🌿Jahit Sempak🌿

7.4K 290 27
                                    

  Minta vote adalah jalan ninjaku🌿

Bagi Votenya dong, saya udah dua bulan gak dikasih vote, kasian mbak.. mass... 😛

"Kak... Ini cara masukinnya gimana? Dari tadi ga bisa-bisa." Aurel mengusap keringat yang sudah membanjiri pelipisnya sambil terus menggerakkan benda panjang itu.

"Dijilat dulu ujungnya biar tegang, abis itu baru masukin ke lubangnya," jawab Aska sambil terus tiduran di atas ranjang.

"Ishhh... Gak bisa kak. Sempit!"

"Yaudah sini, biar kakak yang masukin," Aska bangun dan meraih benang dan jarum yang diulurkan oleh Aurel.

"Dasar anak manja. Masukin jarum ke benang aja sampe keringetan kayak habis ngejar teroris. Gimana mau masukin itu," Aska mulai membatin dengan pikiran kotornya. Maklum, kemaren Aska lupa beli susunlight buat nyuci otaknya.

"Buruan dong kak, ini sempak soalnya mau Aul pake nanti sore. Udah kangen banget soalnya," Aul mengibas-ngibaskan sempak bergambar Frozen yang karetnya lepas sebagian di depan wajah Aska. Sempak yang tiga jam lalu dibawa Aurel dari rumah Tiwi. Sungguh, Aska pengen kabur ke pangkuan Raja Arab buat minta perlindungan suaka saat ini juga.

"Iya bentar, mana sempaknya biar kakak jahit," Aska meraih sempak yang dipegang Aurel.

"Lagian kenapa gak beli baru aja sih, Aul. Kayak orang misqueen aja jahit-jahit sempak. Kakak bisa beliin sekaligus sama pabriknya kalau Aul mau," protes Aska dengan gaya songong. Tapi tangannya terus bergerak lincah menjahit karet sempak yang lepas.

"Yeee, gak bisa gitu dong, kak. Sempak ini spesial banget buat Aul. Dan satu lagi, ini hadiah yang papa beliin di Hongkong waktu ulang tahun Aul yang ke enam belas," jawab Aul dengan sungguh-sungguh. Padahal dia nggak tau, kalo sempak yang baru saja dibangga-banggakannya di depan Aska bukan dibeli papanya di Hongkong, melainkan di kios kaki lima Tanah Abang.

Jangan tanya siapa "Abang" yang punya itu "Tanah". Author juga gak tau.

"Jadi Aul lebih memilih menyespesialkan sempak dari pada suami sendiri?" tanya Aska pura-pura merajuk. Karet sempak yang dijahitnya hampir selesai.

"Ya nggak gitu, kakak itu spesial dalam artian yang berbeda," jawab Aurel.

"Berbeda gimana?" tanya Aska lagi dengan penasaran. Jangan-jangan Aurel mau mengakui betapa istimewanya dia dihidup Aurel.

"Ya berbeda. Gak sama, apalagi sama sempak," jawab Aurel lempeng.

"Udah? Itu doang? Pendek amat"
"Aul kan bukan lagi jawab soal essay, ngapain harus panjang?" Aska mengusap wajahnya yang kebas. Ternyata mengharapkan jawaban serius dari bocah kayak Aurel gak ada gunanya.

"Penghuni rumah sakit jiwa juga tau kalo berbeda itu gak sama." Aska mengomel kesal.

"Terus Aul salahnya dimana?"

"Nggak salah, sayang. Nih, sempaknya udah selesai." Aska menyerahkan benda segitiga itu. Karetnya yang tadi terlepas sudah terjahit sempurna.

"Yeay, makasih kak." Aurel dengan riang mengambil sempak itu dari tangan Aska.

"Kalo gitu, kita buka jasa jahit sempak aja gimana?" Sambung Aurel sambil memperhatikan jahitan pada karet sempaknya.

"Aul... Kakak lebih milih nawarin jasa ngasih makan buaya ketimbang jasa jahit sempak," Aska menyorot Aurel datar. Sedatar dada ABG labil yang suka pake BH dengan busa tebal.

"Kalo jasa jahit sempak buaya gimana?" Tawar Aurel lagi. Kayaknya tu bocah lagi terobsesi sama hal-hal yang berbau sempak.

"Sejak kapan buaya pake sempak?" Tanya Aska dengan asal. Lalu kembali membaringkan tubuhnya yang terasa pegal di atas ranjang.

"Sejak Pak-aya selingkuh, soalnya pak-aya suka gak kuat kalo liat bu-aya gak pake sempak," jawab Aurel lalu ikut membaringkan tubuhnya di samping Aska.

"Aul tau dari mana?" tanya Aska lagi.

"Dari omongan ibu-ibu kompleks yang lagi beli sayur di gerobak kelilingnya Mang Udin yang biasa mangkal didepan rumah mama," Aurel memeluk Aska dari samping. Penyakit manja akut-nya kambuh lagi.

"Aul nguping ya?" tanya Aska menyelidik.

"Nggak kok. Cuma gak sengaja denger aja pas disuruh mama beli sabun," sahut Aurel lagi.

"Ngapain beli sabun di tukang sayur?" Tanya Aska (lagi).

"Siapa tau aja Mang Udin bawa sabun, kan Aul capek harus jalan ke warung. Malahan kadang Aul beli minyak goreng di toko bangunan depan rumah, biar gak capek," jelas Aurel.

"Terus minyak gorengnya ada?" tanya Aska (lagi part2)

"Ya enggaklah, gimana sih kak Aska. Orang gila juga tau kalo di toko bangunan gak jual minyak goreng," omel Aurel.

"Mungkin dulu mama Tiwi waktu lagi hamil Aurel ngidam minum minyak goreng Sanco, terus sedotannya pipa Rucika. Makanya goblok Aurel itu murni dan mengalir sampai jauh," batin Aska.

"Kak Aska ngapain ngelamun? Aul tau kok, kalo kepintaran Aul itu membuat kak Aska terpesona, jadi gak usah mikirin kata-kata buat muji Aul," ujar Aul lalu mengeratkan pelukannya pada Aska.

"Untung gue sayang, kalo enggak udah gue jadiin umpan buat ngail piranha Amazon," batin Aska.

Ada yang kangen???

Maaf lama gak update, kemaren-kemaren sibuk ujian semester. Tapi sekarang udah terima lapor, walaupun hasilnya sedikit mengecewakan dibanding semester lalu.

Dan mumpung sepuluh hari ke depan libur, jadi Author akan usahakan buat update tiap hari....

Ada yang seneng gak?

Gak ada ya?

Yaudah 😶

See you next chapter 💜







My Childish Wife Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang