada hakikatnya dia sangat ingin pulang untuk bertemu dengan ibunya tapi dia tahu kalau suaminya lebih memiliki hak atas dirinya dibandingkan Ibunya.

Di mata semua orang dia dicap sebagai anak tak tahu diri, tapi di mata penduduk langit dia dicap sebagai wanita mulia karena ketaatannya pada suaminya, dan karena ketaatan itulah yang menjadikan wasilah untuk ibunya mengecap indahnya surga.

Mama tentu tak semulia wanita itu, tapi Mama berharap semoga dengan taatnya Mama pada Papa Wisnu, maka Allah jadikan dirimu sebaik-baiknya perhiasan dunia yang suamimu miliki. Semoga Allah jadikan dirimu istri yang baik, serta ibu yang baik untuk putra putrimu kelak.

Sungguh Mama menyangimu, maafkan Mama tidak bisa menjadi Mama yang baik untukmu.

Razan menghentikan bacaan Al Qur'annya, dia letakan Al Qur'annya di atas nakas samping tempat tidur, dia rebahkan tubuhnya di samping Hana, dengan lembut dia membawa tubuh Hana yang bergetar ke dalam pelukannya.

Tak ada kata yang terucap dari bibirnya, tangan kanannya membelai lembut surai rambut Hana yang tergerai.

"A..apa yang harus aku lakukan, Mas?" Hana bertanya lirih disela isak tangisnya, "A..aku malu sama Allah...a..aku malu sama Mama...betapa sombongnya aku sebagai seorang anak..."

"Jadilah hamba yang taat, dan jangan pernah berhenti untuk mendoakan Mama karena pada hakikatnya Jika seseorang meninggal dunia, maka terputuslah amalannya kecuali tiga perkara yaitu, sedekah jariyah, ilmu yang dimanfaatkan, dan do’a dari anak yang Sholeh," ucap Razan lembut sambil mengecup pucuk kepala Hana.

Hana mengangguk, namun tangisnya tak kunjung berhenti. Sungguh dia merindukan Mamanya. Dia ingin memeluk Mamanya dengan erat sambil mengucapkan kata maaf dan terimakasih.

Maaf untuk segala kesalahan yang telah dia lakukan, dan terimakasih karena telah dengan sabar mencintai dan menyayanginya dengan tulus.

Hana mendongakkan wajahnya, dia tatap wajah Razan lekat-lekat, "Mas."

Tangan Razan menghapus jejak air mata yang masih setia membasahi pipi tirus Hana, "hmm?"

"Bolehkah aku merindukan kematian?"

Razan terdiam, dia menatap mata Hana dengan intens, sebelum akhirnya mengangguk lemah, "Tapi jangan sekali-kali kamu memintanya untuk segera datang. Kita hanya diperbolehkan untuk merindukannya tapi tidak diperbolehkan untuk memintanya segera datang."

Hana mengangguk, tangisnya kembali pecah. Rindunya pada Mamanya membuat ia pun merindukan kematian, kerena hanya dengan kematian yang Allah ridhoilah batas yang kini menghalangi dirinya untuk berjumpa dengan Mamanya perlahan akan terkikis.

Sungguh ia merindukan Mamanya hingga pada akhirnya rasa rindu itupun membawanya pada rasa rindu pada kematian.

E N D

Gimana?

Maaf yah kalau masih banyak kurangnya. Semoga bermanfaat untuk kita semua. Terimakasih untuk kalian semua yang sudah mau membacanya dari awal hingga 😊💙

Tentang Rindu | ENDTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang