Setiap manusia terlahir berbeda beda, namun ingin diperlakukan sama. Begitu pula denganku.
Aku tidak ingin munafik, berkata bahwa aku baik baik saja, namun jiwa ragaku perlahan terluka.Jujur saja, aku ingin sekali mempunyai kehidupan seperti mereka, mereka yang dapat tidur dan bangun kembali tanpa harus memikul beban yang perlahan meremukkan tulang.
Ketika bangun, aku berharap kehidupan ku akan berangsur baik bahkan berbeda dari sebelumnya. Seolah olah sewaktu tidur, digunakan untuk menata dan mencari kehidupan yang sesuai kemauanku.
Ternyata tidak, semesta tak pernah mengizinkannya.
Benar saja, jam usang itu pun berbunyi seakan ia menghentikan mimpi ku sedang menikmati kehidupan yang sangat membahagiakan.
Jam itu dengan teganya menyadarkan ku bahwa hidupku masih sama seperti sebelumya.
Bagiku jam itu terlalu sayang kepada ku, sehingga ia tak tega membuatku larut dalam dunia khayalan ku yang mustahil untuk jadi kenyataan.
Jam menunjukkan angka 4, saatnya kembali pada kenyataan. Nyatanya seorang jiwa akan melanjutkan kisahnya dengan alur yang sama, tanpa seseorang yang berniat mengubahnya.
•••
Yuhuu, aku kembali
Bagaimana dengan ceritanya?
Semoga kalian suka
Jangan lupa tinggalkan jejak
Vote dan comment yang kalian berikan sangat berarti bagiku
Jadi jangan sungkan sungkan untuk vote dan comment
dan juga share cerita ini ke teman teman kalian
Jumpa kembali pada chapter selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa dan Raga
Teen FictionSebuah kisah dengan awal yang sama, proses yang berbeda, dan akhir yang entah bagaimana. Nyatanya, seorang jiwa harus menjalani takdir yang dipilihkan untuknya, tidak bisa mengelak bahkan menolak. Berharap semoga ini hanya ilusi semata namun memang...