Karya berikut ini merupakan cerita fiksi yang dibuat dengan imajinasi. Tidak ada kaitannya dengan orang, kelompok, tempat atau kejadian khusus.
Udara terasa menyesakkan, asap panas berwarna hitam pekat mengepul ke udara dari atas gedung yang terbakar. Sebuah gedung yang tadinya berdiri dengan begitu kokoh, dalam sekejap berubah menjadi puing-puing bangunan tak berbentuk. Hampir seluruh area gedung porak-poranda akibat ledakan yang terjadi beberapa waktu yang lalu.
Suara sirine ambulans dan mobil pemadam kebakaran terdengar bising, saling bersahutan. Garis polisi membentang panjang membatasi area gedung yang terbakar. Petugas penjinak bom dan personel keamanan yang terdiri dari aparat kepolisian beserta militer dikerahkan ke lokasi kejadian.
Terkait dengan kasus pengeboman gedung milik pemerintah yang berada di pusat ibu kota, polisi telah mengevakuasi beberapa korban tewas ke salah satu rumah sakit terdekat untuk dilakukan proses identifikasi.
Para awak media yang mengetahui hal tersebut langsung terjun ke lokasi kejadian guna mengulik informasi sebanyak-banyaknya.
Tragedi meledaknya gedung milik pemerintah negeri ginseng itu seketika menjadi berita headline di berbagai saluran media informasi baik itu yang ada di dalam maupun luar negeri.
“Para penyerang telah berhasil melarikan diri. Penyelidikan atas usaha pembunuhan berencana ini sedang dilakukan. Untuk saat ini belum ada tersangka yang berhasil kami amankan,” ungkap salah seorang anggota kepolisian.
Setelah berita itu tersebar, perasaan takut juga khawatir dirasakan oleh warga setempat sebab si pelaku pengeboman belum berhasil di temukan.
Wajah Chanyeol yang dipenuhi keringat bercampur darah itu tertangkap jelas oleh mata Kyungsoo. Ia bahkan bisa merasakan nafas pria itu tersegal. Kening dan lengan bagian kanan Chanyeol mengeluarkan darah setelah ia berusaha melindungi Kyungsoo dari serangan musuh yang tiba-tiba menyerangnya.
Kyungsoo tak bisa berkata apapun. Manakala ia berada dalam kurungan lengan Chanyeol, Kyungsoo hanya mampu menatap penuh rasa bersalah.
“Kau bisa menyetir mobil?” suara berat Chanyeol menginterupsi keheningan yang tercipta. “Lenganku sedikit cedera dan kurasa aku tidak bisa menggunakan sebelah tanganku untuk menyetir,” sambungnya dengan nada rendah.
Mendengarnya membuat Kyungsoo sontak menoleh ke arah Chanyeol. Ia memandang mata hitam itu sesaat, meski samar namun Kyungsoo dapat menangkap raut kelegaan dari mata Chanyeol.
“Kenapa kau melakukan ini?” tanya Kyungsoo dengan suara bergetar, seperti menahan amarah.
Chanyeol tak menjawab. Manik kelamnya terpusat pada empat orang pria yang kini berdiri di belakang Kyungsoo seraya menodongkan mulut pistol tepat ke arahnya.
“Kukira sudah jelas, bukan? Tentu saja untuk melenyapkan para pengacau itu,” jawab Chanyeol angin-anginan, yang membuat Kyungsoo semakin tak memahami situasi yang mendadak terjadi.
“Aku hanya tidak ingin calon muridku mati sia-sia di tangan orang lain.”
Chanyeol berjalan ke arah Kyungsoo, sengaja menipiskan jaraknya dengan tubuh gadis itu. Kemudian, tanba aba-aba tangan Chanyeol terulur memeluk pinggang ramping Kyungsoo.
“Apa yang kau lakukan?” tanya Kyungsoo geram sembari berusaha menjauhkan tangan Chanyeol yang melingkar di pinggangnya.
“Peluruku hanya tersisa tiga dan sial, itu artinya salah satu di antara empat idiot itu harus kuhabisi dengan tanganku sendiri.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Put It Straight [DISCONTINUE]
Fanfiction❝Bad things are always going to happen in life. People will hurt you, but you can't use that as an excuse to hurt someone back.❞ ©prikinoona-s, 2019