Kalian harus tahu, ayah Fidelya bersedia membantu kami untuk mempertahankan panti.
Di bumi ini masih tersisa orang yang memiliki rasa.
Tersisa.
Ya, walaupun begitu setidaknya ada. Daripada tidak sama sekali.
Tidak heran kalau Fidelya merupakan pribadi yang menyenangkan. Ternyata dibalik semua itu ada dua orang yang kebaikannya bahkan lebih dari itu.
Buah tidak akan jatuh jauh dari pohonnya.
Akurat.
Satu teori itu, telah berhasil dibuktikan dan diakui nyata.
Jika demikian, pastilah aku juga memiliki orang yang hebat dan kuat. Jika tidak mana mungkin aku bisa bertahan hidup bertahun tahun tanpa sosok yang memiliki ikatan darah denganku.
Aku yakin sekali.
Sesaat ada yang mengganjal pikiranku, jika aku dilahirkan oleh orang yang kuat dan hebat.
Mengapa ia memilih meninggalkan ku?
Bukan kah ia orang yang hebat dan kuat, atau itu tidak berlaku untukku?Pertanyaan ini tidak butuh jawaban, mengapa?
Tidak akan ada yang bisa menjawabnya, melainkan hanya menerka-nerka.
Dalam hidup sudah terlalu banyak manusia yang tidak dalam prinsipnya, mudah tergoyahkan, segala keputusan yang diambil hanyalah hasil dari menerka-nerka.
Seperti mereka meninggalkan ku, mereka menerka-nerka bahwa dengan melakukan hal itu akan membawa kebaikan bagi mereka dan juga bagiku.Ini hanya terkaan ku saja.
Ya.
Lagi lagi, manusia masih menerka nerka.
Aku mendapat kabar dari ibu pengurus panti bahwa, ada seorang donatur yang rela menebus panti ini.
Untuk apa?
Manusia mulai menerka kembali.
Tetapi ini justru aneh. Untuk apa ia sepeduli itu pada kami yang berada di panti. Untuk menebus panti biaya yang dibutuhkan tidak sedikit. Sekarang, tidak mungkin seseorang rela berkorban dengan cuma-cuma, pasti ada alasan kuat dibalik semua itu. Bukan hanya alasan tetapi juga imbalan.
Munafik rasanya, jika kalian melakukan sesuatu tidak mengharap imbalan.
Terlalu kasar?
Aku hanya berkata jujur.
Jujur saja, diusiaku yang ini banyak tantangan hidup yang aku alami dan ya tak jauh beda dari sebelum-sebelumnya. Seharusnya aku sudah terbiasa tapi kali ini tidak. Aku bukan lagi remaja labil yang bilamana aku kesulitan aku akan acuh begitu saja terserah dengan apa yang akan terjadi selanjutnya.
Semua terasa rumit
Buntu.
Tak menentu.
Mulai saat ini banyak yang harus kupikirkan matang matang. Setiap langkah harus diperhitungkan.
Kenapa?
Hari ini usia ku 17 tahun.
17 tahun yang lalu aku lahir dan sayangnya kelahiran ku sepertinya tidak diinginkan.
Hari ini hari ulang tahunku. Tidak ada yang menarik dan istimewa.Aku beranjak dari ranjangku, untuk bersiap siap bekerja pagi ini. Tidak butuh waktu lama, akhirnya aku pun siap. Walaupun aku tidak memiliki siapa-siapa. Tapi kewajiban pamit sebelum meninggalkan rumah tak perna aku lupakan. Aku pamit kepada Bunda Nia, pengurus sekaligus pemilik panti ini. Bukan aku merasa lebih dibandingkan yang lain. Tapi terkadang aku merasa bahwa Bunda Nia memberikan perhatian yang lebih padaku dibanding anak panti lainnya contohnya saja sepagi ini bunda telah membuat nasi kuning spesial untukku dihari ulang tahunku. Bunda emang selalu demikian disetiap ulang tahunku.
"Selamat ulang tahun, Lavina sayang. Bahagia dan sehat selalu, dan gapai cita-citamu sayang"
Aku memeluknya erat dan ia membalas tidak kalah erat. Bunda menangkup wajahku.
"Lavina, kamu jangan pernah putus asa walaupun disini kamu tidak punya saudara sedarah denganmu, tapi kami akan selalu menyayangimu. Kalian semua itu saudara, bunda udah anggap kalian seperti anak bunda sendiri, raih kebahagiaanmu sayang".
"Terimakasih bunda, bunda hidup aku. Kita harus sama sama bahagia bun. Aku sayang sama bunda. Sehat terus bunda"
Bunda emang selalu membuat hati ku hangat. Bunda adalah salah satu alasan mengapa aku harus tetap hidup.
Aku ingin membahagiakannya.
Membahagiakan bunda.Bundaku.
Bunda kami semua.
Bunda sudah terlalu banyak kehilangan.
Lantas tugasku sebagai anaknya?
Mengembalikan semuanya yang telah hilang.
•••Hallo, maaf maaf beribu maaf baru bisa update setelah sekian lama.
Maaf kalau chapter kali ini pendek.
Aku harap kalian bisa memaklumi.
Jangan lupa vote dan comment.
Jumpa lagi di chapter selanjutnya
KAMU SEDANG MEMBACA
Jiwa dan Raga
Teen FictionSebuah kisah dengan awal yang sama, proses yang berbeda, dan akhir yang entah bagaimana. Nyatanya, seorang jiwa harus menjalani takdir yang dipilihkan untuknya, tidak bisa mengelak bahkan menolak. Berharap semoga ini hanya ilusi semata namun memang...