12. Mereka mirip denganmu, mudah berpaling.

1.6K 205 48
                                    

TYPO MY TYPE_

🌹🌹🌹



Chanyeol menatap indahnya kota pagi ini, menghirup dalam aroma kota kelahirannya. Terpaan angin lembut menyapa kulitnya, ia tersenyum. Bukanlah kabahagiaan itu sesederhana bernafas? Namun mengapa semua terasa berat dan menyesakkan?

Chanyeol menghembuskan nafas lelahnya, mengakhiri aktivitas paginya dari pada semakin tenggelam dalam masa lalu. Saat keluar dari kamarnya, ia melihat Luhan sedang terburu-buru menuju pintu keluar.

"Hei Rusa kau mau ke mana?"

Luhan berhenti lalu menoleh ke arah Chanyeol. "Kau tahu, rusa ini sedang sangat lapar tapi temannya si monyet tidak memberi kehidupan di dalam kulkasnya!" sangat sarkas.

Chanyeol sudah terbahak saja, salah siapa kemarin dia keluar ternyata hanya membeli permen kapas? Padahal alasannya mau ke mini market. "Kau tahu jalannya? Kau lumayan cantik nanti banyak yang mengintaimu."

"Ya-ya-yak! Kau pikir aku sepertimu apa!? Walau Xiaotong tidak memiliki body gitar Spanyol, aku lebih pilih dia dibanding anjing-anjing Korea."

"Lu mengapa mulutmu sangat berbisa sih? Kau menyakitiku~"

Seketika wajah Luhan berubah datar, lalu tanpa kata ia memilih pergi dari pada lanjut meladeni pria jangkung korban penipuan itu. Chanyeol sendiri merasa menang berhasil mengerjai Luhan, ia tertawa terbahak-bahak. Bahkan Luhan masih bisa mendengarnya dari luar.

"Ugh, sialnya aku betah bersahabat dengannya."

"Eh, Luhan?"

Luhan segera menoleh saat suara itu menyapa gendang telinganya. Seorang wanita cantik tersenyum mengarahnya. Sepertinya wanita itu baru keluar dari lift dan tentunya tujuannya adalah apartemen Chanyeol. "Oh... ah-ahay No-noona-?" Lihan canggung.

Wanita itu tersenyum. "Mau ke mana?" tanyanya.

"Mini market Noona. Mau beli bahan makanan."

"Oh, tidak bersama Chanyeol?"

"Ti-tidak," ucapnya. Entah mengapa ia sangat gugup sekarang. Jangan bilang ini akibat pengakuan Chanyeol tempo hari, dia benar-benar harus ke psikiater agar tetap memiliki otak yang waras. "Oh, Noona sendiri tidak bersama William hyung?"

"Tidak, dia sedang berkerja sekarang."

Luhan mengangguk. "Apakah tiap hari?"

"Tidak juga, hari minggu dia libur."

"Jabatannya apa Noona?"

"Direktur utama."

"Oh..." wajar saja jika kemaren pria itu datang menemui Chanyeol, dan Luhan bertaruh wanita ini tak akan tahu. "Baiklah Noona maaf jika aku banyak tanya, Chanyeol ada kok di apartemen. Aku permisi Noona." Luhan membungkuk sedikit lalu berlalu menuju lift.

Chanyeol sudah beralih bermalasan di sofa di depan televisi. Membuat kepalanya berada di bawah dan kaki di atas. Posisi menonton yang antimainstream. Chanyeol terlihat baik-baik saja, dia bukan sudah move on. Namun sebagai psikiater ia tahu bagaimana cara agar dia tidak merasa gunda atau emosi berlebih.

Melihat ke masa lalu sulitnya, Chanyeol belajar banyak hal yang mrnjadikannya manusia baru yang tak mengutamakan benci dan balas dendam. Cuma hyung-hyungnya menginginkan Chanyeol melakukan sedikit pembalasan, bukan untuk benar-benar balas dendam tapi untuk menyadarkan mereka bahwa siapa yang bermain api dia bisa terbakar sendiri.

Lalu telinga lebarnya mendengar bell apartemennya berbunyi. Ia dengan malas beranjak menuju pintu, dia bertekat jika itu Luhan maka akan ia jambak rambutnya. Namun saat pintu terbuka senyum sang Noona yang menyambutnya, terlihat ragu untuk menyapa. Chanyeol langsung seperti biasa, ia tersenyum ceria dan menyapa ramah.

CROOKED [CHANSE]✔Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang