13

53 15 0
                                    

Chela merasa tertekan hingga suara halus menelusup diantara daun telinganya. Layaknya bisikan dengan pesan yang tersampaikan.

Bisikan itu semakin nyata terdengar menarik habis kesadaran Chela. Gadis itu semakin meracau tak jelas membuat pria dengan handuk yang melilit di pundak itu semakin geram.

"Hey bangunlah!" Suaranya semakin menggelegak berharap gadis dengan rambut tergerai itu membuka mata.

Nafasnya terengah dengan keringat yang berembun. Bulu lentik yang teranyam indah itu terbuka. Tatapannya berserobok ke segala penjuru dengan kedua tangan memeluk diri.

"Angin itu? Kemana anginnya?"

Hening.

"Jansen apa kita selamat?"

Jansen nyaris tertawa jika saja tanganya tak segera bertindak. "Ti-tidak, maksudku ya kita berhasil selamat." Masih dengan usaha menahan tawanya.

Merasa ada yang ganjil dengan Jansen gadis itu bertanya, "kau?"

"Ya, aku memang hendak mandi." Tatapan Chela yang menjelajah membuat Jansen risih.

"Apa yang terjadi disini?"

"Kau sungguh ingin mengetahuinya?"

Tatapan tajam Chela terpancar. "Baiklah, Wanita pengganggu akan kuceritakan." Jansen meredakan tawanya sejenak. Lucu sekali melihat wanita pengganggu itu kebingungan seperti anak kehilangan orang tuanya.

"Kau baru saja bangun dari tidur panjangmu, Nona. Tidurmu sangat mengangguku. Kau menangis lalu berteriak. Bahkan lebih menakutkan dari pertemuan kita dengan monster aneh itu."

"Sekarang dimana aku?"

"Rumahku."

***

Hujan di pagi hari menanggalkan percikan kecil yang membekas membasahi permukaan bumi. Menggenang dengan tenang di dasar tanah rendah. Gadis itu mengeratkan jaketnya. Udara dingin membuat kepulan asap di setiap deru nafasnya.

"Bisakah kau menghentikkan ini?" tanyanya dengan tetap menggesekan kedua telapak tangan.

Chela menatap lelaki itu dengan bengis sebelum akhirnya ia berkata, "tentu saja tidak!"

"Menyebalkan."

"Ya, itu memang menyebalkan. Sebaiknya kau menjauh dariku!"

"Kenapa? Karena aku tau banyak hal tentang kau hanya dalam satu waktu?"

"Atau karena kau memiliki kebiasaan aneh seperti tadi pagi contohnya?" imbuh Jansen dengan raut acuh.

Chela melebarkan langkahnya meninggalkan si pria tengil jauh dibelakangnya. Koridor sekolah tampak lengang hujan diluar membuat tempias air membasahi teras. Jansen pikir ini adalah ulahnya menjatuhkan tetesan air dalam pangkuan bumi. Dengan keras kepala ia meminta Chela menghentikan siklus alam ini. Sungguh menyebalkan.

Di persimpangan koridor dengan arah berlawanan seorang pria berjalan dengan kepala menunduk. Nyaris tertabrak Chela menyisi membiarkan seragamnya terkena tempias air lebih banyak.

"Uhm, maaf aku tidak melihatmu." Pria itu berhenti memastikan.

"Tidak masalah." Tepat ketika kakinya kembali melangkah pria itu kembali membuka suara.

"Kau Zyeina? Adik dari Austryn Carollin?"

Berbalik badan, Chela menatap pria itu lekat. Pria dengan garis wajah tegas dengan warna kulit yang kontras. Pria itu tak asing seperti Chela pernah melihatnya tapi ia tak ingat dimana.

"Siapa kau?"

"Aku kenal kakakmu dan aku sangat prihatin atas apa yang menimpanya."

"Bagaiamana kau mengenal kakaku?" Oh, astaga Chela mungkin lupa berita Austryn hilang dan kematian Mike sudah menjadi berita utama di sekolahnya untuk beberapa hari ini.

"Bagaimana tidak dia siswi yang pintar semua orang mengenalnya terlebih karena semua spekulasi ulung beredar."

Berbagai spekulasi tentang kakaknya memang sempat terdengar di telinga Chela. Anggap saja itu wajar tidak ada manusia yang mampu menahan ucapannya dalam menilai sesuatu yang bahkan mereka sendiri belum mengetahui kebenarannya.

"Aku harap kakakmu tidak masuk kedalam bagian hutan terlarang itu. Mengerikan sekali kisahnya saja membuatku tidak selera makan."

"Kenapa kau menghubungkannya dengan hutan? Siapa yang menyebarkan spekulasi bodoh itu, dan kisah apa yang kau maksud?"

"Tenanglah wajahmu tampak merah, Nona. Kabar tentang jejak kaki itu tanpa sengaja aku dengar langsung dari penuturan polisi ketika hendak mewawancarai sebagian siswa yang menghadiri pestamu. Aku hanya menerka dan menghubungkannya dengan kisah yang nenekku selalu ceritakan tentang Hutan Mageía."

"Kau tidak diundang dalam pestaku. Bagaimana kau mengetahui letak rumahku yang dekat dengan hutan itu?"

Sejenak pria itu menarik sudut bibirnya. "Sudah kubilang aku mengenal kakakmu."

"Beritahu aku kisah apa yang nenekmu selalu ceritakan?"

"Kau tidak mendengar itu? Belnya berbunyi sebaiknya kita bergegas. Senang bertemu denganmu," ucapnya sambil lalu.

Pria itu benar belnya telah berbunyi ia harus bergegas.

***

"Kau tau akhir dari dongengnya? Sang Putri tergeletak tak berdaya ditangan Panglima Kerajaan yang selalu ia banggakan."

"Mengenaskan." Chela hanya berkomentar seadanya. Ia memang tak benar-benar mendengarkan dongeng Jeane, ada banyak hal yang memenuhi pikirannya sekarang.

"Aku sangat kecewa dengan Panglima Kerajaan padahal di awal cerita dia amat baik," imbuhnya.

"Kenapa dia membunuh Sang Putri?" Kali ini Chela mencoba bertanya berharap ia akan ikut terlarut dalam cerita Jeane.

"Sudah kubilang dia pengkhianat hanya memanfaatkan Tuan Putri karena kedudukannya."

"Itu bagus."

"Hey apanya yang bagus?"

"Eh, maksudku itu buruk sungguh kejam." Chela kalut dengan pikirannya sendiri konsentrasinya melebur.

"Aku tau kau tidak begitu mendengarkanku sejak tadi. Kau terlihat memikirkan banyak hal, kau bisa cerita jika kau mau."

Chela menghela nafas sejenak. Keadaan Austryn, Monster aneh, sesuatu dalam cincinnya, teka-teki Zeo, mimpi buruknya, dan terakhir pria misterius di persimpangan koridor.

"Apa menjadi dewasa serumit ini?"

"Maksudmu?"

"Aku berharap untuk lebih dewasa tapi yang kudapat hanya berbagai masalah. Mungkin aku salah menyebutkan permintaan malam itu."

"Ada hal yang perlu kau ketahui bahwa masalah merupakan langkah awal dalam pendewasaan. Dan itu tergantung bagaimana kau menanggapina. Apakah akan terus maju dan menghadapinya atau bahkan mengelaknya."

"Kau terdengar bijak, Jeane."

"Tentu saja berterimakasihlah pada kaset Disney di rumahku." Sesaat kemudian mereka tergelak.

***
Buat silent readers harap baca baik-baik ya!

Petunjuk penggunaan:
Tambahkan ke library✔
Tekan bintang lalu ketik sesuatu pada kolom komentar✔

Satu vote satu kebaikan loh:v

Terimakasih😂❤

Tbc



The AchilleasTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang