Teriakkan memilukan begitu menggema seperti suara guntur yang bergemuruh saat satu ledakkan dahsyat menghancurkan sebuah gedung yang berisi ribuan jiwa manusia di dalamnya. Tak membutuhkan waktu lama bagi Chanyeol untuk meluluh lantahkan seluruh penjuru ruang gedung beserta isinya tanpa menyisakan celah sedikit pun.
Mata elangnya menatap datar kobaran api yang semakin lama semakin membesar. Sebuah senyum puas tersungging di wajah tampannya. Hatinya bersorak penuh kemenangan kala melihat pemandangan yang menurutnya sangatlah indah sampai rasanya sayang untuk dilewatkan.
Namun, hal itu hanya dapat bertahan beberapa menit sebelum matanya menangkap siluet seorang gadis keluar dari dalam gedung melalui pintu darurat dalam keadaan baik-baik saja. Chanyeol menggertakkan rahangnya, dengan cepat ia berjalan menghampiri sosok itu.
“Wow, tak kusangka ternyata masih ada manusia yang tersisa disini,” pria bersuara serak menyapanya. Gadis itu menoleh dan menatap pria yang kini berdiri di hadapannya.
Tanpa banyak bicara, Chanyeol menodongkan sebuah senjata api tepat di kening Kyungsoo.
“Katakan padaku siapa yang mengendalikanmu,” gumam Chanyeol disertai seringai tipis.
“Singkirkan senjatamu dari hadapanku dan biarkan aku pergi,” balas gadis itu sinis.
“Jawab dulu pertanyaanku.”
“Tidak. Tolong jangan menghalangi
jalanku, tuan... psycho.”“Katakan kalimat itu sekali lagi dan bersiaplah untuk mati,” kata Chanyeol geram.
Kyungsoo tak bergeming di tempatnya. Pandangan mereka bertemu. Sekujur tubuh Kyungsoo mendadak beku ketika merasakan bahunya di cengkram dengan sangat kasar.
“Selamat tinggal, gadis bodoh.”
Mata Kyungsoo terpejam erat saat moncong pistol itu mulai menekan keningnya. Beberapa waktu ia menunggu Chanyeol menanamkan timah panas ke dalam kepalanya, namun sampai di menit ke tiga pria itu tak kunjung menembaknya.
“Oh, damn!” umpat Chanyeol sembari menghela nafas kasar. Pria itu melepaskan jeratan tangannya terhadap tubuh mangsanya hingga membuat Kyungsoo mengerutkan dahi. “Kenapa? Kalau kau ingin membunuhku, bunuh saja.” kata Kyungsoo santai yang kemudian dibalas dengan senyuman tipis.
“Awalnya memang seperti itu, tapi sayang... aku tidak bisa melakukan ini,” dengan lembut pria itu menambahkan, “karena baru saja aku menemukan sesuatu yang tersembunyi di balik matamu. Kau... tidak, matamu itu sangat ingin melihat kehancuran. Lebih tepatnya, kehancuran yang dapat membuat semua rasa dendammu terbayarkan. Well, apa yang aku katakan ini benar?”
Tak ada kata-kata yang terucap dari bibir Kyungsoo. Raut wajahnya berubah dingin.
“Sangat bijaksana jika kau berusaha untuk melupakannya. Tapi ingatlah, apapun yang telah kau lewati sampai ke titik ini, itu semua tidak akan mengubah bahwa dulu kau pernah memiliki perasaan yang begitu besar hingga membuatmu bisa bertahan di tengah rasa sakit yang kau rasakan.”
Tenggorokan Kyungsoo tercekat. Sial, kenapa orang ini sangat pintar membaca isi pikirannya?
“Kau tidak mengenalku. Jangan bersikap seakan-akan kau mengetahui segalanya,” bisik Kyungsoo di antara desisan giginya.
Chanyeol tersenyum penuh makna. Gadis ini benar-benar menarik dan mudah terprovokasi, pikirnya.
“Aku memang tidak mengenalmu. Tapi jika kau menghabiskan waktumu dengan mengharapkan seseorang akan merasakan konsekuensi dari apa yang telah mereka lakukan pada hati dan juga jiwamu, itu berarti kau membiarkan mereka menyakitimu untuk yang kedua kalinya.”
Kyungsoo kembali di buat tak berkutik oleh kalimat yang terlontar dari bibir Chanyeol.“Apa kau tahu? Perasaan dendam yang kau miliki saat ini, suatu saat nanti pasti akan mengubahmu...” Chanyeol mendekatkan wajahnya ke telinga Kyungsoo, “... menjadi wanita yang jauh lebih kuat dari yang kau bayangkan.”
Tanpa Kyungsoo sadari, seringai tipis muncul menghiasi permukaan wajah Chanyeol yang kaku.
Well, it seems I’ll create a new monster.
©prikinoona-s, 2019
KAMU SEDANG MEMBACA
Put It Straight [DISCONTINUE]
Fanfiction❝Bad things are always going to happen in life. People will hurt you, but you can't use that as an excuse to hurt someone back.❞ ©prikinoona-s, 2019