4. Si Ketus

256 77 35
                                    

Hello, Readers ....

Stay di sini, ya, jangan ke mana-mana.

Quote dari Alan libur dulu, tapi kalo mau tetep ada, komen aja.

Oh, iya, aku sengaja buat paragraf menjorok, tapi ada yang bilang cakep rata kiri. Komen enaknya baca kek gimana

Happy Reading ....

***

         Elen tersenyum lebar menatap dirinya pada depan cermin toilet perempuan. Gadis berambut hitam sebahu itu sengaja berlama-lama karena menghindari pelajaran sejarah. Bosan tentu saja sebab dia kurang suka cerita panjang dengan bahasa formal.

       Setelah beberapa menit singgah di tempat ini, dia memilih keluar. Rasanya, kurang seru sebab lupa ingin mengajak Mitha dan Milla. Jika Birtin sudah pasti menolak.

       Kaki tak terlalu jenjangnya menyusuri koridor. Masih berjalan santai tanpa menunduk sebab guru kelas lain tidak mungkin mengurusi siswa yang bukan tanggung jawab mereka saat itu.

       Retina Elen tiba-tiba menangkap sosok cowok pemilik sorot tajam yang sedang berdiri di depan papan tulis sembari menghafal sesuatu. Mungkin sedang bermasalah, seperti lupa mengerjakan PR atau melakukan hal yang tidak semestinya. Gadis itu dibuat terkekeh kecil.

       Alan beserta anak gengnya terkenal memiliki sifat dan sikap kurang baik di sini. Sering menyalahi aturan, membuat gaduh ketika sedang serius, banyak absen tanpa keterangan dan banyak lagi kenakalan yang mereka perbuat.

       Si gadis yang baru melewati X IPA empat tersebut, kadang bingung bagaimana cara mereka menyelesaikannya. Namun, terbesit kagum sekaligus ingin merasakan persahabatan yang katanya terjalin erat. Anak Lasgar itu berandalan, tetapi tampak seru ketika memerhatikan cara bergaul mereka.

       Contoh saja, sekarang Alan dihukum dan bisa jadi setelah ini justru menjadikan si pengajar tersenyum lantaran ucapannya begitu loyal. Meresahkan lalu beberapa menit selanjutnya dapat menimbulkan suasana mencekam menjadi penuh tawa.

"Tuh anak masih aja suka cari masalah," gumam Elen seraya geleng kepala.

       Satu jam setelahnya, bel istirahat terdengar nyaring. Siswa yang semula belajar di kelas, berdesakan keluar. Tak lupa juga sahabat-sahabat Elen. Gadis itu tadi melanjutkan bolosnya. Lebih baik singgah di kantin tunggu hingga ketiga orang terdekatnya menuju ke mari.

       Pemilik kantin pun tak pernah melapor jika ada kejadian seperti ini sebab mereka bisa untung dengan dagangannya yang laku. Toh, tujuan mereka mencari uang bukan membaikkan nama sekolah.

"Eh, ada kembaran Alan." Itu suara Lando yang mana dibalas tatapan datar oleh Elen. Dia dan keempat sahabatnya termasuk si ketua geng langsung saja duduk di bangku ini.

"Oi, bolos, ya?" Bisikan Tara masih dapat didengar oleh yang lain.

Elen sudah akan menjawab, tetapi lebih dulu disahuti oleh Rangga. "Gila, sih, nih cewek rada ngepreman juga kalo dipikir-pikir."

Elen terkekeh mendengarnya. "Gue bukan itu, males aja di kelas. Pelajarannya muter-muter mulu, diulangi terus."

"Kalo gitu kenapa gak masuk aksel aja, sih?" Barka mengernyit sedikit menjauhkan tubuhnya dari gadis itu "Oh, iya, otak lo kurang memadai."

AlanzoTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang