Warning typo bertebaran, harap maklum 🤗
.
.
.
.
.
.
.
Selamat membaca 😘😘
.
.
.
.
.
.
.
Sambil dengerin OST The Thale Of Nokdu, Shane On You biar lebih syahdu ❤Deru suara roda-roda yang beradu dengan lantai putih terdengar sangat nyaring di sepanjang lorong. Para suster dan petugas jaga rumah sakit berupaya mendorong ranjang itu berlomba dengan waktu untuk menyelamatkan korban kecelakaan yang tengah diambang kematian.
Seorang pria tergeletak tak berdaya dengan tubuh penuh luka dan darah yang hampir menutupi sebagian wajahnya. Orang-orang yang berdiri disepanjang lorong menatap ngeri pada luka yang dialami pria itu, diam-diam mereka mendoakan agar Tuhan masih berbaik hati pada makhluknya dan membiarkan pria itu bertahan dalam raganya.
Pintu ruang gawat darurat dibuka dengan sangat buru-buru membuat petugas yang berjaga di ruang seteril itu cepat tanggap dan memposisikan diri. Dua orang berbaju serba hijau yang sudah diseterilkan datang mendekat.
Salah seorang dari mereka dengan cepat menggunting kemeja dan celana yang korban gunakan. Tak ada waktu, kondisi luka yang parah tidak memunginkan mereka untuk meloloskan pakaian tersebut satu persatu secara utuh.
Ventilator telah terpasang dengan sangat baik oleh suster yang bertugas bersama para dokter ahli dalam menangani pasien ini, memudahkan jalan pernafasan yang mungkin saja tertutup oleh darah atau lendir. Pada dada bidangnya terpasang beberapa kabel yang terhubung langsung pada monitor memantulkan irama jantung yang bergerak cukup normal walaupun berada di bawah garis normal.
Mereka semua berupaya dengan cepat menjahit luka yang ada pada tubuh pasien. Luka paling parah terdapat di kepala pasien yang membuat pendarahan hebat, juga terdapat luka robek pada paha dan juga lengan.
Sarung tangan yang semula berwarna putih bersih kini ternodai oleh darah. Peluh membasahi dahi mereka, tangannya dengan cekatan melakukan tindakan dengan bermodalkan gunting, jarum dan benang. Tidak boleh ada kesalaha atau nyawa pasien akan melayang.
❤HISTORY❤
Kedua dokter ahli bedah yang berjuang menyelamatkan nyawa si pasien berjalan menjauhi tubuh pasien menuju sudut ruangan dimana banyak peralatan lain diletakkan, peluh yang membasahi wajah dan pakaian mereka. Setelah tiga jam berduet dengan alat-alat medis akhirnya keduanya dapat menyelamatkan nyawa sang pasien.
“Cukhae dokter Park anda berhasil melakukan operasi seperti biasa” ujar partner dari dokter wanita yang baru saja melepaskan sarung tangan dan masker. Senyuman manis terbit di wajah pucatnya walaupun begitu kecantikan masih terpancar dengan jelas.
“Seharusnya aku yang berujar begitu dokter Cha.. selamat atas operasi perdanamu” mendengar pujian keluar dari bibir delima sang senior membuat pria berhidung tinggi itu tersenyum lebar. Beruntung sekali dirinya tidak membuat kekacauan di operasi pertamanya.
“Anda terlalu berlebihan memuji saya” jawab Cha Eunwo sang junior tampan kepada Park Jiyeon dokter wanita yang sangat disegani di Seoul International Hospital.
“Cih sepertinya kau memang merendah untuk semakin dipuji rupanya” Cha Eunwo tergelak mendengar sindiran Jiyeon. Senior yang sudah membimbingnya selama enam bulan itu menepuk bahunya ringan kala ia membungkuk dan pamit dari hadapannya.
Jiyeon menoleh pada sosok yang terbujur lemah di balik tirai, ia tersenyum miris kala takdir seolah mempermainkannya begitu sadis. Sosok yang baru saja ia tolong adalah pria yang sembilan tahun lalu mencampakkan dirinya demi wanita lain.