Why am I . . . ?
Sasuke memarkirkan asal mobilnya di pekarangan rumahnya. Dan dengan tergesa ia memasukin rumahnya tanpa mengucapkan salam, karena ia tau sedang tidak ada orang di rumah. Ayah Ibunya sedang pergi untuk menghadiri undangan di luar kota, nanti malam baru kembali, dan Itachi pastilah masih di kantor. Maid? Pasti sedang berbelanja untuk makan malam nanti.
Sasuke melangkahkan kaki panjangnya menuju lantai dua. Kamar Naruto.
-tok.tok.tok-
Dengan pelan ia mengetuk pintu berwarna putih itu. Tidak ada jawaban ia memutuskan untuk membukanya dan melihat dalamnya, kemudian menemukan gundukan (?) di balik selimut di atas ranjang. Ia tersenyum kecil lalu dengan perlahan menghampiri ranjang Naruto.
-grep!-
Ia memeluk gundukan(?) itu dari luar, dan mengeratkan pelukannya. Membuat Naruto yang sedang tidur kaget dan merasa sesak karena terhimpit dalam selimut.
"Nii !!!"Naruto berontak untuk melepaskan pelukan maut Sasuke.
"What? This ur punishment for leaving me alone without any massage"ucap Sasuke masih memeluk Naruto.
"Awh! Im sorry! I don't mean it! Please! I can't breath!"
Mendengar nafas Naruto yang agak kesusahan membuat ia segera melepaskan pelukannya dan mengeluarkan Naruto dari kurungan selimut itu.
"Sorry babe - "Sasuke mendudukkan tubuh Naruto, penyesalan terlihat di wajahnya saat Naruto meraup udara sebanyak-banyak yang ia bisa. Bagaimanapun, Naruto pengidap asma akut. Jadi, sepertinya tadi ia terlalu berlebihan.
"Huft! Nii-san selalu berlebihan"ucap Naruto mempoutkan bibirnya imut. Sasuke terkekeh, sepertinya adiknya tidak apa-apa.
"Ha'i, ha'i, gommenasai~"Sasuke mengusak rambut Naruto sayang lalu menarik tubuh itu kepelukannya sebelum kembali berbarinh. "Aku hanya kesal karena kau pulang duluan tanpa mengabariku"jelasnya.
"Aku lupa."
"Kau tidak enak badan?"Sasuke merasakan gelengan pada dadanya. "Lalu?"
"Uhm.."Naruto hanya bergumam lalu mengeratkan pelukannya. Dan Sasuke paham, Naruto tidak ingin menceritakannya, meski ia paham, pasti telah terjadi sesuatu di sekolah.
Sasuke dan Naruto melanjutkan tidur siang mereka. Dengan Sasuke yang mendekap erat tubuh mungil Naruto.
'Kalaupun kau tidak ingin buka suara. Aku yang akan mencari tau sendiri'batin Sasuke sebelum menyusul Naruto ke alam mimpi.
.
.
"Sasuke... Naru-chan.."Mikoto yang ternyata pulng lebih cepat dari yang mereka katakan membangunkan Naruto dan Sasuke yang masih tertidur. Padahal jam sudah menunjukkan pukul 6 sore. Tapi dua sejoli itu masih terlelap."Sasuke! Naru-chan!" Kesal. Akhirnya Mikoto berteriak.
"Ngh. Kaa-san?"Sasuke yang bangun duluan, ia mengerjapkan matanya untuk menyesuaikan cahaya yang masuk. "Kaa-san sudah pulang?"tanya Sasuke saat melihat Mikoto yang sedang menatapnya garang dengan kedua tangan di pinggangnya.
"Ya, dan cepat bangunkan Naru-chan lalu segera mandi sebelum terlalu malam. Tidak baik untuk Naru-chan mandi malam-malam"ucap Mikoto lalu beranjak meninggalkan Sasuke dan Naruto.
Sasuke baru merasakan berat di tangan kanannya. Ternyata Naruto tidur dengan berbantalkan tangan kanannya, sementara tangan kirinya ia pakai untuk memeluk tubuh mungil Naruto yang juga sedang memeluknya. So sweet bukan?
"Naru.."Sasuke menoel-noel pipi tembam Naruto. "Hei- Dobe- kalau kau tidak bangun sekarang, kaa-san akan membuang ramenmu yang kau sembunyikan di atas -"
Belum selesai Sasuke berbicara, mata Naruto sudah terbuka dengan cepat.
"Teme! Jangan bilang Mama!"ucapnya setelah membuka matanya. Sasuke terkekeh. Ia menarik tangannya perlahan lalu bangkit untuk meregangkan tubuhnya sedikit. Ah, ia masih pakai seragam.
"Ayo segera mandi sebelum terlalu malam"Sasuke mengangkat tubuh Naruto untuk menuju kamar mandi, dan... mandi bersama ?
.
.
"Selamat malam papa! Mama!"Naruto berlari kecil menuju ruang makan, dan menyala Fugaku dan Mikoto yang sudah duduk disana, dan Itachi. "Oh! Itachi-Nii juga!"tambahnya."Selamat malam Naru, ayo duduk, dan kita segera makan"ucap Mikoto. Fugaku hanya menjawabnya dalam hati.
"Tidurmu nyenyak, Naru?"tanya Itachi yang diangguki Naruto.
Naruto dan Sasuke duduk berdampingan. Itachi memimpin do'a, dan mereka mulai makan dalam diam. Karena memang begitulah aturannya yang dibuat secara tersirat.
Dan setelah makan malam, mereka akan berkumpul sebentar di ruang keluarga, untuk bercengkrama. Sebenarnya ini adalah hal penting untuk setiap keluarga. Karena hal ini akan mengurangi depresi pada anggota keluarganya. Dan itu juga yang sedang Sasuke dan Naruto lakukan. Menceritakan kegiatan sekolah, apa saja yang terjadi dan hal-hal lainnya. Itachi menceritakan apa yang terjadi di kantor. Dan nanti Fugaku dan Mikoto akan memberikan masukan ataupun saran.
Tapi Naruto tetap Naruto. Ia hanya menceritakan asiknya sekolah saja. Tanpa menceritakan hal sebenarnya yang terjadi.
.
.
Naruto duduk di ranjangnya. Setelah acara obrolan tadi, mereka akan masuk ke kamar masing-masing untuk mengerjakan tugas atau sekedar bermain hp.Naruto sedang tidak ada tugas. Dan ia memilih merenung di atas ranjangnya.
'Kau itu hanya menyusahkan Uchiha saja!'
'Ya! Anak lemah sepertimu pasti sangat merepotkan!'
Naruto memang lemah. Tapi itu bukan kemauannya. Tuhan yang memberikan tubuh lemah ini. Ia bisa apa? Protes? Ia tidak berhak protes pada Tuhan.
'Gara-gara kau! Sasuke tidak bisa menjadi milikku! Untuk mengurusi laki-laki lemah sepertimu!'
Sasuke memang bukan milik mereka. Sasuke miliknya. Jadi kenapa ia tidak boleh egois dengan menahan Sasuke untuknya? Toh mereka sudah terikat secara tersirat. Tidak ada penolakan di antara kedua belah pihak. Jadi kenapa ia harus memberikan Sasuke pada mereka?
Naruto membaringkan tubuhnya di ranjang setelah ia mengambil beberapa novel di atas mejanya. Ia heran dengan wanita-wanita yang mengaku Sasuke itu kekasihnya. Mereka tidak malu ya? Mengaku-ngaku di depan tunangan Sasuke ?
KAMU SEDANG MEMBACA
Why am I . . . ?
FanfictionNaruto selalu bertanya pada dirinya. Ia hidup normal, ia tersenyum ketika bahagia, ia menangis ketika ia sedih, dan hal normal apapun. Tapi kenapa? Disaat ia ingin menjadi benar-benar hidup 'normal'. Orang-orang menganggap salah tentang hidupnya . W...