Chapter 3

21 3 0
                                    


'Gila apa-apaan anak ini?' aku menutup mulutku saking terkejutnya

-

Dia yang melihatku juga tampak biasa saja dan malah tersenyum

"Hei apakah kau sudah gila?" aku menghampirinya dan menatap tangannya yang bersimpuh dengan darah

"aku tidak gila" ucapnya

"lalu apa yang kau lakukan disini lalu kenapa tanganmu berdarah? Ayo kita ke UKS" ajak ku tapi dia menahan tanganku dan tersenyum

Setelah itu dia berlalu pergi meninggalkanku

-

Karena kejadian pagi tadi aku mulai sedikit memiliki firasat aneh tapi aku tepis jauh-jauh. Dari pada memikirkan hal gila tadi lebih baik aku mempersiapkan diri untuk besok dan ya aku diterima mengajar pelajaran Biologi disekolah Nielson karena nilai tes ku tinggi tadi pagi.

Paginya aku sudah bersiap untuk berangkat dengan setelan seorang guru tapi masih dengan gaya feminim ku yaitu kemeja biru langit dan juga rok putih sampai sebatas paha dengan dilengkapi tas dan sepatu senada.

-

Disisi lain terlihat sosok lelaki yang sedang mengasah pisau tumpul sedari tadi, lalu mencelupnya kedalam selai coklat untuk di ambil dan mengolesnya ke atas roti dan memakannya

Lelaki itu tertawa membayangkan teman setia nya ini selalu melayaninya saat ia butuh, pisau inilah temannya

Bryan Bauer lelaki itu saat ini sedang mengendari Lamborghini hitam miliknya menuju sekolah, saat sampai di pekarangan sekolah ia memarkirkan mobil nya dahulu dan bergegas untuk ke kelas untuk menampakan topeng nya pada yang lain. Hahaha

Kringggg.. Kringggg..

Bel sekolah sudah berbunyi kemudian semua siswa-siswi duduk di bangku nya masing-masing.
'bosan sekali' batin Bryan

Mungkin akan lebih menyenangkan jika ia membunuh di jam pelajaran apalagi sensasi sekolah yang sepi itu menyenangkan. Saat sedang bergulat dengan pikirannya tiba-tiba suara dari depan kelas membuat Bryan yang sedang duduk di belakang fokus kedepan.

Dan yang di depan juga menatap Bryan dengan perasaan shok

'dia?' ucap mereka dalam hati bersamaan

Bryan pun tersenyum ke arah wanita yang ada di depan nya saat tau wanita itu melihat ke arah nya juga, senyuman Bryan pun terbalaskan. Jika dilihat-lihat wanita itu masih muda dan sangat cantik pikir Bryan, apalagi body nya yang seksi membuat Bryan berkeringat.

'aku ingin memakannya sekarang juga' ucap Bryan dibalik senyum palsu itu

"Hai semua, Nama saya Carolina Protsenko tapi kalian bisa memanggil saya Bu Carol. Disini saya mengajar Biologi menggantikan Pak Deko" Ucap Carolina dengan gembira

'Nama yang indah sayang, saking indahnya kau layak menjadi mangsaku selanjutnya' batin Bryan

Pelajaran pun berlangsung dengan semestinya tapi ada yang aneh, karena Carolina sangat risih di perhatikan oleh anak yang baru ku ketahui namanya Bryan saat mengabsen tadi.

'bukannya GR tapi dia benar-benar menatapku dengan seperti itu? Mengerikan'
Dengan cepat aku menyudahi kelas ini dan bergegas pergi

'sepertinya dia menyadari kalau aku memperhatikan nya' batin Bryan terus tersenyum

"Menarik" lalu tertawa. Gila! Bukan Bryan namanya kalau tidak gila

-

Setelah pembantaian Stella dulu, 4 hari setelah kejadian berita itu beredar di sekolah. Banyak yang bertanya kemana Stella? Bahkan banyak pula yang menanyakan keberadaan Stella kepada Bryan, tetapi lelaki ini beralasan bahwa dirinya sudah putus 2 hari sebelum kejadian hilangnya Stella.

Maka dari itu kasus Stella pun ditutup karena orang tua nya tidak mau terlalu terlelap dalam kesedihan

Disaat semua orang masih menanyakan mengenai Stella, disisi lain Bryan malah memikirkan sosok Carolina dengan tubuh indah nya itu. Shit!

"Aku harus mendapatkan nya!" geram Bryan

Dengan suasana yang bergejolak Bryan langsung keluar apartemen dan memilih mencari kesenangan lain untuk menetralkan nafsunya. Mobil Lamborghini itu melaju kencang di atas trotoar jalan yang cukup luas, ia mencoba mencari keramayan supaya bisa memilih mangsa yang cocok untuk malam ini.

Mobil pun berhenti di pinggir portal taman tempat orang berlalu lalang, keadaan taman juga cukup ramai karena besok weekend. Saat turun pandangan Bryan beredar kekanan dan kiri, dilihat ada seorang anak laki-laki mungkin usianya 10 tahun.

'anak itu tersesat?' Bryan menyeringai kemudian menghampiri anak itu

"DOR" ucap Bryan yang membuat anak itu terkejut. Hahaha ia langsung tertawa dan menatap anak itu lekat

"sedang apa disini sendirian? Bahaya. Dimana orang tuamu"

"Aku tak tau om"

"Hei apakah aku sudah tua? Panggil aku kakak saja" dan dia hanya tersenyum kemudian mengangguk

"Kalau begitu ayo kita berkeliling membeli makanan sambil mencari orang tuamu" ucapku tapi dia malah bertanya dengan polos nya yang membuatku ingin menggila

"Tunggu tapi kakak bukan orang jahat kan?"

"Menurutmu?" Aku tersenyum kepadanya

"Bukan hehehe"

Dalam hati aku sangat puas telah membohongi seseorang dan dengan mudah nya dia percaya, aku tau mungkin karena dia masih polos. Hahaha

Dengan mengikuti instruksi ku ia memasuki mobil sambil memakan es krim yang aku belikan, manisnya tapi lebih manis jika ku jilat darah polos nya itu.
"Namamu siapa?" tanyaku

"Sean. Kalau kakak?"

"Rahasia" tawaku sambil mengejek nya yang sedang kesal.

Kami sudah sampai di pekarangan rumahku, Sean juga nampak bingung seperti bertanya-tanya ia ada dimana
"kita ada dirumahku"

"kenapa rumah ini sepi dan berada di tengah hutan"

Aku membawa Sean kerumah yang ada di hutan dan butuh waktu 1 jam lebih dari kota untuk sampai kesini, lama-lama aku juga mulai jengah dengan pertanyaan konyol dari bocah di sampingku ini. Kuraih lehernya dan kucekik dia kemudian menyeretnya keruang bawah tanah.

Teriakan dan isakan tangisnya menggema di ruangan yang kedap suara ini, kubisikan sesuatu di telinga nya
"Kau bertanya apakah aku jahat atau tidak? Aku juga tidak tahu" setelah membisikan itu kupotong telinganya dengan pisau kesayangan ku kemudian disusul dengan telinga satunya.

Hiks Hiks Sakit Kak..

Agghhhhhhh... Sakit Kakak

Belum puas pisauku turun ke matanya, terpancar ketakutan disana. Lebih baik ku potong jarinya saja karena sayang jika aku menusuk matanya lebih dulu maka aku tak akan mendapatkan sensasi ketakutan dimata bulat itu. Di iris satu persatu jari, jeritan melengking keluar terus menerus membuat indra pendengaran ku terganggu.

"BISA KAH KAU BERTERIAK SEWAJAR NYA?!?"

"APA KAU MENDENGARKAN KU BOCAH?"

Kesal dengan kebisingan anak kecil Bryan langsung membuka mulut Sean kemudian menarik lidahnya sampai keluar. Sungguh Menjijikan apalagi ditambah banyak darah yang berkeluaran dari sana, tapi tidak bagi Bryan karena hal ini sangat menyenangkan.

Belum puas juga karena anak ini masih bergerak, Bryan langsung merobek pakaian bocah ini untuk menelanjanginya kemudian meraih besi panas dan memasukkan nya kedalam mulut sang bocah. Tidak ada suara isakan tangis ataupun teriakan yang ada hanya tawa menggila Bryan disana.

Hasil pembantaian itu ia bakar di perapian yang memang disediakan disana, karena sudah lelah Bryan memutuskan untuk bermalam dirumah besar tengah hutan sendiri.

Next...

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: Oct 21, 2019 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Psychopathic StudentsTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang