🌿GAGAL🌿

12.3K 362 13
                                    


Uhuukk.. Uhuukk.. Uhhuukk.. Byuurrr.....

Aska tersedak air, lalu menyemburkannya ke depan. Tepat mengenai wajah Ucup.

"Etdah ini anak siapa yang bikin, sih? Gak punya sopan santun sama orang tua. Terkuras ini muka ganteng Papa gara-gara kamu sembur. Emangnya kamu kira papa pasien mbah dukun?" omel Ucup sambil mengusap wajahnya.

"Ya papa yang bikin, lah. Emangnya muka papa kloset, bisa dikuras?" jawab Aska tanpa rasa bersalah.

"Udah salah, ngatain papa lagi. Kapan sih kamu gak ngejawab kata-kata papa? Kamu mau uang jajan kamu papa potong?"

"....."

"Kok kamu diam aja? Ga berani jawab kamu?"

"Katanya tadi gak boleh jawab!"

"Nah, kan. Kalo dibilangin ngeles mulu. Ingat! Kamu itu udah jadi suami. Bentar lagi jadi bapak. Mikir dikit bisa gak, sih?" Ucup kembali mengomel. Yang diomeli hanya mendengus kesal.

"Di jawab salah, gak dijawab salah juga. Dasar Lansia!" Aska menggerutu pelan, takut didengar oleh telinga Susi yang super tajam. Setajam SILET /

"Udah-udah... Makin pusing ini pala Barbie, ribuuuut mulu. Bikin Barbie tambah keriput aja." relai Susi dengan suara nyaring yang membuat suasana menjadi tambah gaduh.

Sedangkan Aurel hanya melongo menyaksikan keluarga yang super edan di depannya. Matanya tak henti-henti melirik Aska dan Ucup yang tengah berdebat secara bergantian. Ternyata gak muka aja yang mirip. Kelakuan mereka juga mirip. Sama-sama GEBLEK!

"Udah, ah. Papa mau ke kantor dulu. Bosen ladenin anak kayak kamu. Mama.. Papa berangkat dulu, ya." Ucup berdiri dan merapikan pakaiannya, lalu menerima uluran tangan Susi yang mencium tangannya. Ucup mencium kening Susi dengan lembut, ciuman itu turun ke bibir Susi. Hanya sebuah kecupan, bukan sebuah lumatan seperti yang kalian bayangkan.

"Ekhm... Ada anak di bawah umur ini, loh. Yang lagi merhatiin kalian." Aska melirik Aurel sekilas, gadis itu tengah sibuk menikmati nasi gorengnya di tengah keributan kecil keluarga Yusuf. Mungkin kalo lagi banjir bandang atau gunung meletus, Aurel juga bakal tetap milih buat habisin makanannya.

"Enak aja kamu bilang mantu mama anak dibawah umur. Buktinya dia kan udah kamu ajarin yang enggak-enggak kan, semalem. Hayo, ngaku kamu."
Susi yang merasa momentnya terganggu menjadi kesal sendiri.

"Ya nggak lah, Ma. Nggak ngapa-ngapain, kok. Aska cuma meluk Aurel doang semalam. Ya kan, Aul?" Aska melirik istrinya yang masih dalam mode "makanan penting". Meminta pembenaran atas ucapannya barusan.

"Iya, Ma. Cuman dipeluk doang. Emangnya kalau suami istri harus ngapain lagi, Ma?" Aska menghela nafasnya gusar. Andai saja Aurel bukan istrinya dan mamanya tidak menyayangi Aurel, ia mungkin akan mengubur Aurel hidup-hidup.

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Aska membalik buku Arkeologi yang ada ditangannya. Cuma dibolak-balik doang. Gak dibaca. Mahasiswa semester akhir jurusan arkeologi itu merasa sangat bosan. Izin main keluar gak boleh. Bawa temen main kerumah gak boleh juga. Masa iya dia harus main sama Aurel? Nanti malah disuruh pake wiks(?) terus didandani kayak dakocan lagi.

Aska merasakan sepasang tangan yang menutup kedua matanya. Membuat Aska membeku di tempat. Lembut. Hangat. Wangi. Dan salah satu jari kelingking tangan itu tanpa sengaja menyentuh bibirnya. Membuat nafas Aska tertahan.

"Aa.. Aul, lepasin!" ujar Aska terbata-bata karna rasa gugupnya.

"Yeh.. Ketahuan, deh." pekik Aurel ditelinga Aska.

My Childish Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang