Chapter 3

1.7K 408 205
                                    

CHAPTER INI MENGANDUNG MUATAN DEWASA. BAGI SIAPAPUN YANG USIANYA MASIH DI BAWAH UMUR DAN MERASA TIDAK NYAMAN DENGAN KONTEN TERSEBUT, SAYA SARANKAN UNTUK TIDAK MEMBACANYA!



Kyungsoo membuka matanya. Gelap. Yang diketahuinya sekarang adalah ia sedang berada di dalam sebuah ruangan yang masih terasa asing. Padahal seingatnya, tadi malam ia tidur di ruang tamu apartement Chanyeol, tapi kenapa sekarang...?

Diedarkan pandangannya untuk mencari tahu siapa yang ada di dalam ruangan ini selain dirinya, namun karena kondisi di ruangan ini sangatlah gelap, Kyungsoo jadi tidak bisa melihat apa-apa.

Kyungsoo menghela nafas panjang, kepalanya sedikit berdenyut. Mungkinkah Chanyeol yang memindahkannya ke dalam ruangan ini? Kalau memang iya, kenapa Chanyeol melakukan hal seperti ini terhadapnya?

Ah, membuat pusing kepala saja.

Selagi Kyungsoo sibuk memikirkan kenapa ia bisa berakhir di tempat yang gelap ini, mendadak sebuah sensasi aneh menyerang hatinya.

Tubuhnya sontak menegang saat merasakan tengkuknya dihujani ciuman dan kecupan. Ketika Kyungsoo melirik ke arah belakang, alangkah terkejutnya ia melihat seorang Chanyeol sedang memeluknya erat.

Secara refleks Kyungsoo meletakkan tangannya di atas lengan Chanyeol yang melingkar di pinggang rampingnya. “Apa yang kau lakukan?”

Chanyeol tersenyum. Pria itu kemudian menyalakan lampu tidur sehingga kini Kyungsoo bisa melihat dengan jelas bahwa ternyata semalaman ini dirinya tidur di ranjang yang sama dengan Chanyeol.

Well, damn.

“Kau terlihat menggoda, jadi jangan salahkan aku kalau aku tidak bisa menahan diri,” kata Chanyeol santai, seakan hal tersebut tidak akan menimbulkan dampak apapun bagi Kyungsoo.

“Sejak kapan dan kenapa kau membawaku ke dalam kamarmu? Demi Tuhan, Joey, yang kau lakukan itu...” Kyungsoo tak melanjutkan ucapannya. Mendadak ia kehabisan kata-kata. Entah sudah semerah apa wajahnya saat ini.

“Apa? Aku hanya merasa tidak tega melihatmu tidur meringkuk di ruang tamu sendirian. Jadi, dengan sangat terpaksa aku membawamu kesini,” jawab Chanyeol ringan.

“Terpaksa katamu?” dahi Kyungsoo berkedut. Kalau Chanyeol merasa terpaksa lalu kenapa pria itu seolah-olah merasa tak keberatan akan kehadiran Kyungsoo di kamarnya?

Shit! rasanya Kyungsoo ingin memukul kepala Chanyeol menggunakan tongkat baseball yang menggantung tak jauh dari arah pintu.

“Begitulah.”

“Brengsek,” makinya.

“Terima kasih,” sahut Chanyeol.

Kyungsoo memijat keningnya. Berada di dalam satu ruangan yang sama dengan mesin pembunuh seperti Chanyeol membuat tubuhnya menggigil.

“Sera,” panggil Chanyeol pelan yang otomatis membuat atensi Kyungsoo sepenuhnya tertuju pada pria jangkung tersebut.

“Apa?” jawab Kyungsoo ketus. Ia sedikit memundurkan tubuhnya ketika Chanyeol mengulurkan tangan, hendak menyentuh wajahnya.

“Sebenarnya aku cukup menikmati kehadiranmu disini.” Chanyeol yang mendapat penolakan secara terang-terangan itu pun hanya bisa menghela napas. “Kau tidak perlu takut padaku, aku tidak akan membunuhmu sebelum kau benar-benar menjadi wanita kuat seperti yang selalu aku katakan kepadamu.”

Kyungsoo menggigit bibir bawahnya, tak menjawab. Netranya beralih menatap Chanyeol yang mulai menipiskan jarak di antara mereka.

“Aku tidak tahu kenapa aku melakukan ini... Bagi seorang pembunuh berdarah dingin, sangat mustahil bagiku untuk menyukai dan memiliki perasaan terhadap lawan jenis.” Jemari Chanyeol yang besar mengusap pinggang Kyungsoo yang masih terbalut pakaian.

Put It Straight [DISCONTINUE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang