*Inginku satu, tetapi bertahun-tahun tak dapat kugapai. Rasanya lebih sulit dari memikirkan masa depan. Hanya berharap ada keajaiban.*
°Alanzo Galaksa°
•
•
•***
Basecamp Lasgar terlihat begitu ramai. Siang ini, hampir semua anggota dari angkatan kelas X sampai XII hadir. Tidak ada acara apa-apa. Hanya saja, sekarang hari Sabtu. Katakan mereka kekurangan kegiatan. Padahal, tugas sekolah sedang menanti untuk dikerjakan.
Pemimpin senior mereka tak jarang membantu. Hal tersebut kerap kali dimanfaatkan oleh si junior-junior. Terlebih, David lezaxis. Ketua Lasgar dari kelas XI yang selalunya membuat Alan geram. Entah karena otak minim tidak kunjung paham bila diberi penjelasan materi ataupun tingkah laku yang memang menjengkelkan.
"Ayolah, Bang. Cuma lima puluh soal, kok. Gue semaleman belajar, tapi gak bisa. PR ini harus dikumpul besok Senin habis upacara. Tega liat anak didik lo ini mati kepanasan di lapangan tengah?" rengek David sembari mengikuti pergerakan Alan yang berusaha menghindar.
"Kerjain sendiri, ah. Lagi males gue. Udah dibantuin gak naik-naik juga, rangking lo. Malu-maluin aja," decit Alan tak mengalihkan fokus pada layar ponsel. Game online itu jauh lebih menarik daripada menuruti permintaan David yang tak akan ada hentinya.
"Gue bantu cari pengganti kak Zara." David menaik-turunkan alis, tetapi pandangan Alan tetap tak teralihkan. "Gue kirimin followers atau kita jalan-jalan gue yang traktir, gimana? Bang Al 'kan, pemimpin Lasgar paling wow sepanjang sejarah."
"Gak yakin, sih, gue kalo modelan lo sengaja belajar. Kayak gue, dong. Kalo gak bisa ngerjain, ya, tinggalin. Seenggaknya, dilihat orang fine-fine aja." Tara yang baru saja mengambil soda kaleng dari kulkas menimpali.
David meliriknya singkat. Menerima lemparan minuman tersebut. "Nilai biologi gue gak boleh rendah karena diitung buat kelulusan nanti. Percaya gak percaya, dari SD gue cuma baikin nilai yang tertulis di ijazah doang."
"Lagi gak pengen denger curhatan lo." Rangga bungkus permen karet yang baru saja dia buka ke arah David.
"Konsep pemikiran lo perlu diturunin ke anak-cucu, Dav. Salut gue punya temen sengklek kayak lo." Lando pun ikut menyahut meskipun fokus mabar dengan Alan. Namun, telinganya bisa mendengar.
"Bang Al, masa anak yang paling berjasa di Lasgar ini dipojokin terus bapaknya belum kasian juga?" David menutup layar ponsel Alan menggunakan telapak tangannya.
Cowok yang asyik dengan dunianya itu berdecak. "Gue kasih lima selang-seling, cari to the poinnya aja atau gak sama sekali."
Raut berbinar, kini David perlihatkan walaupun sedikit kesal karena tugasnya tidak akan benar-benar selesai. Cowok itu membuka galeri, soal di buku LKS sekaligus tambahan dari guru mapel tersebut sudah dia foto dan tinggal mencatat jawaban di aplikasi notes.
"Nama ilmiah padi apa?" tanya David memulai.
"Lo pertama kali masuk SMP cuma numpang tidur di kelas? Oryza Sativa namanya," jawab Alan tanpa beralih pandangan. Game pertama tadi kalah membuat Lando di sampingnya berteriak kegirangan.
"Sebutkan tahap perkembangbiakan meiosis," lanjut David.
"Lo tau gak, meiosis itu apa? Kelas sembilan telinga lo ketinggalan di mana pas guru jelasin? Anafase, telofase, metafase."
KAMU SEDANG MEMBACA
Alanzo
Teen FictionBagi Alan, hidup itu seperti kado. Tampak luar biasa, tetapi isinya tak tentu seindah yang dibayangkan. Ketika sudah dibuka, ternyata mengejutkan. Ketentraman, mendapatkannya seolah begitu sulit. Bahkan, sedari kecil kata tersebut belum pernah dia...