🌿PROLOG🌿

28.5K 572 60
                                    


"Duk!"

"Aduuhh..." Aurel meringis lalu mengusap dahinya yang barusaja membentur kusen pintu.

"Isshhh... Siapa sih, yang naro pintu disini? Jidat Aul kan jadi kejedot. Kalo bekasnya jadi hitam gimana? Aul jadi mirip Anna versi tompel dong." Aurel mengomel kesal pada pintu yang ada didepannya seraya membayangkan dirinya menjadi Anna Frozen versi tompel.

"Auul...  Buruaann!!!" teriakan seseorang menghentikan ocehan Aurel yang mirip emak-emak nawar cabe dipasar, membuat Aurel kembali teringat apa tujuannya datang ke dapur.

"Iya bentaar..." Aurel balas berteriak. Jangan heran, keluarga ini memang gitu. Suka teriak-teriak kek manusia goa.

"Awas ya, pintu. Kalo kamu parkir sembarangan lagi Aul bakal laporin sama Pak Polisi biar kamu dimasukin penjara. Bweeekk.." Aurel memeletkan lidahnya pada kusen pintu didepannya.

Aurel melanjutkan langkahnya  menuju rak piring yang ada di sudut ruangan untuk  mengambil beberapa gelas. Namun, untuk sampai disana Aurel harus melewati sebuah meja panjang kayu yang berada ditengah ruangan. Meja kayu tersebut dikelilingi empat buah kursi yang tersusun rapi, sesuai dengan jumlah anggota keluarga di rumah ini.

Baru beberapa langkah...

"Dukk!"

Lagi-lagi Aurel harus mendengus keras. Lalu mengusap jempol kakinya yang tersandung salah satu kaki kursi.

"Isshh.. Nyebelin banget, sih. Ini kursi ngapain ada di sini. Ganggu orang mau jalan aja. Tadi pintu yang ditaroh sembarangan, sekarang kursi juga ikut-ikutan." Aurel kembali mengomel, kali ini pada kursi yang posisinya sedikit miring karena tertendang oleh Aurel.

"Udah, non. Jangan ngomel lagi. Bukan pintu atau kursinya yang salah, non aja yang jalannya gak liat-liat. Sekarang buruan ke depan, udah ditungguin itu sama keluarga pak Yusuf. Sirup yang tadi diminta buk Tiwi biar bibi aja yang bawain." Bik Konah yang punya nama lengkap Markonah Marijah Pukinemiah yang entah muncul dari mana itu menghentikan aksi omel-mengomel Aurel yang mirip omelan guru piket.

"Yaudah, bibi buatin yang enak, ya. Kalo sirup yang buat Aul harus spesial. Jangan pake gula, jangan pake sirup, jangan pake gelas juga." Aurel menggerak-gerakkan telunjuknya di udara saat mengucapkan empat kata jangan diatas.

"Kalo gak pake gula, gak pake sirup, gak pake gelas juga berarti buat non Aul gak ada dong!" Bik Konah menatap bingung anak majikannya yang kelewat polos itu. Saking polosnya, malah jadi kayak orang bego.

"O iya, ya. Aul kok gak kepikiran, ya? Eh, Aul emang gak pernah mikir kan, ya? Yaudah deh terserah bibi aja yang penting enak." Aul menggaruk tengkuknya yang tidak gatal sambil cengengesan. Ya iyalah garuk tengkuk, kalo garuk selangkangan ntar orang malah salah paham.

"Iya, buruan tuh ke depan. Udah ditungguin." Bik Konah kembali mengingatkan.

"Iya bibik bawel banget, sih. Kek presenter acara gosip. Noooo.. Kepreeett.." Aurel bergaya menirukan gaya seorang presenter yang pernah ia lihat di televisi.

 
   Baru saja berbalik dan berjalan beberapa langkah..

"Dukk!"

"Papaaaa... Ganti pintu kita pake pintu Doraemon sekaraaangg!!!"

🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿🌿

Aurel dengan dua bulatan kemerahan di dahi duduk manis di sofa ruang tamu dengan kedua orang tuanya, juga sepasang Pasutri yang kira-kira seumuran dengan kedua orang tua Aurel. Beberapa gelas sirup juga sudah terhidang diatas meja bundar yang berada disana.

My Childish Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang